Pertemuan

41 8 1
                                    

➴➴➴

Malam ini sepulang dari minimarket, Amel berjalan menembus angin malam. "Aduh!!" keluhnya saat tiba-tiba ada seorang lelaki yang menabraknya dengan kencang.

"Sini lo!!" ucap lelaki tersebut lalu menarik tangan Amel paksa untuk bersembunyi di sebuah celah sempit.

Kini posisi lelaki itu merangkap tubuh Amel dengan kedua tangannya yang kekar. "Sstt.. Jangan berisik." bisik lelaki tepat di telinga Amel, dan orang yang dibisiki hanya mengangguk paham.

"Fedry... Where are you?" teriak seorang lelaki. Amel sempat melihat orang tersebut, terlihat seperti sekelompok preman.

"Pistol?" batin Amel ketika melihat salah satu dari mereka membawa benda berbahaya itu.

"kenapa, awak takut? jom main sama-sama." panggil salah seorang diantara mereka.

"Diem, kalo ketahuan kita bisa mati." ujar lelaki tersebut. Mendengar hal itu, tentu saja Amel terkejut bukan main. Tetapi ia hanya bisa dia menuruti perintah lelaki itu.

Setelah di rasa aman, Amel dan lelaki misterius tersebut keluar dari tempat persembunyian. Namun, belum sepenuhnya keluar dari tempat persembunyian, lelaki itu jatuh pingsan tepat di pelukan Amel. "Eh!! Yah kok malah pingsan sih... Kalo gue gendong, ya mana kuat. Lagian kan juga udah malem. Kalo mereka dateng lagi gimana coba?? Trus kalo gue di-. Eh ga boleh mikir gitu!!" monolog nya berbicara sendiri.

"Taksi online!!" gumamnya. Lalu ia mengeluarkan handphone nya dari dalam tasnya dan memesan taksi online.

☘︎☘︎☘︎

Kini Amel sudah berada di dalam kamarnya. Bersama dengan lelaki misterius yang sedang berbaring di kasur miliknya.

"Tadi mereka manggil nama Fedry kan? Kalo iya, kok namanya kayak namanya ya? Atau jangan-jangan..." gumam Amel.

"Halah ga mungkin, yakali dia." lanjut gadis tersebut.

Amel menautkan kedua alisnya. "Eh itu kan?" ucapnya saat indra pengelihatannya menangkap sebuah luka di perut bagian samping lelaki itu.
Ia berniat membuka sebagian baju milik lelaki itu, dengan ragu-ragu Amel membukanya dan ternyata itu adalah sebuah luka tembakan yang tidak terlalu parah. Di bersihkan lalu di perban mungkin bisa sembuh. Pikirnya.

"Ni orang habis dari mana coba?" tanyanya terheran-heran.

"Uhuk... Uhuk..." suara batuk lelaki tersebut menandakan bahwa ia telah tersadar dari pingsannya. "Gue ada di mana?" tanya lelaki itu dengan suara serak.

"Emm luka itu... Sakit ga? Kalo masih sakit mending ke rumah sakit, dari pada infeksi." ujar Amel dengan raut muka khawatir.

Lelaki itu menggeleng. "Engga sakit kok." balasnya.

"Bohong! Tunggu bentar gue ambilin P3K." ucapnya lalu melengos pergi untuk mengambil P3K.

Dengan cepat lelaki itu menahan tangan Amel. "Ga perlu." ucapnya dingin.

"Kok ga perlu sih! Kalo infeksi giman-"

"Sstt lo khawatir?" tanya lelaki itu.

Amel yang mendengar pertanyaan itu langsung menggeleng cepat. "Dih siapa juga yang khawatir!!" elak Amel. Lantas lelaki itu tertawa saat mendengar balasan dari gadis yang ada di hadapannya itu.

Amelia dan Pembunuh Bayaran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang