03 : Sweater

185 16 1
                                    

Hikari menyelinap masuk ke rumahnya dan menemukan ibunya telah tertidur di sofa. Ia pulang terlalu larut sampai membuat ibunya menunggu disana.

Perasaan bersalah merambati hatinya. Ia pergi ke kamar sang ibu yang kosong dan kembali dengan membawa bantal dan selimut. Perlahan ia meletakkan bantal di kepala sang ibu dan menyelimuti tubuhnya.

Ia memberikan ciuman singkat di dahi sang ibu sebelum pergi meninggalkannya sembari menggumamkan kata maaf terus menerus.

Sampai di kamar, Hikari menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya yang tadi rapi menjadi agak berantahkan. Roknya kusut, stoking melorot sebelah dan bekas kotor di mana mana. Bahkan pipinya lebam karena tinjuan Akiko sebelumnya.

Jaket dan seragamnya yang kotor sudah ia masukkan ke tas.

Lalu entah bagaimana, ia sekarang memakai sweater kesayangan Ran.

---

Hikari berjalan dengan lemas menyusuri jalanan. Ia lupa kalau ia menarkirkan motornya terlalu jauh ketika ingin menghajar Akiko, hasil dia putar balik untuk mengambil kedaraanya itu.

Tepat ketika sampai di sebuah minimarket, ia berpapasan lagi dengan Haitani bersaudara yang sepertinya baru selesai belanja.

Mereka menyadari kehadiran Hikari menoleh dan disuguhkan pemandangan yang lumrah di mata mereka.

Penampilan Hikari sudah kacau yang kemungkinan besar disebabkan oleh perkelahian. Mengingat ada luka lebam dipipinya dan seragamnya yang compang camping seperti gembel.

"Gembel mana lagi ini?" Tanya Rindou mengejek dengan cengiran khas.

"Gembel apanya?! Aku barusan ngehajar Akiko tau!" Balas Hikari kesal.

Alis Ran terangkat, merasa tak asing metika nama Akiko disebut. Sebelum akhirnya ia teringat siapa gadis yang dimaksus Hikari.

"Rindou, dia gadis yang kita gilir saat itu bukan? Katsura Akiko?" Tanya Ran ceplas ceplos.

Rindou nampak diam mengingat ingat sebelum mengangguk. "Aku ingat. Itu pelayanan terburuk yang pernah kuterima."

Akibat respon sang adik, Ran tertawa. "Bahkan pekerja baru di bar masih bisa melayani dengan baik."

"Akhem!" -- "Apa aku bisa lewat?"

Kedua kakak beradik yang tadi sibuk bercanda pun menatap Hikari lagi sebelum akhirnya memberikan jalan. Dengan senang hati Hikari melewati mereka. Tapi baru dua kali melangkah, sebuah sweater putih dlempar ke kepalanya.

"Pakai itu. Kau tidak mau ketahuan habis berkelahi, kan?"

---

Itu memang sangat baik. Ran yang biasanya dikenal sangat was was dengan orang baru, sekarang dengan santainya meminjamkan sweaternya.

Merk nya pun bukan merk murahan kawan kawan.

"Gue jual nih, bisa dibuat beli motor baru." Gumamnya pelan.

Ia baru selesai mandi dan sekarang tengah bersiap tidur. Baru saja akan memejamkan mata, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Mau tidak mau membuat Hikari bangun dan melihat siapa pengirim pesan tersebut.

MEIAN - 明暗 | TokRev × OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang