"Tunggu sebentar ya, Pak, akan saya cek". Ujar staff rumah sakit itu sambil menggerakkan tangannya diatas keyboard.
Jonghyun baru saja tiba di University Hospital 10 menit yang lalu dan ia sekarang sudah berada di meja resepsionis.
"Nyonya Sharon Camilla ya pak? Di ruang 502 lantai 5".
"Oh baiklah. Terima kasih banyak". Jonghyun tanpa berkata banyak langsung melesat menuju tempat dimana lift berada. Ia menekan tombol lift berkali-kali, berharap pintu lift segera terbuka saat itu juga.
"Jonghyun-ssi!" Jonghyun langsung menoleh begitu melihat seorang wanita...oh bukan, seorang gadis yang sepertinya berumur 20 tahunan itu berlari kecil menghampirinya.
Jonghyun tidak mengenali siapa gadis itu dan mengira bahwa dia adalah fansnya yang suka mengikuti dirinya kemana saja.
Oh Tuhan tolong lindungi aku dari fans mengerikan ini. Gumannya dalam hati sambil memejamkan mata sejenak.
"Gak usah takut. Aku bukan fansmu yang suka mengikutimu kemana saja". Jonghyun membuka matanya dan menoleh kearah gadis itu. Ia menatap dengan kaget seolah-olah gadis itu dapat membaca pikirannya saat ini.
"Aku Shinmyun, Jonghyun-ssi". Ujarnya sambil tersenyum.
Jonghyun semakin terkejut dan dia tidak menyadari matanya terbelalak. Ia ingat nama Shinmyun tapi tidak dengan wajahnya. Shinmyun yang melihatnya langsung terkekeh-kekeh. "Maaf membuatmu terkejut, aku tidak bermaksud. Kebetulan sekali kita bertemu. Saat ini..."
"Bagaimana keadaannya?" Jonghyun memotong pembicaraan Shinmyun dengan tersenyum memaksa. "Apa dia baik-baik saja? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Shinmyun terdiam sejenak, kemudian menghela napasnya dalam-dalam.
"Dokter bilang dia baik-baik saja". Kemudian gadis kelahiran 1989 itu melirik Jonghyun sebentar. "Tapi... kakinya patah. Harus di gypsum 2 bulan". Lanjutnya sambil menundukkan kepalanya.
"Apa? Patah? Gypsum? 2 bulan? Shinmyun-ssi, apa yang terjadi?" Jonghyun tidak mengerti apa yang terjadi terhadap temannya itu.
Shinmyun mengangkat bahunya, "Aku juga tidak tahu. Dia belum menceritakannya padaku, juga pada member yang lain".
"Ayo masuk. Lihat, sudah banyak wartawan di depan pintu sana". Shinmyun menunjuk ke arah luar rumah sakit sambil mendorong pelan badan Jonghyun ke dalam lift.
Jonghyun melirik sekilas dan ternyata benar, sudah banyak wartawan yang berlomba-lomba masuk ke dalam lobby. Ia kembali mendesah. Sudah biasa ia setiap hari melihat pemandangan itu. Dan untungnya ia mengenakan perlengkapan penyamarannya. Topi dan kacamata. Semua serba hitam sehingga tidak ada orang yang tahu bahwa ia adalah Jonghyun, member SHINee yang terkenal itu.
Tapi...kenapa gadis ini bisa mengenali aku?
Jonghyun melirik gadis ini dari atas sampai bawah. Sadar bahwa Shinmyun juga memperhatikannya, Jonghyun pura-pura mengalihkan pandangannya.
"Sebenarnya..." Shinmyun mencoba menghilangkan kecanggungan antara mereka.
"Jam 10 tadi Lala bilang mau ke kantor JYP. Katanya dipanggil orang kantor. Aku tanya siapa orangnya namun dia tidak mengatakan apa-apa, setelah itu dia langsung pergi tanpa membawa apa-apa. Hanya kunci mobil dan dompet". Jelas Shinmyun dengan singkat.
Jonghyun hanya menyimak tidak mengeluarkan suara apapun. Bergumam pun tidak.
"Sekitar jam 11, aku mendapat telepon dari manajer kami bahwa ia kecelakaan. Mobilnya terguling dan dia-"
"Cukup, Shinmyun-ssi. Informasimu sudah lebih dari cukup. Tolong antar aku ke kamar Lala". Jonghyun kembali memotong pembicaraan gadis yang kini berjalan di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man After My Heart (SHINee Jonghyun Fanfiction in Bahasa)
Teen Fiction"Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah Tuhan campur tangan di dalamnya?"