O5

72 7 0
                                    

"Pergilah kalau—"

"Papa yang mengancamnya, benarkan?"

Pria beranak tunggal itu menaikkan pandangannya ke arah Yeji yang tengah mengatur amarahnya.

Pria itu bersandar di kursi beroda tiga, menatap wajah cukup kesal dari putrinya tatkala ia tak sengaja beradu mata dengannya.

"Kamu begitu menyayanginya," ujar sang ayah mendapatkan gelak sindiran dari anak tunggalnya.

"Tidak bisakah menyokong hubungan kami?"

Pria itu mengedik alisnya, "tidak, bagaimanapun alasanmu, keputusanku tetap sama."

"Papa, jangan membuatku membencimu," gumam Yeji menatapnya lirih.

Pria itu hanya mengerling kearah putrinya, iris halusnya tertuju ke kepalan tangannya begitu digenggam erat.

Seolah-olah keputusan dibuatnya telah membuatkan dia berada di puncak kebencian.

"Sebegitu banyak orang di luar sana, kenapa harus dia?"

"Maksudmu?"

Mereka bersitatap, menyadari perubahan putrinya dan tidak seperti dirinya yang bersikeras tekad dengan keputusannya.

"Ada pria—"

"Bagaimana aku membenci mereka, terutamanya laki-laki? Bagaimana aku menyukai wanita?"

"Maka aku yang akan menaruh benci terhadapmu," balas sang ayah menatapnya tajam.

"Keputusanku bulat, tak bermaksud kamu tidak bersamanya, kamu bisa tetapi tidak dengan menikahinya."

"Tapi—"

"Hwang, aku membenci mengulangi perkataanku," ucap sang ayah sembari membolak-balik halaman kertas.

"Ada lagi yang kamu bicarakan?"

Pria itu melirik kearah putrinya sedetik, lalu menghela napas kesal ketika putrinya tak kunjung keluar.

"Apa mau mu?"

Yeji menatap sang ayahnya dengan tatapan pilu, perasaannya kepada Chaeryeong begitu mendalam.

"Kenapa membencinya?" Yeji bertanya dengan nada lemah.

"Aku tidak—"

"Jika tidak, mengapa kami harus berpisah! Aku tidak mau dia jauh dariku! Dia satu-satunya aku cintai!"

"Setidaknya aku membiarkan kamu bersamanya selagi kalian tidak menikah! Keputusanku ini lebih bagus daripada membunuh atau mengancamnya!"

Keheningan malam itu mengundang berbagai macam jenis perasaan, pria itu memejamkan matanya sambil merutuki diri telah menghardik putri satu-satunya ia miliki.

Yeji terdiam.

Ayahnya benar, setidaknya ayahnya tidak berniat untuk membunuh atau mengancam Chaeryeong.

Tetapi tetap saja dia tidak menerima kenyataan jikalau mereka tidak bisa menikah.

— t r u e  l o v e —

Chaeryeong menatap sahabatnya kini menatap dirinya begitu sayu melihat dirinya tengah mengemas barangnya.

"Kamu akan meninggalkanku di sini?"

Nadanya bergetar saat menanyakan kepada Chaeryeong.

Yuna tidak mau berpisah dengan sahabatnya ini, meskipun Yeji sudah menjelaskan bahwa mereka hanya libur di luar kota.

true love • chaerji [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang