Zinnia's Diary

183 1 2
                                    

Zinnia’s Diary

Prolog

Seorang anak perempuan berumur tiga belas tahun berambut hitam pendek menarik tangan teman laki-lakinya yang berambut coklat ikal, anak laki-laki itu sedikit lebih tinggi dari si anak perempuan tapi dia tidak berdaya dan pasrah ditarik kesana kemari oleh anak perempuan itu

“Kita mau kemana?” tanya si anak laki-laki

“kesini” jawab si anak perempuan dengan singkat, mereka lalu sampai di sebuah lorong kecil di belakang sekolah mereka, lorong itu sepi pasti tidak akan ada yang melihat mereka disana

“ayo kita lakuin seperti orang di TV itu” kata si anak perempuan itu, si anak laki-laki hanya mengerutkan kening dengan bingung “lakuin apa?”

kiss” jawab si anak perempuan, mendengarnya si anak laki-laki itu wajahnya memerah sedangkan si anak perempuan menyeringai

“kamu ga gak mau?”

“aku mau” si anak laki-laki menjawab dengan cepat “tapi..”

“tapi apa?”

“kamu harus janji kita harus terus sama-sama”

Si anak perempuan mendesah “kenapa sih kamu selalu pingin aku janji begitu?”

“pokoknya janji dulu” desak si anak laki-laki

Si anak perempuan tersenyum, “ aku janji, kita akan terus sama-sama” katanya, setelah itu tanpa berkata apa-apa lagi si anak perempuan mendekatkan wajahnya lalu mencium si anak laki-laki itu

....

Emma seorang wanita yang masih cantik walaupun usianya sudah mencapai 50 tahun dan akrab dipanggil Bu Em itu hanya punya dua cita-cita di dalam hidupnya, yang pertama dia ingin mendapatkan cucu dari kedua anaknya, anak pertamanya bernama Zinnia yang akrab dipanggil Zinny, jangan terkecoh dengan namanya, karena Zinnia adalah seorang pemuda berusia 25 tahun yang mapan dan sukses dan yang kedua adalah seorang remaja berdarah panas bernama Lily yang hobinya berlatih karate

Cita-cita Bu Em yang kedua adalah sesegera mungkin menyusul suaminya yang sudah tiga tahun lebih dulu pergi menghadap sang pencipta, aneh memang dan walaupun terdengar seperti itu sebenarnya yang harus dilakukan oleh Bu Em adalah menunggu minimal 10 tahun lagi sampai anaknya yang paling kecil saat itu sudah berusia 27 tahun dan mungkin sudah memberikan 2 orang cucu untuknya, atau selalu berbuat baik selama sisa hidupnya karena Bu Em yakin suaminya yang terkenal sebagai orang paling baik hati di seluruh Desa Gunung Jati pasti masuk surga

Tapi kejadian hari ini sama sekali berada di di luar kendali Bu Em

“kenapa Mama yang nyupir mobil? Kemana Kak Zinny?” Lily yang berambut ikal dipotong sangat pendek bertanya pada ibunya ketika melihat sang ibu menjemputnya di sekolah dengan menggunakan Suzuki Grand Vitara milik Zinnia

“Zinnia lagi ambil pesanan barang, ayo naik, begini-begini ibu kamu jago nyetir mobil lho”

Tentu saja Bu Em tidak bermaksud buruk ketika berkata seperti itu, dan bersikap sembrono,lengah dan tidak berhati-hati tidak termasuk dalam daftar tindakan yang harus dia lakukan kalau dia ingin bertemu suaminya di surga

Karena yang terjadi kemudian merupakan sesuatu yang diluar kendali Ibu Emma, entah kenapa saat melewati jalan kecil di dekat termanal bis Gunung Jati, Bu Em kaget melihat binatang yang tiba-tiba melintas didepan mobil yang sedang dikendarainya menyebabkan mobil yang dikendarai Bu Emma menabrak seseorang

Bu Emma sangat panik

Lily sangat panik

Beberapa orang yang berada di sekitar berhamburan mendatangi mereka, seseorang diantaranya memanggil ambulance, orang yang ditabrak Bu Em adalah seorang gadis yang membawa koper hitam kecil dan tas jinjing kecil seakan-akan ingin berlibur, Bu Em merasa seakan-akan langit runtuh menimpanya saat dia melihat gadis yang ditabraknya tidak lebih tua dari anak gadisnya sendiri

Bu Em menghubungi anak sulungnya, Zinnia mengangkat teleponnya segera setelah deringan yang pertama

“Mama?”

“Zinny, mama membunuh seseorang” katanya dengan suara yang serak

Reaksi pertama Zinnia tentu saja tidak percaya, karena kadang-kadang ibunya suka histeris dan heboh sendiri, jadi mungkin saja dia salah paham

Zinnia benar-benar shock ketika mengetahui yang sebenarnya

.....

Gadis itu berambut lurus sebahu, wajahnya terlihat sangat polos dan hampir sedikitpun tidak berubah dari terakhir kali Zinnia meliatnya, kecuali rambutnya yang lebih panjang dan badannya yang sedikit lebih tinggi dan lebih berisi, Nikko Nakagawa masih terlihat seperti berusia belasan tahun, sama seperti dua belas tahun yang lalu

Zinnia tidak habis pikir, kenapa  diantara semua kebetulan aneh yang mungkin saja terjadi kenapa justru yang kebetulan yang seperti ini yang terjadi pada dirinya

Gadis yang ditabrak ibu Zinnia adalah Nikko Nakagawa, cinta pertama Zinnia ketika dia berusia 13 tahun

Ketika Zinnia datang ke Klinik Gunung Jati dia dihapkan oleh ibu dan adiknya yang histeris, keduanya berusaha bicara dan menceritakan kejadian secara bersamaan, biarpun agak memusingkan akhirnya dia mengerti alur ceritanya bahwa ibunya tidak sengaja menabrak seorang gadis

Jarum jam terasa berputar dengan arah berlawanan bagi Zinnia saat dia melihat wajah Nikko yang terbaring diatas tempat tidur klinik

“ya ampun Zinny gimana ini.... itu teman kamu kan? mama bunuh teman kamu Nikko” kata ibunya dengan menagis tersedu-sedu

“dia gak mati mam, cuma pingsan” jawab Zinnia mencoba tenang, walau kepalanya sudah berdenyut-denyut

“ya ampun, gimana kalau Kak Nikko gak bangun lagi?” tanya Lily dengan sedikit histeris, layaknya anak yang baru berusia 17 tahun

“jangan berfikir yang bukan-bukan” Zinnia masih mencoba tenang, tapi ibu dan adiknya sama sekali tidak membantu

Zinnia sudah lama ingin bertemu dengan Nikko dan bertanya macam-macam padanya, dia tidak pernah membayangkan akan seperti ini jadinya, tentu saja karena tidak ada seorangpun yang akan pernah membayangkan akan bertemu kembali dengan cinta pertama mereka di rumah sakit dengan keadaan ibu mereka hampir membunuh orang tersebut

Si gadis yang tidak berdaya itu tiba-tiba menggerakkan tubuhnya

Baik Zinnia, Lily dan ibunya menjadi kaku

Semua pikiran dan apapun kata-kata yang akan mereka ucapkan terhenti ketika si gadis bertubuh mungil itu membuka matanya

Nikko Nakagawa memandang sekelilingnya dengan pandangan kosong, kemudian dia melihat wajah ketiga orang yang berada di samping tempat tidurnya dan yang sejak tadi berbicara dengan suara berisik sehingga membuatnya terbangun, walaupun ketiga orang itu sekarang membisu memandangnya

Dia tersenyum, dan berkata dengan suara yang berbisik

“ini dimana? Who are you guys?”

Tidak ada satupun diantara mereka yang tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan itu

Zinnia's DiaryTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon