01

299 100 20
                                    

Aksa melangkahkan kakinya di koridor sekolah. Ia hanya bisa menunduk sepanjang koridor.

Aksa itu korban bullying di sekolahnya, dan pihak sekolah tidak pernah peduli tentang itu. Aksa memendam semuanya, sendiri.

"AKSARA!!" Seseorang berteriak sambil berlari ke arah Aksa bersama temannya.

Melihat mereka yang berlari kecil, Aksa segera mempercepat langkahnya tapi terlambat. Salah satu dari mereka sudah merangkul Aksa duluan.

Jika kalian berpikir mereka adalah kumpulan orang yang selalu merundung Aksa, maka kalian salah. Justru mereka yang selalu melindungi Aksa dari semua rundungan yang Aksa alami.

Tapi mereka itu sangat ricuh, dan sedikit mengganggu ketenangan Aksa.

"Iru," Panggil seorang siswi yang diketahui bernama Habelia dan kerap disapa Abel.

Aksa hanya menolehkan kepalanya ke arah Abel.

"Iru nanti istirahat kita bareng ya! Iru gak perlu ngeluarin uang, ada Adam baik hati." Ucap Abel sambil melirik ke arah Sadam.

Sadam hanya bisa tersenyum tipis membalas ucapan Abel yang nampak seperti anak kecil.

Akay yang dari awal hanya diam akhirnya membuka suaranya.

"Mau ya? Kalo gak mau nanti gue seret."

Aksa hanya melirik sekilas kepada Akay dan pergi dari mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"WOI AKSA TUNGGUIN!"
Akay berteriak sebenarnya ia sangat kesal ketika di abaikan oleh Aksa tapi mau bagaimana lagi.

4 anak yang menurut Aksa adalah pengganggu itu mengejar Aksa hingga ke kelas dan melihat Aksa yang tengah duduk di bangku nya.

Lalu Akay melangkahkan kakinya kesamping bangku Aksa. Bisa kalian tebak kenapa?

Karena Akay adalah teman sebangku Aksa dan bagi Aksa itu adalah suatu kesialan.

Karena Aksa yang pendiam dan jarang bicara harus sebangku dengan laki laki yang benar benar berbanding terbalik dengan dirinya.

"Ngomong kek Sa, lo kan gak bisu." Ucap Akay sembari merapikan buku nya.

"Berisik, diem lo." Kali ini Aksa menjawab dengan ketus, ia tidak suka kebisingan.

"Waw takut!" Ujar Akay yang berpura pura ketakutan.

"Nanti pulang sekolah lo mau ikut ke panti gak?"

Aksa mengerutkan dahinya, dan menatap Akay bingung. Saat hendak mengeluarkan suaranya untuk bertanya bel masuk sudah duluan berbunyi. Aksa mengatupkan bibirnya dan kembali menatap lurus ke depan.

Akay menyenggol lengan Aksa hingga membuat sang empu mendelik sebal.

"Hari ini ulangan." ucap Akay panik

"Emang." Jawab Aksa yang memang sudah tahu.

Kepanikan Akay semakin menjadi ketika Pak Wawan -Guru IPA mereka- memasuki kelas.

Wajah Akay pucat dengan peluh yang membasahi dahinya. Aksa yang melihat itu pun mengangkat tangannya membuat seluruh atensi mengarah padanya

"Pak, Akay sakit." Ucap Aksa.

Akay hanya terdiam dengan keadaan yang sangat berantakan, jantung Akay berdegup kencang saking paniknya.

Pak Wawan mendekati Akay dan memeriksa suhu tubuh Akay dengan meraba dahi nya.

Kepanikan Akay membuat badan nya seperti demam dengan kening hangat dan dipenuhi keringat.

"Beneran sakit ini mah ke uks aja Akay." Ujar Pak Wawan.

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang