"Saya bukan boneka Marionette!" tekan Misya
"Kamu memang bukan boneka Marionette Misya. Kamu istri saya." ucap Reynard
"Ceraikan saya."
"Tidak akan pernah! Turuti semua perintah saya atau kamu akan tahu konsekuensinya."
Setelahnya Reynard berjalan cepat menuju pintu dan menguncinya dari luar.
Jangan harap Misya akan teriak teriak ingin keluar. Fikirnya itu hanya akan menguras tenaga saja dan tidak ada gunanya sama sekali.
Sekarang ia memutari kamar yang luasnya seperti 5 kali lipat dari kamarnya sendiri.
Misya duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan hutan. Tak ia sangka, takdirnya begitu pedih.
Ia merasa seperti Boneka Marionette. Raga yang digerakkan oleh benang benang tak kasat mata yang selalu membawanya dalam kehampaan dan kesunyian.
Misya mengingat mereka semua yang tidak menginginkan dirinya ada.
Entah apa alasannya, entah ia anak kandung atau adopsi, Misya pun tidak tahu. Ia tidak pernah berani menanyakan statusnya itu.
Disaat keluarga besar Misya mengadakan acara berkumpul, ia tidak pernah diajak berbicara.
Misya ada diacara itu? Ya dia ada disana, tapi seakan kehadirannya tidak dianggap. Ada dan tiada.
Mereka selalu membicarakan kebaikan Adiknya dan selalu membicarakan keburukan Misya. Apakah Ibunya Misya akan membela Misya? Tentu tidak, ia akan cuek seperti tidak terjadi apapun.
Pertama.. Kedua.. Ketiga.. Misya tetap sabar, semakin lama ia tidak tahan dan mulai saat itu ia tidak pernah lagi ikut acara acara seperti itu.
Dan saat dirumah pun Misya tetap dibanding banding kan oleh ibunya sendiri.
Entah itu tentang kepintaranlah, kecantikanlah, kerajinanlah, dll. Dulu untuk uang jajan pun adiknya lebih diberi banyak daripada Misya.
Bahkan saat adiknya memfitnah Misya berkali kali. Misya tetap diam. Karena merasa percuma jika ia melakukan pembelaan. Toh ibunya tidak akan pernah mempercayai Misya.
Misya ingat dulu, ibunya marah karena tagihan listrik yang melonjak tinggi.
Adiknya malah memfitnah Misya yang boros dengan menyalakan kipas angin setiap hari, padahal itu sama sekali tidak benar.
Dan yang asli adalah karena adiknya sering menyalakan tv, tapi tidak ditonton dan malah bermain di luar rumah. Sudah sering juga Misya menegur adiknya. Tapi malah Misya yang dibentak oleh adiknya.
Disaat ibunya dan adiknya bercanda ria di ruang keluarga, Misya memilih untuk tetap ada dikamar.
Pernah saat itu ia gabung di ruang keluarga, malah yang didapat hanya tatapan acuh dari ibunya dan tatapan sinis dari adiknya. Setelah itu mereka meninggalkan Misya sendiri di ruang keluarga.
Ingin rasanya Misya mengeluarkan keluh kesahnya dihadapan ibunya. Tapi itu terasa sulit. Sangat sulit!
Pernah waktu itu adiknya entah sengaja atau tidak sengaja mendorongnya menabrak pucuk meja hingga kepalanya berdarah.
Misya menceritakan semuanya dengan jujur, tapi ibunya menyalahkannya karena tidak hati hati. Dan malah tetap membela adiknya.
Entah dimulai dari mana kebencian Misya terhadap adiknya bertambah besar. Hingga sekarang, mungkin..
'Huft!! Kehidupan yang memuakkan.' batin Misya
***
Vote & comment guys..
Tencu.. ❣️[14-12-2022]
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Teen FictionKisah seorang perempuan yang takdir hidupnya seperti Boneka Marionette. Mengapa demikian? Karena ia merasa hidupnya digerakkan oleh benang benang tak kasat mata yang selalu membawanya dalam kehampaan nan kesunyian. Start : 10-12-2022