Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Jisung dan seluruh keluarga besarnya mencoba untuk memulai hidup baru, hidup tanpa adanya suara semangat Chenle yang biasa mereka dengar.
Tetapi, ada satu insan yang tetap tak bisa merelakan kepergian kekasihnya. Ia sedang menangis sembari memeluk polaroid yang bergambarkan kekasihnya. Menyebut namanya dan meraung sekencang-kencangnya. Melampiaskan segala rasa yang Ia tahan selama 1 tahun 3 bulan lamanya.
"CHENLE-YA.. CHENLE.. KEMBALILAH PADAKU, KEMBALI.. AAARRRGGHH"
Jung Jisung, pemuda itu menangis dan meraung terus menerus. Hampir ½ jam lamanya ia seperti itu.
Ibunya, Jung Jaemin. Ia datang ke kamar anaknya dan menghampiri anak tunggalnya itu. Hancur sudah pertahanannya itu, mereka juga manusia yang berhak untuk menangis.
"Jisungie, sayang.. Sudah, nak.. Hiks, tolong jangan begini sayang hikss"
Jeno mendengar semua suara keributan itu, dan akhirnya Ia juga membantu Jaemin menenangkan Jisung. Walaupun sia-sia.
"Shh shh sudah. Tak apa, Jisung. Biarkan Chenle beristirahat sebentar. Daddy yakin, jika kau benar-benar ingin menunggu, maka kau dan Chenle akan dipertemukan kembali. Percayalah." Ujar Jeno pada anaknya.
"Aku selalu menantinya, aku ingin bertemu dengannya lagi. Tapi dia tak pernah datang di mimpiku sejak 2 bulan yang lalu. Yang terbayang adalah masa itu." Jelas Jisung pada ayahnya dengan tangisnya, membuat Jaemin semakin menangis memeluk anaknya.
Jeno hanya menghela nafas, dan memeluk kedua semestanya. Ia hanya bisa berdoa, agar salah satu dari keluarganya, tidak mengalami hal yang sama.
.
.
"HAECHAN, TIDAK"
PRANG
Mark memeluk Haechan yang mulai meronta lagi. Semenjak kematian Chenle, Haechan memiliki gangguan psikologis, yang membuatnya selalu terbayang akan Chenle. Dan akhirnya, Ia berniat untuk bunuh diri karena kewalahan merasa diteror.
"LEPASKAN AKU, BIARKAN AKU BERTEMU ANAKKU.. AAAGGRRHH LEPASKAN AKU, hiks.. AAAKKHHH" Haechan meraung di dalam pelukan paksa Mark. Mark tak bisa melakukan banyak hal, sebenarnya Ia juga kewalahan mengurus Haechan yang seperti ini.
Tetapi kata psikiater, Haechan harus diberikan afeksi lebih agar merasa nyaman. Maka Mark tak punya pilihan lain, Ia hanya bisa memeluk Haechan.
"Hiks.. Mark, aku ingin bertemu Chenle. Kumohon, lepaskan aku.. Hiks.." Ucap Haechan di sela-sela tangisnya, membuat hati Mark seakan-akan tersayat sebuah belati tajam.
"Kelak kau akan bertemu dengannya, sayang.. Kumohon, temani aku berjuang. Kita akan mencari cara yang lebih baik untuk bertemu dengan Chenle, oke?" Tutur Mark membuat Haechan merasa lebih baik.
Mungkin karena lelah, Haechan tertidur dalam pelukan Mark. Dan akhirnya, Mark membawa Haechan ke kamar mereka. Mereka tidur bersama-sama.
.
.
"Sungchanie.."
Sungchan menoleh mendengar panggilan dari istrinya, Shotaro. Ia mendekatkan diri pada istrinya, dan mengatakan "Nande? Kau butuh sesuatu?"
Shotaro tidak menjawab, hanya menundukkan kepalanya. Di detik berikutnya, Ia merentangkan tangannya pada Sungchan. Seolah meminta pelukan.
Sungchan memeluk Shotaro. Mengerti dengan apa yang ada dipikiran istrinya, Sungchan mengusap lembut kepala Shotaro.
"Sudah, sayang. Biarkan Chenle beristirahat, jangan terlalu memikirkan itu. Kalau kau stres, maka baby kita akan terkena pengaruhnya juga. Jangan ya? Chenle sudah tenang disana." Tutur Sungchan. Shotaro mengangguk kecil dalam pelukan suaminya.
.
.
Malam telah datang, sinar purnama telah menyinari malam hari yang gelap.
Jisung sudah tidur dengan mata yang masih sembab. Jaemin iba, tetapi tak bisa melakukan apa-apa. Jaemin mengecup kepala anaknya, dan Jeno mulai mendoakan Jisung.
Setelah dirasa aman, sepasang pasu'tri' itu kembali ke kamar mereka.
Jeno mulai mematikan lampu, sedangkan Jaemin masih terduduk di ujung kasur.
Jeno melihat Jaemin sedang melamun. Ia pun menghampiri Jaemin, dan memeluk kesayangannya itu.
"Anak kita begitu rapuh, ternyata Ia membutuhkan kasih sayang yang besar secara langsung. Ia menjadi semakin tertutup semenjak kematian Chenle." Ujar Jeno sembari mencium pucuk kepala Jaemin.
Lagi dan lagi, Jaemin menangis. Ia membalas pelukan suaminya lebih erat. Jeno hanya bisa menenangkan Jaemin. Tetapi Ia tak tau, bahwa ada sesuatu yang lain yang disembunyikan oleh Jaemin.
"Hiks.. Maafkan aku, aku bukan istri yang sempurna.. Hiks.. Maafkan aku.. Maaf.."
Dahi Jeno mengernyit saat mendengar kata maaf yang diucapkan oleh Jaemin berkali-kali. Apa salahnya? Tidak sempurna? Lalu apakah diri author & reader ini? Arang?
"Apa, sayang? Kenapa? Apa yang terjadi?"
Jaemin melepaskan pelukannya, dan mengambil amplop di atas rak sebelah kasur. Ia memberikan amplop itu pada Jeno.
Jeno menerima amplop itu dan membukanya dengan ragu. Ia baca satu buah kertas yang ada di dalam amplop itu dan membaca satu per satu kalimat yang ada di kertas Itu.
Jeno menatap Jaemin yang menunduk. Jeno meletakkan amplop itu dan langsung memeluk kembali istrinya itu.
"Kenapa? Kenapa kau menolak untuk operasi? Kenapa? Kankermu sudah hampir stadium akhir!" Ujar Jeno
"Itulah alasannya! Percuma jika di operasi! Aku lebih baik mati daripada merasakan 57 del rasa sakit ketika melakukan terapi!"
Jeno tak bisa menahan tangisannya, hancur sudah pertahanannya. Sungguh, tak pernah Ia dan keluarganya sehancur ini ketika kehilangan anggota keluarga. Bahkan saat kehilangan kakek dari pihak keluarga Jung, mereka hanya butuh 2 minggu saja untuk menyesuaikan diri. Keberadaan Chenle selama 10 tahun lebih benar-benar berarti bagi keluarga mereka.
"Hiks.. Dia kembali, Jeno.. Kumohon jangan tinggalkan aku.. Anak kita lebih dari rapuh.. Hiks.. Variesya kembali.. Hiks.." Isak Jaemin dalam pelukan Jeno, membuat sang empu tidak bisa menahan emosi yang bercampur.
Hyeri Variesya Kindara, perempuan itu adalah adik kelas Jeno pada saat sekolah menengah atas. Perempuan itu terobsesi pada Jeno dan berencana membunuh Jaemin sejak dahulu.
"Hyeri? Apa yang dia lakukan? Bukankah dia sudah bertunangan?" Kata Jeno
"Dia menemui Hovero. Aku mendengar mereka bersekongkol untuk mencelakai aku.. Ketika mereka berhasil menculik aku, Hovero akan memperkosaku.. Dan dia menikahiku, Variesya akan menikahimu secara paksa juga.. Hiks.."
Hovero Herda, mantan pacar Jaemin yang terobsesi padanya sampai melakukan hal tidak senonoh dan akhirnya membuat Jaemin tidak nyaman.
"SIALAN. Beraninya mereka berencana melakukan itu.. Huh, tenanglah sayang.. Jisung dan kau akan aman.. Bodyguardku akan kukerahkan hampir 93% pada kalian.. Aku sudah tau ini akan terjadi."
.
14 bulan kemudian
.
"Sayang.. Hiks.. Maafkan aku.. Aku egois.. Aku tak bisa melupakanmu. Maafkan aku, maaf."
Lagi, satu insan yang sama masih menangis mengucapkan beribu kata maaf untuk kekasihnya. Ini adalah awal dari kehidupan barunya. Setelah 12 bulan lebih, Ia akan pergi meninggalkan kepedihan yang tinggal bersamanya.
"Maafkan aku.. Chenle-ya.. Mungkin, sekarang, besok, atau suatu hari nanti.. Ini adalah Bunga Terakhir yang akan aku berikan kepadamu. Aku akan mencoba bertahan hidup dengan mengenang kenangan kita, seperti yang kau lakukan."
Jisung, benar-benar menyayangi semestanya. Sama seperti ayah Chenle menyayangi istrinya, dan ayahnya yang begitu mencintai ibu Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
RandomDia yang gagah, dingin, cuek, tetapi menjadi manja dan terlihat lucu di depan keluarganya.. Ialah kepala keluarga Lee, Mark Lee. Dia yang ramah, pintar, sopan, tetapi memiliki kasih sayang yang sangat besar terhadap keluarganya.. Ialah ibu rumah ta...