CH 6 -Youth

239 9 7
                                    

.

.

Flashback

Beomgyu melihat Chenle yang dihias dengan bekas darah yang terlihat sudah mengering. Beomgyu memegang tangan Chenle dengan tangannya yang gemetar menahan amarah yang ada diujung tanduk, tetapi Ia masih waras agar tak melampiaskan emosinya disini.

Beomgyu mengambil peralatan medis berupa cairan alkohol dan perban.

5 menit kemudian..

"Sudah selesai"

"Berbaringlah, nak" Beomgyu memegang bahu Chenle dan mengusapnya sayang.

Chenle hanya menuruti perintah bibinya, sementara Beomgyu mulai memeriksa detak jantung Chenle.

Dug!
Dug!
Dug!
Dug!

Beomgyu mendengar detak jantung Chenle yang sangat cepat seperti habis melakukan lomba lari marathon. Hal itu membuat Beomgyu terkejut, tetapi Ia tetap tenang.

Beomgyu menuntun Chenle untuk bangun dari acara berbaringnya, dan membuat surat pernyataan dan surat dokter untuk Chenle.

Setelah melakukan semua itu, Beomgyu dan Chenle keluar dari ruangan tersebut.

"Jung Mark."

Ketiga orang yang ada di luar pun terkejut dengan suara Beomgyu yang memanggil Mark dengan nama lengkapnya.

"B-Beomgyu? Bagaimana.. hasilnya?"

"Jung Chenle, dikonfirmasi telah mengalami gangguan fisik dan mental yang sangat amat parah.. Belum diketahui pasti, sejauh apa orang-orang disekitarnya menyakitinya, baik mental atau fisik.. Tetapi jika diteliti lebih lagi, gangguan yang dialami nona muda Jung terjadi dengan sangat cepat.. Jadi, nona Chenle harus melakukan homeschooling terlebih dahulu sampai masalah ini selesai, dan tolong undang teman terdekat Chenle yang dapat menerimanya apa adanya agar Chenle tak merasa kesepian." Jelas Beomgyu panjang dan lebar.

Ketiga orang yang ada di situ pun hanya bisa terdiam setelah mendengar sang dokter psikolog mengucapkan kata-kata yang dapat "menyayat" hati seorang Jung Mark.

.

Flashback end.

Mark menceritakan semua itu pada Haechan dengan suara yang terdengar gemetar seperti menahan tangis.

Haechan, sebagai seorang ibu, hatinya bagaikan tertusuk duri yang sangat amat tajam ketika mendengar alasan anaknya menjadi seperti ini.

Perlahan, air mata Haechan berhasil menghancurkan bendungan yang menahannya agar tak jatuh.. Tetapi Haechan hanya diam, tak mengeluarkan suara apapun.. Hanya air matanya yang bergerak.

"Haechan-ah.."

"Kak Mark..."

"Aku ingat masa laluku"

Mark terdiam sejenak, kemudian Ia bertanya pada Haechan tentang masa lalunya.

"Apa maksudmu, dear?"

"Bully"

"Aku pernah mengalaminya, tetapi tak separah Chenle.. Anak kita."

"...."

Mark hanya diam.

"Kita bicarakan ini lain waktu, tak perlu dipaksa jika memang tak bisa."

Haechan hanya mengangguk sebagai jawaban, Ia pun menenggelamkan kepalanya di dada sang Suami.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang