ㅤㅤ tidak ingin mengetahui orang dibalik ini semua menyadari jika yunho sebenarnya sudah mengetahui kebaradaan kamera kecil tersebut, akhirnya yunho memutuskan untuk mengembalikannya ketempat semula.
jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan seisi unit apartemen yunho kini sangat gelap gulita karena yunho yang mengurungkan niatnya untuk menghidupkan kembali generatornya.
“semoga dengan begini mereka nggak bisa melihatku. eh tapi.. apakah kamera itu dilengkapi dengan inframerah?”
yunho mulai agak panik. dirinya memeluk kedua kakinya, dan terus menghadap ke jendela luar dihadapannya.
“coba kalau aku punya teman.. mungkin aku bisa sedikit tenang, atau dapat jalan keluar dari ini semua..”
ㅤㅤ yunho meraih ponselnya dimeja dekat sofa. waktu meraih ponselnya, seluruh badan yunho seketika mematung sesaat karena mengingat, “perasaan terakhir kali aku taruh ponsel ini di kamar..?” ucapnya dalam hati.
belum menyalakan ponselnya, yunho sedikit meraba-raba ponselnya terlebih dahulu. dan dugaannya benar, karena dibagian belakang ponselnya yunho bisa merasakan seperti ada noda yang lengket. mendekatkannya kehidung, “bau kopi..” monolognya.
yunho jadi takut-takut untuk membuka layar ponselnya. bermenit-menit yunho hanya memperhatikan ponselnya tersebut. namun tiba-tiba saja layar ponselnya itu menyala, dan ternyata ada pesan masuk.
yunho meruncingkan matanya guna melihat isi pesan tersebut. apakah itu dari jongho?
“sebenarnya memang begitu adanya. bukan tidak disengaja. jangan mempercayai orang lain selain dirimu sendiri. hati-hati.”
yunho menelan ludahnya kasar. nomor pengirim itu tidak tersimpan di kontak yunho. dan saat mencoba menghubunginya pun, nomor itu sudah tidak aktif lagi. tapi dari bagaimana pesan itu tertulis, sepertinya orang tersebut adalah orang yang menjadi pasiennya bulan lalu. sepertinya.
ㅤㅤ dada yunho sesak. matanya juga mulai memanas. dirinya tidak tahan dengan hidupnya yang seperti ini. dirinya benar-benar membutuhkan seseorang teman untuk sekedar bercerita. bukan seorang teman yang mengawasinya secara diam-diam.
ㅤㅤ setelah beberapa saat merenung, yunho memantapkan niatnya untuk menghubungi salah-satu temannya. biarlah jika pesannya hanya dibaca atau panggilannya yang ditolak. setidaknya yunho ingin mencoba.
yunho membuka salah-satu aplikasi sosial medianya. menekan laman teman, dari situ yunho ingin tahu siapa dari daftar temannya yang terakhir kali aktif. setelah beberapa kali merefresh, yunho menemukan salah-satu temannya yang terakhir aktif lima menit yang lalu.
“dia? tumben dia aktif malam-malam gini? em.. ok. ayo yunho kamu bisa. eh tunggu.” saat jarinya hendak menekan huruf pertama untuk frasa pertamanya, yunho menghentikannya sejenak.
sambil berpikir, tangan kiri yunho digunakannya untuk mengelupas-lupas kulit bibirnya yang kering. setelah agak tersentak karena rasa perih, yunho pun melanjutkan, “kalau rumahku aja udah diawasi, tidak menutup kemungkinan kalau ponselku ikut diawasi kan? kalau aku hubungi dia, apa dia nanti akan terkena masalah juga sepertiku? ah. sebaiknya tidak usah.. jangan nyusahin orang lain yunho.”
yunho meletakkan kembali ponselnya, dan mungkin akan sejarang mungkin menggunakannya. dirinya agak takut.
ㅤㅤ sekarang yunho tidak bisa mengandalkan orang lain tapi hanya jongho untuk saat ini. walaupun semenjak mendapat pesan dari yang diduga pasiennya bulan lalu, yunho jadi agak kurang yakin.
.
.
.
.
.
bersambung . . .
coba aku pingin tau.
kalau misal kamu ada diposisi yunho,
apa yg bakalan kamu lakuin?😶🌫️
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ suratan tangan, with. jeong yunho
Misteri / Thrillerjadi ini memang ditakdirkan atau diharuskan? disc! saya menggunakan lowercase saat menulis buku ini.