Mati Lampu

24 6 1
                                    

➴➴➴

Malam ini waktu menunjukkan pukul 20:46. Kini Fedry sedang duduk santai di sofa ruang tamu.

"Fed." panggil Amel yang menghampiri Fedry. Lalu duduk di sebelahnya masih ada jarang diantara mereka.

"Hm." jawab Fedry singkat karena terlalu fokus dengan benda pipih yang ia pegang.

"Ga jadi deh." ujar Amel lalu berdiri lagi dan pergi meninggalkan Fedry di sofa.

"Gak jelas lo." ucap Ferry.

"AAAA!!" teriak Amel saat tiba-tiba rumah menjadi gelap karena mati lampu.

"Amel!" gumam Fedry panik ketika mendengar teriakan dari Amel. Lalu ia segera menyalakan lampu flash yang ada di handphonenya dan mulai melangkah menghampiri Amel.

Sinar flash tersebut menyorot tubuh seorang gadis yang terduduk ketakutan di lantai.

"Mel, lo ga papa?" tanya Fedry panik.

Lantas Amel mendongakkan kepalanya mencoba untuk melihat wajah Fedry. "G-gue ga papa kok, tadi cuma kaget." balas Amel. Fedry mengangguk paham. "Makasih." ujar Amel.

"Hm, sama-sama." balas Fedry, lalu ia hendak mengambil langkah menjauh dari Amel tiba-tiba Amel berbicara. "Jangan pergi dulu! Temenin gue, ambil HP di kamar." pintar Amel.

"Tap-, yaudah ayok."

Amel yang ketakutan hanya bisa mengenggam tangan Fedry erat-erat agar raga itu tidak dapat menjauh darinya. Fedry yang terus memandangi raut wajah ketakutan Amel hanya bisa menahan tawa. "Tadi aja sok cool, giliran mati lampu aja takut lu!" timpal Fedry.

Amel beralih menatap netra Fedry walau tak terlalu terlihat karna minimnya cahaya. "Namanya juga takut..." jawab Amel lirih.

"Haha iya deh." jawab Fedry.

"Gue tau lo banyak kecewa sama gue, dan lo nutupin dengan cara cuek ke gue. Tapi dari sifat asli lo keknya menarik." gumam Fedry. "Persis kek bocil!" lanjut Fedry masih berbicara di dalam batin.

"Udah." ucap Amel saat sudah mengambil handphonenya yang tertinggal di kamar.

"Ke balkon yuk?" ajak Amel.

Fedry menautkan alisnya. "Mau ngapain?" tanya Fedry.

Amel tersenyum manis. "Liat bulan." jawabnya.

"Katanya lo takut gelap?" tanya Fedry lagi.

"Kan ada cahaya bulan." balas Amel. "Jadi... Ga segelap di dalem sana." sambung Amel.

"Yaudah ayok."

Lalu mereka duduk di ayunan yang ada di balkon kamar Amel. "Gelap adalah hal yang paling aku takuti tapi kalo aku lagi sedih gelap bisa jadi hal yang paling aku sukai." ujar Amel sambil menatap bulan di langit malam.

Sedangkan Fedry hanya menatap Amel dari samping. "Ada aja kelakuan lo." batin Fedry.

Setelah itu hanya ada hening di antara mereka. Amel hanya diam sembari menikmati hembusan angin malam, begitu juga dengan Fedry.

Ingin mencairkan suasana, Amel memutar lagu dari handphonenya.

"But it's so good, I've never known anybody like you. But it's so good, I've never dreamed of nobody like you.
And I've heard of a love that comes once in a lifetime. And I'm pretty sure that you are that love of mine...." bibir Amel bergerak mengikuti lirik dari lagu tersebut.

"Cause I'm in a field of dandelions
Wishing on every one that you'll be mine, mine...." sambung Fedry sembari menatap Amel yang sedang menyanyi.

"And I see forever in your eyes. I feel okay when I see you smile, smile. Wishing on dandelions all of the time. Praying to God that one day you'll be mine.... Wishing on dandelions all of the time, all of the time." suara mereka bertemu di bait tersebut. Mereka saling menatap satu sama lain, menciptakan suasana yang berbeda diantara mereka.

"Suara lo bagus juga." puji Fedry setelah lagu itu selesai.

Amel beralih menatap Fedry lalu tersenyum kecil. "Suara lo juga."

Lalu kondisi kembali hening, hanya ada suara dari lagu yang di putar oleh Amel, hembusan angin malam dan rintik-rintik hujan yang mulai turun.

"Mel." panggil Fedry seraya menoleh ke arah Amel. Senyuman kecil terbit di bibir Fedry. "Malah tidur." ujar Fedry. Ya, Amel tertidur ketika sedang fokus mendengarkan lagunya tadi. "Lo bisa ga sih jangan buat orang salah tingkah?" tanya Fedry, tentu saja ia tidak mendapat jawaban dari gadis disampingnya itu, karena ia sedang tertidur. Ia mengambil handphone Amel untuk mematikan lagu yang masih berbunyi tersebut.

"Mel bangun yuk, jangan tidur disini." ucap lelaki tersebut, namun tidak ada respon dari Amel. "Jangan kaget." ucap Fedry tepat di telinga Amel. Lalu Fedry berdiri dari duduknya dan berniat ingin mengendong Amel untuk masuk ke dalam agar tidak kedinginan. Dan Fedry langsung bergerak untuk mengendong Amel ala bride style.

Ia meletakkan tubuh Amel di atas kasur, dan menutupinya dengan selimut agar tidak kedinginan. "Nah kan enak kalo tidur disini, kaga kedinginan." oceh Fedry. Lalu ia keluar dari kamar dan menuju ke lantai bawah untuk tidur. Oh iya, lampu juga sudah hidup ketika Fedry menggendong Amel untuk masuk ke dalam.

☘︎☘︎☘︎

Oh iyaaaa lupaaaa!!
Cerita ini tidak menyangkut siapa pun.

Yg tau bilek "yang bener??"

YTTA YGY!!

Hehe gini, cerita ini kan ngomongin soal halu ku jadi ya terserah aku, soal sangkut paut nama kisah masa lalu. Biarlah jadi urusan aku. Kalo kamu mau baca tinggal baca aja ga usah di bayangin kalo itu aku sama orang tersebut (Fedry). Lagian ini cerita saya, ini halu saya, aplikasi ini udah jadi bagian catetan ku, yaitu dengan cara nuangin sebuah kisah dan dibuat menjadi cerita yang bisa di baca sama pembaca kayak kalian. Cerita aku rata-rata aku ambil dari halu dan kisah sendiri. Untuk halu kalian bisa baca ARIS. Untuk yang di ambil dari kisah nyata, kalian bisa baca Terjebak dalam hubungan HARAM. Tapi inget, cerita ini masih aku draf karna ada masalah dalam cerita. Target aku mau nyalin cerita ini sampe bagian di buku selesai aku salin. Cerita ini sendiri udah aku buat sampe bab 13. Dan masih stop di situ belum aku lanjutin lagi karna males.

➴➴➴

Amelia dan Pembunuh Bayaran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang