-14-

652 101 4
                                    

Jisoo dan Rose berjalan memasuki satu apartment yang baru dibeli oleh Jisoo.

"Oppa membeli apartment ini untuk kamu. Jadi sekarang kamu tinggal disini saja. Soal Papa, tidak perlu dipikirkan. Biar Oppa ngomong sama dia" ujar Jisoo.

"Aku mau gugurin anak ini" ujar Rose secara tiba tiba.

"Jangan gila!! Anak itu tidak bersalah!" Marah Jisoo.

Rose mula terisak dan Jisoo langsung membawa sang adek kedalam pelukannya "Kita besarkan anak itu bersama sama. Tidak apa apa, kamu masih punya Oppa. Jangan pernah berpikir kalau kamu sendirian" ujar Jisoo dengan lembut.

"Hiks Oppa harus janji kalau Oppa tidak akan meninggalkan aku" ujar Rose.

"Iya, Oppa janji" sahut Jisoo "Sekarang kamu istirahat dikamar. Biar Oppa pesan makan siang untuk kita"

Rose mengangguk patuh dan berganjak menuju kekamar yang ada di apartment itu.

Ting!!

Jisoo menghela nafasnya dengan kasar ketika membaca pesan yang dikirim oleh Jane. Dia sudah mengunblockir nomer sahabatnya itu makanya Jane bisa mengirimnya pesan.

-Gue ingin ketemu sama elo. Dimana elo? Gue akan menyusul elo-

-Nanti sore kita ketemuan ditaman. Bawa Lisa juga-

-Baiklah-



















Suasana hening menyelimuti ketiga sosok yang sudah duduk dibangku taman.

"Jadi, kemana lo sama Rose menghilang selama ini?" Jane akhirnya bersuara.

"Gue sama Rose pindah ke Australia. Rose butuh waktu untuk menenangkan diri dan gue memilih untuk menemani dia" sahut Jisoo.

"Terus kenapa dia memblockir nomer aku?" Tanya Lisa.

"Kamu tahu jawabannya Lis" sahut Jisoo.

Lisa menghela nafasnya dengan kasar "Dia bahkan tidak memberi aku kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi"

Dahi Jisoo mengernyit "Menjelaskan apa?"

"Aku sama Jane Oppa tidak pacaran"

"Mwo?!" Jisoo kelihatan kaget.

"Aku tahu kalau Rose mencintai Jane Oppa dan aku tidak ingin mengambil orang yang dia cintai. Lagian aku tidak mencintai Jane Oppa juga kok. A-aku suka sama Jisoo Oppa" suara Lisa memelan diakhir kata. Dia kelihatan malu.

Jisoo melotot. Heol! Jadi ternyata yeoja yang dia cintai itu juga mencintai dirinya. Jadi selama ini sia sia saja dia belajar move on dari Lisa.

"Seharusnya elo sama Rose mendengar penjelasan dari gue sama Lisa duluan" timpal Jane "Dan andai saja gue tahu dari awal soal perasaan Rose, gue tidak mungkin akan melamar Lisa" lanjutnya.

"Apa lo tidak marah setelah elo tahu kalau Lisa suka sama gue?" Tanya Jisoo.

Jane tersenyum "Cinta tidak bisa dipaksa bukan?" Ujarnya "Rose melepaskan gue agar gue bahagia dan sekarang saatnya gue melepaskan orang yang gue cintai agar orang yang gue cintai itu bahagia"

"Kenapa tiba tiba seperti ini si" gumam Jisoo.

"Dimana Rose? Gue ingin ketemu sama dia. Gue ingin memberi peluang untuk dia masuk kedalam hati gue" ujar Jane.

Jisoo tersenyum miris "Mendingan elo menjauh saja dari Rose. Dia tidak pantas untuk elo"

"Maksud elo apa Ji?" Tanya Jane.

Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar "Hari dimana elo melamar Lisa, Rose benar benar kecewa. Dia ke club terus mabuk. Dia kenalan sama satu cowok dan mereka tidur bersama. Sekarang Rose sudah hamil"

Deg

"H-hamil?" Ulang Jane kaget.

"Oppa, aku ingin ketemu sama Rose" pinta Lisa. Saat ini, dia benar benar yakin kalau Rose membutuhkan dirinya sebagai sandaran.

Jisoo mengeluarkan ponselnya "Itu alamat apartment yang ditinggali oleh Rose. Papa tahu kalau Rose hamil dan dia diusir dari mansion"

"Aku kesana sekarang!" Ujar Lisa bergegas bangkit dan berlari pergi dari sana.

Jisoo menepuk pundak Jane yang terdiam dengan tatapan kosongnya itu "Tolong jangan merasa jijik sama adek gue. Itu memang kesalahan dia dan dia benar benar menyesalinya"

Jane menggeleng "Aniyo. Semuanya salah gue. Andai saja gue tidak bikin dia kecewa, semua ini pasti tidak akan terjadi"

"Jangan menyalahkan diri elo Jane" ujar Jisoo.

Jane menghela nafasnya dan beralih menatap Jisoo dengan serius "Bawa gue ketemu sama orang tua elo"

"Untuk apa?"

"Gue ingin melamar Rose!"

"Nde?!"
















*
*

"Maafin gue" cicit Rose yang sekarang sudah menatap Lisa yang duduk disofa diruang tamu apartmentnya.

"Semuanya salah gue. Andai saja gue jelasin dari awal, semua hal ini tidak akan terjadi sama elo. Maafin gue karena sudah menjadi sahabat yang buruk" ujar Lisa.

Rose menggeleng dan terisak kecil "Hiks gue hamil Lis. Lo pasti jijik sama gue bukan?"isaknya.

Lisa bergegas menghampiri Rose dan memeluk sahabatnya itu "Tidak. Gue tidak jijik sama elo. Semua kejadian itu bukan salah elo. Waktu itu elo tidak sadar bukan? Tidak apa apa Se. Lo masih ada gue. Gue akan selalu disamping elo. Gue juga sudah tidak sabar menunggu anak elo ini lahir" tangan Lisa berganjak mengelus perut Rose yang masih datar itu.

"Terima kasih Lisa-ya" Rose akhirnya bisa bernafas lega setelah masalah persahabatannya itu selesai.









  Tekan
   👇

Sincérité de l'amour ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang