Bab 3: Gereja

125 19 2
                                    

Disebuah rumah minimalis berwarna putih pucat terdapat seorang gadis bersurai panjang mengetuk pintu beberapa kali, bisa dilihat dengan raut wajahnya yang kesal itu karena beberapakali ia mengetuk pintu orang yang dihampirinya belum kunjung keluar. Gadis tersebut bernama Isabella merupakan tetangga Aerinda, dan orang yang ia hampiri itu tentu saja adalah Aerinda sendiri. Kakinya beberapakali di hentakan pelan agar orang yang berada didalam rumah itu cepat keluar, karena rasa ia pegal terus menerus berdiri maka Isabella memilih untuk duduk dibangku panjang teras rumah Aerinda.

Berapa menit ia duduk di bangku panjang tersebut terlihatlah Aerinda menggunakan hijab dan baju gamis rapatnya, berisi sekantong kresek yang mungkin adalah baju ganti. Isabella pun sama penampilan nya dengan Aerinda, memakai jilbab dan baju gamis rapat-rapat agar tidak di gosipi tetangga yang tidak-tidak.

"Kau lama sekalii" Isabella menatap bosan kearah Aerinda. "Kakiku sampai pegal kau tau" lanjutnya kemudian berdiri dari posisinya.

"Maaf, soalnya aku sedang mencari baju — itu — " ujar Aerinda menatap kresek yang ia bawa namun Isabella memutar bola matanya bosan. "Mau bagaimana lagi kan, jadi pemberontak itu sulit"

Gadis berkerudung hitam pekat itu menggelengkan kepalanya pelan tak habis pikir dengan sahabatnya itu, "harusnya kau meletakkan — itu —  dengan benar" nasehat Isabella, "bukan kali ini saja tapi setiap kita pergi kau paling lama sibuk mencari baju — itu — !"kesalnya.

Namun Aerinda menatap horor kearah Isabella dengan gaya nya yang berkacak pinggang. "Kau hanya gampang mengatur Isabella, kau tidak tau rasanya seperti aku — "

"Sudah basi omongan mu! Cepat, nanti kita terlambat ke sana" Isabella memotong omongan Aerinda dan segera membuka kunci mobil yang mana itu membuat Aerinda berdecak kesal. Melihat sahabatnya bertingkah begitu ia hanya menghela nafasnya pelan dan ada perasaan bersalah,"maafkan aku, tapi lainkali usahakan jangan telat, toh.. nanti yang ada tempat itu ditutup"

Helaan nafas keluar di bibir Aerinda dan ia pun masuk kedalam mobil bagian kursi pengemudi, "tidak, harusnya aku yang meminta maaf. Soalnya dirumah ku tidak ada tempat aman" Aerinda menyalakan mesin mobilnya dan kemudian berbelok.

Jangan terkejut ya jika Aerinda bisa menyetir mobil, soalnya kan Aerinda dan Isabella sama-sama les pengemudi, selama 2 tahun mereka les dari mulai kelas 3 SMP hingga kelas 1 SMA, kelas 2 mereka sudah ahli nyetir mobil. Mobil Ayla putih milik Isabella ini di setir boleh Aerinda dan si pemilik mobil hanya duduk santai.

Tempat tujuan mereka untuk ke Gereja. Ya, ya ke Gereja, dan karena Aerinda telat tadi Isabella berharap agar mereka tidak ketinggalan Roseria, Aerinda pun menyetir dengan kecepatan lumayan agak tinggi agar sampai ketempat tujuan, Isabella sempat tegang dan agak takut dengan Aerinda yang menyetir ngebut itu, ini dijalan raya dan banyak pengemudi lain takut saja jika mobil yang mereka tempati ini menabrak sesuatu.

Biar tidak terlalu tegang Aerinda pun mengurangi sedikit kecepatanya dan mengobrol kepada Isabella sembari pandanganya fokus kejalan, keadaan Isabella sekarang pun sudah membaik dan tidak tegang seperti tadi. Mobil Ayla kini harus terhenti karena akan adanya kereta mau lewat, disitulah bisa dimanfaatkan dengan obrolan panjang lebar.

"Isabella" panggil Aerinda.
"Ada apa?" Balas Isabella sembari memperhatikan kereta yang lewat.
"Saran meletakkan baju dan Alkitab agar tidak tertahuan bagaimana? Alasan aku lama tadi karena mencari itu, tapi kalau tidak disembunyikan nanti mama dan papa akan tertahuan" jelasnya dengan panik, "bagaimana ini??" Paniknya.

"Tenang" Isabella menyuruh Aerinda tenang, "kau mungkin bisa menyembunyikan nya di bagasi mobil ku" ucapnya yang mana membuat seketika Aerinda merasa kegirangan, "tapi sebelum itu..." mendengar kata tapi membuat Aerinda kembali memasang raut wajah sedih, "papi juga suka memeriksa bagasi mobil jadi.."

"Jadi bagaimana?!" Potong Aerinda cepat dengan wajah panik,

Sebelum Isabella akan menjawab terdengar suara klakson mobil lain dan juga motor, dan itu diarahkan kepada mobil Ayla berwarna putih ini, pengguna jalan disini marah lantaran Aerinda belum menjalankan mobilnya,

"Cepat jalan!"

"Jangan buat kemacetan!"

Aerinda hanya cengengesan dan memajukan mobilnya, yang mana ia bisa maju walau dengan pelan-pelan, tak perlu khawatir Aerinda sudah jago nyetir, memang biasanya mobil akan langsung mogok jika melintasi rel kereta namun sekarang dibuktikan gadis itu mampu menyetir mobilnya melewati rel kereta itu dengan selamat,

Kini Isabella pun bisa menjawab tentang masalah Aerinda langsung, tadi itu belum sempat menjawab sudah langsung di klakson dan peringatan.

"Jika diletakkan di Gereja nanti hilang, susah juga ya..." pikir Isabella.

Aerinda memutar bola matanya dengan bosan menatap teman nya sekejab lalu pandanganya beralih ke jalan. "Tapi buktinya kau cepat datang"

"Cepat datang sih cepat datang, tapi aku juga ngumpetin nya ditempat jauh seperti kamu" jelas Isabella membuat kepala Aerinda pusing dan tangan kirinya memijat pelipisnya.

"Tak taulah! Yang penting kita sampai ke Gereja"

.

"Aerinda kita duduk dibangku depan!" Seru Isabella sembari mendudukan diri bangku paling depan.

Sekarang ini posisi mereka sudah berada didalam Gereja, Aerinda dan Isabella memakai jilbab dan baju gamis itu berubalah seketika, mereka memakai baju putih senada sampai ujung kaki baju yang biasa dipakai di Gereja, rambut mereka dibiarkan terurai panjang.

Mobil Isabella diparkirkan di sebelah mobil yang lain, sebelum akan masuk kedalam Isabella memotret plat nomor mobil guna agar tidak tertukar, seperti kasusnya minggu kemarin.

Aerinda hanya berdecak kesal kepada sahabatnya itu dan duduk bersebelahan dengan Isabella, ia menepuk keningnya melihat kelakuan teman nya itu,"jangan keras-keras!" Tegurnya, "ini di Gereja!" Lanjutnya yang mana membuat Isabella cengengesan.

KRISLAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang