Pamit

719 78 26
                                    

Happy Reading
sorry for typos

seminggu sudah Dion melewati hari-hari di rumah sakit, bukan diri sendiri yang dipikir, melainkan Bright, sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

seminggu sudah Dion melewati hari-hari di rumah sakit, bukan diri sendiri yang dipikir, melainkan Bright, sahabatnya.

Dion menjauh dari sekumpulan manusia, ia mengacak-acak rerumputan yang ada disekelilingnya. pandangan nya kosong, sementara isi kepalanya semerawut. ia merasa telah menghancurkan hidup Bright. bagaimana dengan cita-cita anak itu?

"daddy, nanti kalau Bai sudah sembuh, kita main bola ya? Bai mau ajak Winnie juga!" ucap Bai berceloteh di atas kursi rodanya.

sedangkan Alex hanya bisa tersenyum miris, ia terus melangkahkan kakinya ke sepanjang koridor, membawa semangkok bubur dan menyuapi Bai dengan sabar.

Alex sengaja membawa Bai berkeliling, agar anaknya tidak bosan berada di kamar rawat terus.

hancur sekali hati Dion mendengar suara polos Bai, bahkan untuk menemui Bai pun ia merasa tak cukup nyalinya, ia takut semua orang akan menghakiminya.

yang bisa dilakukan Dion hanyalah mengintip dari kejauhan, hingga waktu yang tak dapat dipastikan.

"daddy kenapa diem aja sih.... daddy gak mau ya main bola sama Bai?" ucap Bai melengkungkan bibirnya.

Alex berhenti sebentar, ia bertekuk lutut agar sejajar dengan anaknya.

"anak daddy yang kuat ya? kata dokter Bai belum bisa banyak gerak," ucap Alex mencoba tenang meski pikirannya kacau.

"kata dokter, Bai cacat ya daddy? Bai denger sendiri kok!! Bai ga bisa jalan lagi, padahal kan Bai mau jadi model hiks...."

Bai tertunduk lesu di atas kursi rodanya. siapa yang tidak sedih dengan keadaan yang sudah seperti itu.

"hei.... sini lihat daddy, Bai itu gak cacat, Bai anak paling sempurna yang daddy punya, Bai jangan sedih... ada daddy yang bantu wujudkan cita-cita Bai," ucap Alex menenangkan Bai, sesekali tangan yang dipenuhi urat itu bermain di rambut lembut Bai.

dada Dion begitu sesak, apa pantas ia mendapat maaf?

"om...."

Dion memberanikan diri untuk mendatangi mereka, ia bersimpuh di hadapan Alex, hingga membuat Alex dan juga Bai kebingungan.

"loh, Dion? kamu sudah pulih?" tanya Alex menatap wajah pucat Dion.

Dion mengangguk lemah, "maafin gue Bai.... hiks om Alex kalo mau marah juga gapapa, kesalahan gue fatal banget hiks gue udah hancurin hidup Bai, gimana caranya tebus kesalahan itu?" ucap Dion menangisi kesalahannya.

alih-alih merespon ucapan Dion, Bai justru menanyakan hal lain.

"Dion Dion... kira kira Dion masih mau gak berteman sama Bai? soalnya Bai udah gak bisa jalan, Dion gak malu kan punya teman seperti Bai?" tanya bocah itu, matanya sembab habis menangisi keadaannya.

LITTLE BRIGHT 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang