Pukul 10 pagi kini Adzana sedang menunggu teman-temannya yang akan datang ke rumahnya, ia akan bercerita kepada para sahabatnya tentang Alveno.
Saat ini Adzana sedang berbaring di ruang tengah yang menyediakan karpet berbentuk kasur. Setelah Nathaniel pulang, Adzana dan Alveno bermain bersama.
Gadis itu menggelitiki perut Alveno yang terlihat buncit sehabis minum susu formula satu botol dot, untung saja bayinya tidak rewel. Adzana juga bingung mengapa bayi ini terasa sangat nyaman berada di sampingnya, rewel jika haus saja.
Adzana bermain gantungan kunci motornya yang kebetulan berbentuk boneka, ia tak mungkin bermain mobil-mobilan Karena anaknya masih terlalu kecil dan baru saja ia rawat kemarin.
"Veno lihat nih bonekanya lucu kan," ucap gadis itu kepada Alveno yang menatapnya lucu.
Tiba-tiba ada seekor kucing berbulu tebal menghampiri Adzana dan ikut berbaring di sebelah kiri Alveno.
"Mozza ngapain kesini, jangan ganggu Veno." Kata Adzana kepada kucing anggora berwarna belang itu yang menatap lekat bayi di hadapannya.
Meauw!
Adzana tersenyum kecil. "Berasa punya anak dua," gumamnya menatap dua makhluk hidup di depannya berbaring.
Untung saja kucing anggora bernama Mozza itu tidak nakal sama sekali, kucing yang Adzana beli sedari SMP hingga ia SMA sekarang.
"Assalamualaikum Adzana."
"Adzana!"
"Mbak cool buka pintunya!"
"Adzana lama banget dah!"
Tiba-tiba ucapan-ucapan salam yang sangat ramai di depan pintu utama membuat Adzana mengalihkan perhatian dan segera membuka pintu depan.
"Waalaikumsallam, masuk!" Balas Adzana saat sudah berada di ambang pintu dan melihat dua sahabatnya saja.
Dua gadis bernama Irisha dan Onem itu memasuki rumah bernuansa putih. Namun, pandangan mereka melihat ke arah ruang tengah yang terdapat karpet kasur di tiduri oleh seorang bayi dan kucing milik Adzana.
Irisha membelalakan matanya terkejut. "Adzana lo beneran punya anak?" Ucapnya dengan suara yang lumayan besar.
Onem melihat itu menganga. "Irisha, mbak cool gak mungkin main-main sama ucapannya!" balasnya mengikuti langkah Adzana.
Akhirnya mereka bertiga duduk di sisi karpet yang lumayan lebar itu. Irisha dan Onem masih tertegun tak menyangka jika di hadapannya adalah bayi sungguhan.
"Ganteng banget Ad, buat gue aja ya." Celetuk Onem si penyuka anak kecil. Hal itu membuat Adzana berdecak kesal. "Enak aja lo, ini anak gue," balasnya membuat Onem terkekeh.
"Ulfa sama Elsa gak datang?" Tanya Adzana kepada kedua sahabatnya itu.
Irisha menggeleng. "Elsa ada acara keluarga, kalo si Ulfa sakit tapi mereka pengen video call sama lo Adzana katanya penasaran sama bayi yang lo bilang." Jelasnya membuat Adzana mengangguk.
"Video call sekarang?"
Onem yang sedang memangku kucing milik Adzana mengangguk. "Masa lo gak baca grup sih." Jawabannya membuat Adzana menggeleng.
"Gue tadi ngajak main Veno."
Onem dan Irisha kembali menatap bayi yang sedang bergerak di hadapannya membuat Adzana segera menimang bayi itu.
"Gue telpon mereka dulu." Ucap Irisha lalu menelpon Ulfa dan Elsa. Tak berselang lama panggilan itu di angkat langsung kepada dua gadis itu.
"Woi anjir gue kangen Adzana," ucap Ulfa di balik telpon sambil menatap Adzana yang sedang menimang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADZANA [ ON GOING ]
Художественная проза📍 ZONA BAPER BERAT📍 __________________________ Gadis SMA yang menemukan bayi di pinggir jalan saat ia pulang dari pemakaman orang tuanya menjadi misteri dalam hidupnya karena wajah bayi itu mirip dengan seseorang. Dia merawat bayi itu bersama lela...