2. R and A

0 0 0
                                    

Suara jam dinding yang berdetak beraturan menyambut pemuda itu begitu dirinya memasuki ruangan yang dipenuhi oleh ribuan buku.

Tubuhnya menghilang di balik rak-rak buku yang menjulang tinggi, kemudian kembali muncul dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang tersedia di perpustakaan. Ia membuka buku tebal yang sedari tadi ada ditangannya.

“Halaman sembilan puluh delapan,” gumamnya dengan lirih.

Tangannya bergerak perlahan membuka halaman yang dimaksud.

Pemuda itu mengulum bibir ketika mendapati sebuah stick note kecil berwarna putih susu di sana. Ia membacanya sekilas dan napasnya kini seakan berhenti selepas ia membaca kalimat terakhir.

Dengan cepat ia meremas stick note itu menjadi bulatan kecil, lalu melemparkannya secara asal.

Buku tebal di pangkuannya jatuh berdebam ke lantai, tapi tak dipedulikan oleh sang pemilik. Karena sang pemilik sedang sibuk memahami situasi apa yang sedang terjadi.

Pemuda itu kini menunduk, menutupi wajah cemasnya dengan kedua telapak tangan. Nyeri kepala menyerangnya secara tiba-tiba, persis seperti dihantam sesuatu yang sangat besar, keras, dan mampu menggoyahkan dirinya.

Lomba olimpiade yang beberapa hari terakhir ia cemaskan, kini sudah tak terpikirkan sama sekali olehnya. Namun, kecemasan itu masih ada karena dia telah pergi.

Semua orang yang selama ini berharap padanya pasti akan merasa sangat tersakiti.

Termasuk Ares sendiri.

Suara derasnya hujan datang secara tiba-tiba. Saat itulah, suara seseorang menyenandungkan sebuah lagu terdengar samar di telinga dan di akhir lagu, seseorang itu membaca pesan di stick note yang bahkan Ares sendiri masih menghafalnya.

Semangat OSN-nya, Res!
Aku doakan semoga kamu menang, tapi aku tidak tahu apakah Tuhan akan mengabulkan doa dari orang sepertiku. Jangan lupa jaga kesehatan, Res! Karena percuma jika otakmu pintar, tapi tubuhmu merasa kesakitan. Selamat tinggal, aku pergi, Res.
Dan maaf...

-Rai

®®®

B MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang