Mulai Panik di Kelas 9

7 2 0
                                    

"Tunggu, kita sudah kelas 9 saja?"

Itu yang gw pikirkan kala itu. Terbangun di pagi hari setelah libur panjang selama kurang lebih 2 Minggu lamanya.

Gw yang selalu berguling nyaman di karpet untuk tidur, sekarang panik dengan kategori kelas 9.

Jujurly gw kaget. Lalu gw berpikir setelahnya. Apa waktu main gw udah abis~ ya? Rasanya belum rela.

Sama seperti di kelas 7 maupun 8. Pagi hari setelah siap untuk memulai PJJ, gw duduk santai sambil main hp.

Berbasa-basi dengan menyahuti salam guru di grub WA. Ah, bisa di bilang kali ini walas baru gw rada-rada nyeremin. Ya, mau gimana lagi. Orang Batak, biasalah. Agak keras, tapi niatnya baik.

Btw, nama walas gw yg baru ini adalah Bu Tiarmin. Beliau adalah guru yang mengajar mapel MTK.

Kegiatan PJJ pertama di semester ini bermula dari cepakak-cepikik yang dimana pastinya adalah perkenalan diri. Maklum, beliau tak mengenal kami, dan kami tak mengenal beliau. Lumrah itu mah setiap naik kelas. Soalnya kami belum pernah di ajar dengannya.

Setelah semua acara itu selesai, kami langsung di suruh untuk mengisi absen pada list WA yang sudah di siapkan olehnya.

Sama seperti kebiasaan lama, kami kadang berebut untuk absen. Bahkan saking malasnya teman gw untuk absen, dia mengisi list tersebut pagi-pagi buta dengan bersamaan dengan ia masih begadang. Heran.

Gw kira setelah selesai, kita adem ayem. Eh, taunya ada zoom meet. Astogeh, gw langsung kelimpungan. Nyari seragam, pake buru-buru, dan mencari spot bagus untuk background zoom. Walau hanya sebatas dinding putih di rumah. Alami, namun is the bast.

Gw inget banget pas zoom pertama kali dengan beliau. Struktur kelas yang di susun pada hari itu juga.

"Ayo, siapa yang mau jadi ketua kelas?"

Plis, gw udah tersenyum kecut di situ. Pengennya udahan, tapi gw selama ini belum menemukan kandidat yang tepat.

"Siapa ketua kelas sebelumnya?"

Akh, pertanyaan keramat itu. Sialan, jangan di tanya kek. Dan gw berharap semoga temen-temen gak ada yang jawab.

"Azura Buuu"

Jit

B**g**t, anak monkey. Gw tuh gak ngomong supaya gak ke tunjuk lagi. Eh, lu pada malah bikin gw darting.

"Saya Azura bu," ujar gw.

"Nah, karena ketuanya sudah ada. Sekarang tinggal cari wakilnya saja," ucapnya.

Mata gw melotot. Ide licik terbit saat itu di kepala gw.

"Rizal aja Bu. Rizal cocok jadi wakil," celetuk gw dengan cepat.

"Yah, Bu. Jangan saya," tolak yang bersangkutan.

"Jangan Bu, Rizal aja," ngotot gw.

Ya, karena waktu itu gw udah tau potensi nih anak yang bisa mengimbangi tugas ketua.

Bodo amat mau nolak kek, yang penting gw butuh nih anak. Tapi Alhamdulillahnya di terima. Haha, kali ini gw yang menang argumen.

💠💠💠

Next. Gak tau, gw bingung mau ngelanjutin apa lagi. Gw kira masa SMP bakalan seasik SD dulu. Ternyata gak terlalu.

Pelan-pelan pelajaran berjalan seperti biasa. Bingung? Iya, gw bingung apa yang mereka maksud. Lier? Tambah lier cok, orang gak paham.

Derita Menjadi Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang