8. R and K

0 0 0
                                    

Ruang musik yang cukup luas saat itu sangat ramai oleh murid-murid yang mengikuti ekskul seni musik.

Beberapa menit yang lalu, Kevin memilih untuk meninggalkan ruangan itu secara diam-diam, kemudian menuju ruangan kecil ini yang lebih sepi.

Ruangan ini terletak tepat di sebelah kanan ruang musik dan masih menjadi bagian dari ruang musik. Hanya saja ruangan ini bersifat lebih privat. Biasanya digunakan untuk persiapan lomba atau pentas oleh anak-anak yang terpilih.

Sedari tadi Kevin duduk bersender di salah satu kursi yang ada di sana. Tangan kanannya memutar-mutar stik drum sambil melamun. Di tempat ini lah biasanya waktu menjadi terasa berjalan lebih cepat.

Kevin melihat dirinya berada di sana kemarin. Duduk di salah satu kursi ruangan ini sembari memainkan laptop. Hingga tiba-tiba dia datang, mengatakan sesuatu yang membuat dirinya tercengang.

“Aku akan mengucakan selamat tinggal kepadamu, Vin.”

Awalnya Kevin mengira dia sedang bercanda, sehingga dia membalasnya dengan tawa. Namun, melihat kata-kata yang dia lontarkan selanjutnya membuat Kevin menghentikan tawanya, raut wajahnya berubah menjadi lebih serius.

“Aku benar-benar akan pergi, Kevin. Meninggalkan sekolah ini, meninggalkan kalian semua.”

“Kenapa seenaknya kabur di situasi seperti ini?”

Kevin teringat, dirinya berkata seperti itu kemarin.

“Tidak ada kesempatan kedua, Vin. Bukannya itu yang selalu kamu katakan dalam lagumu? Kamu selalu berkata bahwa tidak ada kesempatan kedua untuk mereka yang berbuat kerusakan sama seperti sebelumnya. Itu sudah jelas, Vin. Aku tidak punya kesempatan kedua. Kamu sendiri yang bilang secara tidak langsung kepadaku.”

“Kamu sama saja. Sama kaya Oji.”

“Rai, sebenarnya kamu sedang menyesal dan merasa bersalah atau sedang merasa tersakiti? Aku masih tidak mengerti.”

“Tapi sekarang aku sudah mengerti. Izinkan aku pergi. Biarkan aku berlari menjauhimu dan yang lainnya, biarkan aku terbang menuju tempat di mana kalian tidak ada, dan biarkan aku menjadi diriku sendiri.”

“Pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Apa kamu pikir kami tidak bisa hidup tanpamu?”

Tanpa menimpali perkataan Kevin, Rai segera meninggalkan ruangan itu tanpa mengucap sepatah dua patah kata lagi.

Rai pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal ataupun melambaikan tangan.

Hari ini Kevin merutuki dirinya sendiri karena berkata seperti itu kepadanya dengan penuh amarah. Saat itu emosinya masih meledak-ledak karena pernyataan Rai yang tiba-tiba.

Sekarang Kevin hanya bisa menyesalinya, karena bagaimanapun Rai telah benar-benar pergi. Lebih menyakitkan lagi, Rai pergi bersama selimut amarah yang diberikan olehnya dan bodohnya saat itu Kevin malah tidak mencegah kepergiannya.

Ada yang mengganggu pikiran Kevin selama ini.

Kenapa Rai pergi dengan cara seperti ini? Ini membuat Rai terlihat seperti seseorang yang jahat karena telah menyakiti banyak orang.

Karena itu pula semua yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, hancur begitu saja.

Kehilangan Rai sama saja dengan kehilangan salah satu tiang yang telah menyangga mereka agar berdiri kokoh.

Pintu berderit ketika dibuka oleh seseorang. Kevin menoleh, mendapati teman-temannya muncul dari balik pintu.

“Nah kan, dia ada di sini,” ucap Ben yang pertama kali masuk. Kemudian diikuti Rian, Noah, Ares, dan yang terakhir, Oji.

B MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang