3-(-2)=

901 144 12
                                    

Line Without a Hook - Ricky Montgomery



- Khawatir, anggap saja begitu yang kini tengah di rasakan oleh Mark. Ini sudah genap dua minggu, dirinya di jauhi tanpa sebab oleh Chanisa.

Gadis itu sangat susah di temui, saat berangkat sekolah pun tak seperti biasanya. Sampai pernah beberapa kali, Mark ber-gantian menemui Chanisa untuk berangkat bersama.

Namun yang ia dapat, Chanisa sudah berangkat duluan.

Atau ketika di kelas- saat dirinya ingin mengobrol dengan gadis itu, respon nya dingin dan terkesan menjauh. Tak seperti biasanya, dan kini chanisa bahkan tidak membalas pesan nya.

Padahal pemuda itu menanyakan keadaan Chanisa, sebab gadis itu terlihat pingsan di sekolah.

Frustasi, sebenarnya apa salah nya?

tring!

Suara pesan masuk membuat Mark buru-buru mengecek ponselnya di atas meja belajar, mengabaikan catatan matematika yang sedang ia kerjakan.

Dan benar, itu pesan dari Chanisa.

Nisa

ga papa kan?

emang kalo kenapa-kenapa, lo peduli?

Dahi Mark mengerut membaca balasan dari Chanisa, "Kok respon nya gini?"

Nisa

jelas peduli lah, maksud nya apasih

lupain deh

kenapa chan?
aku ada salah?
[delete]
Besok minggu free gak, mau sepedaan gak Chan?

gak di rumah

"Loh?" bingung Mark sambil menggaruk kepalanya.

Tumben, padahal keluarga seo jarang sekali pergi-pergi. Apa ini cuma alesan Chanisa untuk menolak dirinya?

Nisa

emng mau pergi kemana?

"YAHH OFF!"

.
.
.

Chanisa melihat pantulan dirinya di depan cermin, sebelum mengangkat kaos nya sampai dada- menekan - nekan perutnya yang masih buncit.

Padahal gadis itu sudah mengurangi porsi makan nya, bahkan sampai ia pernah sengaja tak makan seharian.

Workout setiap hari di selingi belajar materi sekolah,

Contoh hal yang tak terduga 👆

Itu karena pengejekan untuk nya dari Mark serta teman-temannya, masih membekas di pikiran Chanisa. Ingin rasanya tak peduli, tapi tetap saja tidak bisa.

"Lama banget, pengen cepet kurus."

Setelah mengatakan demikian, dengan lunglai Chanisa berjalan ke arah ranjang. Jujur saja akhir-akhir ini dirinya merasa sangat kelelahan, mungkin sebab terlalu memaksakan diri.

Dua minggu ini juga gadis itu selalu skip makan malam, makan siang hanya seperempat centong nasi dan mengambil lauk sayuran saja.

Mama Ten jelas bingung, kenapa anak nya yang bongsor gini tiba-tiba makan dikit banget. Tapi setiap di tanya, Chanisa akan mengalihkan pembicaraan dan berkata sudah makan bersama teman-temannya.

Dan kini perut nya terasa sangat sakit.

Rasanya ingin muntah terus-menerus, benar-benar tidak bisa di tahan.

"Aduhhh rasanya kaya di tusuk." keluh Chanisa sambil memeluk perut nya sendiri.

Membuat dirinya terbungkus seperti trenggiling, karena sakit amat ketara serta rasa mual yang semakin menjadi-jadi.

Tok tok tok

"Chanisa, are you okay? c'mon! let's dinner." suara daddy Jo terdengar dari balik pintu, mengalihkan sakit perut gadis itu.

Langsung saja Chanisa membuat alasan, "No dad! kalian aja yang makan."

"Mama bilang, kamu belum makan dari siang."

"AKU BILANG ENGGAK DAD!" teriak Chanisa menggelegar sampai daddy Jo di depan sana terjengkit kaget.

Anaknya ini kenapa.

"Baby???" respon daddy Jo bingung sebelum lengannya di tarik sama istrinya.

Terus bisik-bisik, "Mama khawatir sama nisa, pintu nya juga terus di kunci."

"Dari kemaren kaya gitu?"

Mama Ten mengangguk dengan raut wajah cemas.

"Tenang babe, aku ambil kunci cadangan dulu." ucap Johnny menenangkan istrinya.

Sebelum berjalan menuruni tangga untuk mengambil kunci cadangan, setelah berhasil mengambil kunci- Jo langsung memasukkan kunci kamar Chanisa terburu-buru.

"Chanisa!" panggil daddy Jo sambil membuka pintu kamar Chanisa.

Sedangkan Chanisa langsung bangun dari tidur nya dengan wajah penuh air mata, karena tak kuat menahan sakit di perut nya. Sebelum tiba-tiba menangis, ingin di peluk sang daddy.

"Daddyyyy it's hurtt." keluh Chanisa sambil merentangkan tangan.

Mendengar keluhan sang anak, Jo langsung menghampiri Chanisa dan memeluk gadis itu dengan gesture khawatir.

Menepuk-nepuk punggung Chanisa beberapa kali, agar berhenti menangis.

"What's wrong baby? mana yang hurt."

"Di sini huhuhu." ucap Chanisa sambil memeluk perutnya.

Mama Ten di depan pintu yang ikut menyaksikan juga terlihat sangat khawatir, takut jika si bungsu kenapa-kenapa apalagi sampai menangis begitu.

Sebelum ikut menghampiri mereka berdua, "Kita bawa ke rumah sakit aja pah."

Daddy Jo mendongakkan kepalanya menatap sang istri, "Oke." ucap nya setelah itu menggendong sang anak bridal style keluar dari kamar.








--------
TBC

🤙🤙

- Teh Jasmine

Pwretty Insecuriety. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang