Smile 3

8 4 0
                                    

Yo, ini adalah cerita lanjutan dari part 1 kemarin, soalnya yg part 2 itu cuma flashback Shelva, oke sekian Terima gaji🙏

Laki-laki bertubuh jangkung itu sudah berada di depan kelas Shelva, seperti yang ia katakan pagi tadi, jika dirinya akan mengajak gadis itu untuk makan bersama di kantin.

Fano bersandar pada dinding kelas XI IPA 2, menunggu sang guru membubarkan muridnya untuk beristirahat.

"Baik anak-anak sekian dulu yang bisa ibu sampaikan pada pelajaran matematika hari ini, ibu harap semuanya sudah paham atas semua penjelasan ibu kali ini, sekarang kalian boleh istirahat, selamat siang" Ucap Bu Rena, guru matematika yang sangat ramah dan baik hati itu selalu menjadi guru favorit para murid di SMA BhumiSakti.

Shelva menggeliat di bangku tempat ia duduk, jujur saja Shelva tidak terlalu paham atas penjelasan Bu Rena tadi, atau mungkin memang tidak paham karena dia tidak suka pada mata pelajaran satu itu, menurut Shelva matematika itu rumit dan sulit untuk di selesaikan.

Gadis dengan rambut yang di kuncir kuda itu bangkit dari bangku yang ia duduki, berniat untuk berjalan menuju kantin.

Sesampainya ia di depan pintu kelas, Shelva melihat seorang laki-laki yang sedang bersandar di dinding sembari memejamkan kedua matanya, orang itu seperti tengah memikirkan sesuatu, Shelva pun menghampiri laki-laki tersebut, ia baru ingat jika pagi tadi Fano mengajaknya untuk makan bersama di kantin.

"Woyy!!" Ujar Shelva dengan suara yang sedikit ngegas sembari menepuk tangannya pada pundak cowok itu.

"Anjirrr" Fano yang sedang memikirkan sesuatu pun terkejut karena mendapat suara dan tepukan yang cukup keras pada pundaknya.

"Ngapain lo?" Tanya Shelva

"Eh udah keluar?" Bukannya menjawab pertanyaan Shelva, Fano malah bertanya balik padanya.

"Ck, gue nanya lo ngapain, kenapa lo malah nanya balik?!" Shelva berujar dengan sedikit geram

"Gapapa, gue cuman lagi mikirin gimana masa depan gue nanti sama lo, hehehe" Ucap Fano sembari terkekeh.

"Gak jelas, buruan jadi gak ke kantin, kalau gak gue mau ke kantin sendiri"

"Iya-iya jadi, yaudah ayok" Balas Fano dengan senyumnya yang merekah.

Jujur saja Shelva memang tidak suka dekat-dekat dengan Fano, tetapi bukan berarti dirinya tidak menyukai cowok itu. Karena hanya Fano lah yang mau berteman dengannya di sekolah ini.

Tidak ada yang mau menjadi teman gadis itu, bahkan untuk sekedar duduk sebangku saja tidak ada yang mau menemani. Karena sifatnya yang terlalu cuek dan jarang senyum hingga membuat semua orang enggan untuk berteman dan dekat-dekat dengannya.

                                🧩

Bel masuk sudah berbunyi, para siswa langsung berhamburan untuk berlari dari kantin menuju kelas mereka masing-masing, karena peraturan di sekolah ini mengharuskan para siswa untuk segera menuju kelas saat bel masuk sudah berbunyi, jika ada yang belum masuk, siap-siap saja akan diberi hukuman dari wali kelas masing-masing.

"Ayok ke kelas, gue takut nanti kena hukuman sama Pak Gathot" Ucap Shelva pada Fano yang terlihat panik,  dirinya pernah mendapatkan hukuman dari wali kelasnya itu karena terlambat masuk saat bel sudah berbunyi.

"Bentar, benerin tali sepatu dulu" Kata Fano yang sibuk membenarkan tali sepatunya yang terlepas.

"Cepetan Fano, gue gak mau di hukum, lo bisa cepet dikit gak si, nali sepatu doang setengah abad" Shelva yang terlihat semakin panik pun lalu membungkuk membantu membenarkan tali sepatu Fano yang terlepas.

"Eh-eh gak usah biar gue aja" Fano kaget karena melihat Shelva yang sudah membungkuk dan membantu membenarkan tali sepatunya.

"Udah gapapa, lama lo, ayok" Tanpa sadar Shelva menarik tangan Fano dan berlari secepat mungkin menuju kelas mereka masing-masing.

                               🧩

Hari sudah semakin sore, bel pulang terdengar menggema di seluruh penjuru gedung SMA BhumiSakti, Shelva yang sudah bersiap-siap untuk pulang mendadak menghentikan kegiatannya karena mendengar seseorang memanggil namanya.

"Shelva!!" Lia, gadis yang selalu saja membenci Shelva sejak 2 tahun yang lalu itu memanggil nama Shelva dengan suara lantangnya.

Shelva mendongak, mendapati seorang gadis yang sudah berdiri di hadapannya, ia bangkit dari duduknya dan menatap orang yang selalu saja membuat hidupnya tak tenang.

"Mau apa lagi lo sekarang?" Tanya Shelva yang sudah terlihat lebih berani pada Lia, berbeda sejak dirinya masih berusia 14 tahun dulu.

Merasa dirinya di anggap remeh, Lia melangkah lebih maju, lalu menggapai surai hitam milik Shelva dan menjambaknya sekuat tenaga.

"Lo berani sama gue hahh?! Lo lupa siapa yang udah nampung beban kayak lo dan ibu lo itu?" Lia berbicara seolah-olah orang yang ada di hadapannya ini tidak bisa merasakan sakit.

Shelva meringis membiarkan Lia menjambak rambutnya, dirinya sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Lia, itulah sebabnya setiap pulang sekolah moodnya menjadi buruk dan melampiaskan kemarahannya dengan memberantakkan semua barang-barang yang ada di kamarnya.

"Kenapa lo selalu gak puas karena udah terus-menerus ngehina gue sama ibu gue li, gue bahkan gak pernah ngusik kehidupan lo, gue gak pernah nyentuh lo, tapi Kenapa lo selalu nyentuh kehidupan gue? Gue gak masalah kalau lo ngehina gue, tapi jangan ibu gue li, dia cuman kerja di rumah lo, dia bahkan gak pernah nyentuh apalagi ngusik kehidupan lo!!" Shelva yang sudah terlihat putus asa mengeluarkan segala hal yang sudah ia pendam selama bertahun-tahun itu.

Lia tersenyum miring, ternyata gadis yang ada di hadapannya ini sudah mulai berani padanya, lalu ia selangkah lebih maju dan membisikkan sesuatu di telinga Shelva.

"Denger ya Shel, ayah lo itu gak akan mungkin balik, dia pasti udah dapet keluarga baru di sana, atau mungkin dia udah meninggal so, just throw away your expectations" Ucapnya dengan nada yang terdengar mengejek.

Shelva mematung di tempatnya dengan kaki yang bergetar, ia merasa ucapan Lia selalu saja membuatnya tak berdaya.

Lia, gadis itu pergi meninggalkan Shelva, merasa musuhnya itu sudah kalah telak, itu sudah cukup bagi dirinya.

                               🧩

Shelva berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya, seperti biasa kamarnya itu sudah terlihat rapi setelah ia pulang dari sekolah.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kasur, dengan wajah yang sembab dan air mata yang tak berhenti menetes, mengingat perkataan Lia tadi saat mereka masih di sekolah.

"Apa segitu jahatnya ayah sampai gak mau pulang lagi" Dirinya merasa sangat sedih, sudah bertahun-tahun ia merindukan sosok ayahnya itu yang hilang tanpa kabar.

Ia mulai merebahkan dirinya di kasur yang empuk itu, selama ini dirinya dan ibunya memang tinggal di rumah Lia, itulah sebabnya mengapa Lia tidak menyukai keberadaan Shelva.

Ya seperti itulah, disini ceritanya lagi menceritakan kehidupan Shelva dulu, next bakal ada cerita kehidupan Fano, agak ga nyambung emang ceritanya maaf🙏




Vote dongg!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Reason I SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang