Pagi pagi sekali, pintu kamar Misya dibuka oleh seseorang. Dan seseorang itu ialah Reynard.
"Misya bangun!!" ucap Reynard sambil menggoyang goyang tubuh Misya
Tanpa membutuhkan waktu lama, Misya pun bangun dengan keadaan mata sembab dan terlihat pula kantong hitam di bawah mata.
"Ada apa?" tanya Misya heran
"Buatkan saya sarapan dan siapkan baju yang akan saya pakai untuk ke kantor."
Setelah itu Reynard keluar dari kamar Misya. Sedangkan Misya mencuci wajahnya dahulu lalu pergi ke kamar Reynard.
Pakaian yang akan dipakai Reynard sudah ia siapkan di atas kasur. Setelahnya ia akan memasak tumis kangkung. Karena menurutnya itu adalah masakan yang simple dan enak.
Makanan sudah tersaji di meja makan, dan sekarang Misya akan memanggil Reynard di kamarnya.
Tok tok tok
"Masuk."
"Makanannya udah siap. Kalau gitu aku keluar." ucap Misya
"Tunggu."
"Ya?" ucap Misya heran
"Pakaikan dasi saya."
Dengan agak heran, Misya akhirnya mengambil dasinya lalu ia berjalan mendekati Reynard. Meski ia agak canggung, tapi ia berusaha menutupinya.
"Tolong agak menunduk Pak"
Seketika Misya ditatap tajam oleh Reynard.
"Sudah saya katakan jangan panggil saya 'Pak'"
Misya yang merasa terintimidasi dengan cepat menunduk, takut dengan tatapan Reynard. Reynard yang mengetahui Misya takut padanya akhirnya duduk di kasur.
"Cepat pakaikan!"
"Iya Rey."
Misya dengan cekatan memasangkan dasinya hingga terlihat rapi di matanya.
Dan entah Misya menyadarinya atau tidak, kalau sedari tadi Reynard menatap Misya lekat. Tanpa sengaja mata mereka bertatapan cukup intens.
Reynard memajukan wajahnya pelan pelan mendekati wajah Misya. Saat sudah tinggal beberapa senti, Misya membuang muka menghindari tatapan Reynard.
Reynard sedikit kecewa, karena ia merasa ditolak oleh Misya. Tapi itu berhasil ditutupinya dengan ekspresi datar andalannya.
Sedangkan Misya yang masih gugup pun tidak berani menatap Reynard.
"Sarapan udah siap Rey. Aku ke bawah dulu."
Dengan cepat Misya melangkah keluar dari kamar tanpa menoleh kebelakang lagi. Dan Reynard pun yang memang sudah selesai akhirnya mengikuti Misya dari belakang.
Sesampainya di ruang makan, Misya mengambilkan sarapan untuk Reynard.
"Segini?" dan dijawab anggukan
Mereka makan dengan tenang, karena bagi keduanya makan jika banyak tingkah atau banyak ngomong itu merupakan tindakan tidak beretika.
Dan sebenarnya pun Misya masih gugup jika tatapannya tidak sengaja bertubrukan dengan Reynard. Tapi ia berusaha tetap tenang.
Selesai sarapan, Reynard bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangannya dihadapan Misya. Sedangkan Misya mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa?"
"Salim." jawab Reynard
Dengan segera Misya meraih uluran tangan tersebut lalu mencium punggung tangan Reynard. Diam diam Reynard tersenyum tipis.
"Misya, meskipun kamu terpaksa melakukan pernikahan ini, aku harap kamu berusaha untuk menerimanya. Aku berangkat, assalamualaikum." pamit Reynard
Tanpa kata lagi Reynard segera keluar rumah. Tapi sebelum keluar, ia menyempatkan untuk mengelus kepala Misya sebentar dan memberikan Misya senyuman tipis.
"Waalaikumsallam.." lirih Misya
Entahlah Misya merasa sekarang seperti orang yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta. Jantungnya dag dig dug.. Padahalkan ia belum lama mengenal Reynard.
***
Vote & comment guys..
Tencu.. ❣️[15-12-2022]
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Teen FictionKisah seorang perempuan yang takdir hidupnya seperti Boneka Marionette. Mengapa demikian? Karena ia merasa hidupnya digerakkan oleh benang benang tak kasat mata yang selalu membawanya dalam kehampaan nan kesunyian. Start : 10-12-2022