Sebuah ruang tenang dengan nuansa serba hitam dan pajangan klasik ini, terus mendampingi gw selama bercerita di pertemuan yang kurang lebih terjadi 8 hari ini.
Teh menjadi pemanis, dan cemilan sebagai pelengkap. Terkadang di kala bercerita, kepulan asap dari teh menjadi daya tarik gw untuk mengalihkan perhatian.
"Berarti ini menjadi pertemuan terakhir kita ya, Azura," ucap salah satu orang yang tertarik dengan cerita gw.
Di depan tempat gw duduk, terdapat 3 orang yang melingkar dengan tatapan tertarik. Oh, dan tak lupa ada sebuah laptop yang sedari kemarin terus terketik jalannya kisah.
"Ya, ini pertemuan terakhir kita," ujar gw seraya mengangguk.
Keyboard laptop berbunyi. Semua itu di lakukan oleh satu orang gadis berhijab. Sedangkan kedua gadis lainnya ini tengah mencari-cari bukti-bukti kisah ini.
Kalau kalian bertanya. Siapakah mereka ini? Jawabannya...gw gak tau, sebab mereka hanyalah imaji gw saja. Tapi yang namanya imaji juga punya nama. Kalian mengenalnya juga
Gadis berhijab ini namanya Karina, tapi dia mau di panggil Karin saja. Lalu gadis berambut panjang sepunggung dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya ini namanya Auzora, ia nyaman di panggil Zora. Dan yang terakhir gadis dengan rambut pirang itu namanya Lucy. Dia cantik, di tambah manik birunya yang memukau.
"Kali ini, apa yang ingin lu ceritain Jur?" Tanya Karin.
Gw tersenyum. Mungkin karena ini pertemuan terakhir, gw jadi merasa berat saat ingin bercerita.
"Gw...ingin menjawab rasa penasaran kalian yang kemarin," jawab gw.
"Wah, lu akhirnya cerita tentang dia. Gimana kabar mantan lu itu?" Auzora sudah siap merekam percakapan kami melalui HP nya.
"Alhamdulillah baik, dalam artian lain. Dan Alhamdulillah tidak, dalam sisi sebaliknya," ujar gw.
"Hah? Gimana maksudnya?" Lucu bingung.
"Maaf, ini rahasia. Jadi jangan di bahas ya. Dia yang minta," gw no coment.
Karin mengangkat tangannya. Gw memberi kode untuknya bertanya. Sepertinya ada yang ingin dia tahu.
"Kemaren lu bilang katanya dia sudah kembali ke dalam pelukan lu. Berarti...dia balikan sama lu?" Karin menyipitkan matanya. Ia curiga berat.
Di balik cangkir teh yang kini terangkat sejajar dengan bibir, terdapat semu merah di pipi gw.
"Hey, hey. Lihat itu. Wajahnya memerah. Berarti bener, kan?" Celetuk Lucy.
Ah, rasanya gw nyesel gak bisa menyembunyikan rasa ke mereka. Ingin diam, tapi mulut gatel untuk bercerita.
"Udah, jujur aja. Ke kita-kita ini. Gw juga penasaran soalnya," Zora mendesak.
Eugh, dahi gw merengut. Semakin di desak, semakin tak enak rasanya.
"Iya, gw balikan sama dia. Puas lu pada sekarang," dengus gw menjawab jujur.
Prok...prok...prok
"Gila, si Jura yang patah hati gara-gara mantannya malah balikan lagi sama dia. Kemana ego lu kemaren, Jur?" Lucy merasa tidak percaya.
"Gini nih. Gamon akut gara-gara di putusin, akhirnya balikan juga," celetuk Karin.
"Tapi Jura hebat juga loh. 3 tahun jomblo, gak mau pacaran sama yang lain cuman buat si Brian doang," Zora kagum.
"Bukan gak mau sih. Tapi lebih ke arah takut buat confess ke crush, karena ragu dan di hantui kenangan masa lalu," gw membenarkan.
Mereka bertiga menatap gw. Seakan ucapan gw menyinggung mereka. "Kenapa? Ada yang salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Derita Menjadi Ketua Kelas
NonfiksiHey aku kembali. Iya, aku. Si ketua kelas yang super duper galak ini. Inget gak sama aku? Ketua kelas mu dulu. Sepertinya kalian bakalan Inget aku kalau dengar sebutan Ketua geng? Hihi, gak usah kaget kali...Toh, sebenarnya aku bosan melihat muka ka...