03

168 95 14
                                    

Pancaran sinar matahari menelusup melalui jendela dan mulai mengganggu tidur Aksa.

Aksa terbangun tepat pukul 08:00. Hari ini Sabtu, hari di mana ia akan pergi bekerja.

Aksa beranjak dari kasurnya dan pergi kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi Aksa pergi ke depan cermin untuk menata rambut nya, ia mengenakan jaket parasut, mengambil kunci motor dan handphone lalu turun dari kamarnya.

"MIMIHH DIMANAAA? KAKA MAU MAKANNN." Teriak Aksa sembari menuruni tangga.

Aksa mencari keberadaan sang Nenek di seluruh ruangan hingga ia berhenti di kebun belakang, ia mendapati sang Nenek yang sedang menyiram tanaman.

"Mimih Kaka lapeeerr, Kaka mau makan." Aksa mengadu bahwa ia lapar.

Nenek Aksa hanya membalas dengan gelengan pelan serta senyum yang menghiasi wajahnya.

"Ih malah senyum, Mimiih ayo makan!!" Aksa berlagak marah seperti anak kecil.

"Iya, Kaka tunggu di meja makan Mimih belum beres." Balas sang Nenek

Aksa kembali ke dapur dan duduk di meja makan tak lama Nenek Aksa datang dan menata makanan di meja makan. Aksa dan Neneknya pun menyantap makanan yang disajikan.

Setelah selesai, Aksa menyalami tangan Neneknya dan berkata..

"Kaka udah selesai, berangkat kerja dulu ya Mih."

"Iya hati hati sayang, jangan lupa sholat sama makan ya. Kalo ada apa apa telepon Mimih."

Aksa pergi meninggalkan rumah dan menaiki motornya.

Sang Nenek merenung sejenak dan bergumam.

"Kasihan Aksa, dia masih kecil. Seharusnya dia menikmati masa mudanya, tetapi dia malah menghabiskan waktu nya untuk berkerja..."

****

Aksa memarkir motornya di halaman di tempat kerjanya. Aksa bekerja sebagai kurir paket, ia bekerja biasanya pada hari Sabtu Minggu dan sepulang sekolah.

Ia bekerja untuk membiayai hidupnya, karena jika bukan dirinya mau siapa lagi? Neneknya sudah tak mampu untuk berkerja, lalu Ayah dan Ibunya? Melihat Aksa pun sepertinya tak sudi.

Aksa masuk kedalam tempat kerjanya, ia mengisi laporan kerja hari ini dan mengambil paket paket yang harus ia antarkan, ada sekitar 62 paket yang harus ia antarkan hari ini.

Aksa menyusun paket paket itu di motornya dan menggunakan helm nya, dari buku laporan yang ia bawa paket pertama yang harus ia antar ke daerah perumahan yang berada di Soreang.

Di perjalanan menuju perumahan tersebut Aksa melewati pos satpam tempat yang di mana ada anjing hitam selalu mengawasi Aksa jika ia lewat sana. Aksa selalu ingin menghindari anjing itu, tetapi tidak ada jalan lain, jadi ia terpaksa.

Aksa itu takut dengan anjing, anjing apapun itu. Dan kini ia dihadapkan dengan seekor anjing hitam yang besar. Aksa melajukan kecepatan motornya di atas rata rata.

Sesuai dugaan Aksa, anjing hitam itu mengejarnya sembari menggonggong keras.

"Pergi anjing! Sialan, aduh Mimih..." Sepanjang perjalanan Aksa hanya bisa mengumpat dan mengaduh. Hingga akhirnya ia sampai di rumah penerima paket dan anjing hitam itu tak mengejarnya lagi.

Aksa mengetuk pintu dan meneriakkan nama penerima paket. Alangkah kagetnya sang penerima paket ketika melihat Aksa.

"AKSA?!" Teriakkan itu menggelegar membuat telinga Aksa sedikit sakit.

"KOK ELO JADI TUKANG PAKET?"

"Ini kerjaan gue, Kay." Jawab Aksa. Ya, penerima paket itu adalah Akay.

"KOK LO KERJA SI? KOK BISA? KENAPA BISA?" Akay bertanya tanya, ia masih bingung dan terkejut. Sementara yang ditanyai tak kunjung menjawab.

Semicolon;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang