“Cantik, kamu sangat cantik.”
Suara nada-nada yang berasal dari piano mengalun indah, memecah kesunyian yang sebelumnya menyelimuti ruangan itu. Meyeruak keluar hingga alunannya terdengar samar-samar di koridor sana.
Sang pemain yang ada di panggung mini menekan tuts pada piano dengan anggun. Jari-jemarinya yang lentik menekan tuts-tuts itu dengan lincah, menghasilkan suara yang mengenakan di telinga.
Seperti namanya, ia memiliki paras yang cantik. Wajah simetri, kulit putih, lesung pipit di kedua pipinya, dan postur tubuh yang ramping serta tingginya yang semampai, itu saja sudah membuatnya terlihat cukup sempurna.Dari luar, perempuan itu terlihat sedang fokus memainkan piano. Senyum tipis di bibirnya mungkin menjadi bukti bahwa suasana hatinya sedang gembira.
Tak jauh darinya, seorang perempuan berseragam putih abu-abu tengah menyanyikan sebuah lagu dengan iringan piano yang dimainkan oleh Ayu.
Juga perempuan berusia dua puluhan yang duduk di salah satu kursi terlihat memejamkan mata, menggerak-gerakan kepala menikmati suara merdu yang dipadukan dengan alunan piano. Kaki kanan wanita itu yang dilindungi oleh sepatu pantofel hitam mengetuk-ngetuk lantai, beriringan dengan musik yang sedang dimainkan. Sesekali ia berucap mengoreksi ketika anak yang sedang bernyanyi itu melakukan sedikit kesalahan.
Berbeda dari penampilan luarnya yang terlihat tenang, di dalam kepala Ayu merasa sedang perang hebat.
Suara perempuan yang sedang melantunkan sebuah lagu itu tak terdengar olehnya, yang ada hanyalah ingatan tentang suara seseorang yang berbicara kepadanya di hari kemarin.
“Cantik, kamu sangat cantik, tapi hatimu ternyata tidak secantik wajahmu ataupun namamu.”
“Aku selalu mencarimu, tapi kamu tidak pernah ada untukku. Apakah kamu ada di sini hanya untuk mereka?”
“Rai, maaf.”
“Ayu, kita bukan sahabat. Kita bukan teman. Kita hanya orang asing yang diharuskan untuk berjalan di arah yang sama.”
“Maaf, Rai. Maafkan aku.”
“Ayu, dalam alunan musik itu, temukanlah nadamu sendiri. Tapi jangan sampai terlarut dalam musik itu sampai kamu mengabaikan orang-orang di sekitarmu.”
“Kamu benar, Rai. Aku salah. Maafkan aku, Rai. Aku mohon, maafkan aku.”
“Ayu, pergilah. Tinggalkan mereka dan pergilah menuju jalanmu sendiri. Di sini kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Jika kamu terus di sini, kamu akan tersesat, Ayu.”
“Tidak, Rai. Aku tidak akan pergi.”
“Baiklah. Aku akan tetap pergi, Ayu. Aku yang akan berbalik dan meninggalkan kalian. Aku akan terbebas dan terbang tinggi ke langit, jauh lebih tinggi daripada kalian.”
“Tapi Rai, kenapa?”
“Karena sekarang, kita berjalan ke arah yang berlawanan. Selamat tinggal, Ayu.”
“Rai... “
“Aku berharap kamu segera mengerti bahwa berjalan bersama mereka yang mengikuti kompas rusak adalah suatu kesalahan.”
“Tidak, Rai!”
“Ayu, apa yang kamu lakukan?”
Ayu tersadar, tangannya berhenti memainkan piano dan meraba mulutnya yang tak sengaja berucap.
“Ayu, kamu menekan tuts yang salah dan kenapa tadi kamu berteriak?” ucap pelatih dengan nada keras, kedua tangannya terlipat di depan dada.
“Maaf.”
“Ayu, sebentar lagi hari H, tapi kenapa kamu menjadi semakin tidak fokus?”
“Maaf. Saya tidak akan mengulanginya.” Ayu berkata dengan lembut, menunduk dengan perasaan tak enak karena telah melakukan kesalahan.
“Baik, kita istirahat sebentar. Nanti lanjut sekali lagi.”
Ucapan lembut dari sang pelatih membuat Ayu merasa percaya diri untuk mengangkat kepalanya. Perempuan itu mengatur napasnya untuk menenangkan diri.
Rai, kamu salah.
Berjalan bersama mereka yang mengikuti kompas rusak bukanlah suatu kesalahan.Kamu juga salah dengan mengatakan bahwa aku tidak akan mendapat apa-apa jika tetap di sini. Aku mendapat kebahagiaan, Rai, mendapat rumah tempat aku beristirahat, bahkan mendapatkan teman, sesuatu yang dulu tidak kumiliki.
Aku tidak berminat untuk terbang tinggi sepertimu, Rai. Aku tidak akan pernah meninggalkan mereka demi bisa terbang tinggi.
Walau harus mengikuti kompas rusak, aku akan tetap bersama mereka. Karena aku lebih memilih tersesat bersama mereka daripada harus berjalan sendirian dalam kegelapan atau terbang tinggi sendirian di langit yang sunyi.
®®®
KAMU SEDANG MEMBACA
B Me
Short Story[A universe in the song] . . Ini bukan tentang siapa yang mengawalinya. Ini adalah tentang siapa yang akan tetap bertahan sampai akhir cerita dan menemukannya. . . Note: This story is written based on B Me by Stray Kids.