Infinite Regret [PROSES PUBLIKASI]

asmaraloka

5 Oktober 2019

Pukul 2 dini hari, suara ketukan pintu kamar kiella.

"kiel, kiella buka pintunya ini abang"

Kiella terbangun

"loh bang? Kenapa malem malem ke kostan kiella"

"dek, beresin baju lo kita berangkat"

"hah? Kenapa bang"

"kakek meninggal ayah sama ibu mau berangkat malam ini"

Kiella terkejut, tapi dia tidak sedih tentu saja tidak. Bagaimana kiella bisa sedih sedangkan kakeknya saja tidak pernah melihat kearahnya, seperti tidak ada.

"kiella ikut bang?"

"iya disuruh ibu dan ayah cepet semuanya nungguin lo"

Betapa senangnya kiella, senang karena ayah dan ibunya masih memikirkan kiella disini

"sebentar bang 5 menit"

Selepas itu mereka pergi dini hari, sebab esok pagi kakek akan dikebumikan.

"naik apa bang?"

"naik mobil ayah, ayo cepet"

Mereka berangkat kiella ingin naik mobil, tapi sebuah suara menghetikannya

"malas sekali rasanya ada kamu disini"

"ibu jangan ngomong kaya gitu sama kiella"

"udalah kak jangan dibela besar kepala nanti dia"

"bu"

"abang diem, ibu lagi sensitif. Ayahnya meninggal mohon pengertiannya"

"iya ayah"

"kiella sini duduk samping kakak dibelakang"

Kiella tersenyum walaupun ibu dan ayahnya tidak senang akan kehadirannya tapi kakak dan abang masih baik sama kiella.

Lamanya perjalanan tidak ada yang membuat suara, aira yang tidur di pangkuan abang. Dan kakak yang tidur disamping kiella.

Hanya ayah ibu dan kiella yang tidak tidur

"jevian"

Kiella tersentak

"i iya bu"

"kenapa sih kamu itu lahir sebagai anak saya?"

"maaf bu"

"kamu itu hampir membunuh seseorang jevian saya benci fakta kamu adalah darah daging saya"

Membunuh seseorang? Siapa? Kiella tidak ingat.

"maaf bu"

"saya ga butuh maaf kamu"

"ibu, kalau kiella tidak ada sejak awal apa ibu dan ayah bahagia?"

"kamu itu harusnya ga usah nanya jevian"

Tapi kiella lihat, ada kesedihan di mata ibu yang terpantul kaca depan

"bu, harusnya kiel tidak usah hadir didunia ya bu? Kiel ini kecacatan keluarga ayah dan ibu"

Kiel melihat ibunya menggigit bibir

"kamu itu bukan kecacatan jevian, melainkan anak yang harusnya tak pernah ada"

Kiel menunduk, air matanya jatuh bagaimana bisa seorang ibu berkata demikian? Bagaimana bisa sang ibu tidak memikirkan hatinya yang terluka.

"jevian, saya ingatkan kamu. Semua yang kami lakukan untukmu seberapa banyak biaya saya habis karena dirimu. Ingat suatu saat saya butuh pembalasan dari apa yang saya lakukan"