It's that you?

548 115 6
                                    

High School in Jakarta - NIKI




Mark-si pemuda beralis camar itu, bersandar pada pohon musim gugur di tengah taman sekolah. Membuka lembaran demi lembaran buku komik Avengers yang baru-baru ini dirinya minati, sambil mendengarkan lagu December milik Neck Deep mengguna -kan headphone.

Hari-hari tenang milik Mark, bahkan dia tidak peduli dengan cahaya panas dari sela-sela daun. Karena biasanya dirinya akan di sibukkan dengan ekskul, sampai lupa beristirahat.

Tapi kini tahun ajaran baru, tidak ada pelajaran.

Jadi tidak ada yang menganggu nya, kecuali-

"MARK YOU MUST KNOW IT!"

-Suara cempreng Brandon.

Mark menghela nafas panjang dan menutup bukunya, sebelum melepas headphone lalu menatap ke arah Brandon.

Bruh, bahkan headphone tak dapat menghalau suara cempreng Brandon.

"What's wrong?" tanya Mark menatap Brandon yang terlihat ngos-ngosan di depannya.

"You...huh..." ucap Brandon sambil kedua tangannya di sisi kanan-kiri pundak Mark, "... ADA MURID BARU MARKKK!" lanjutnya heboh setelah pernafasan nya kembali normal.

Mendengar penuturan Brandon, ia hanya merespon dengan memiring -kan kepala. Dengan raut wajah seperti berkata 'ya terus?'.

"Dia pindahan dari Chicago." kata Brandon meyakinkan.

Seperti tak tertarik, Mark malah ingin kembali memasangkan headphone nya. Namun Brandon bergerak cepat menahan Mark, "Wait! Wait!"

"I ngga tertarik."

"But, dia katanya cantik banget." kata Brandon lagi dengan mata berbinar.

Mark menyipitkan matanya, menurut dia; eee apa menariknya cewe cantik.

Melihat reaksi Mark terus-terusan seperti itu, membuat Brandon ber- sikap berlebihan menutup mulutnya yang terbuka; pura-pura kaget.

"Jangan-jangan u emang.." ucap Brandon sambil menyipitkan mata menatap Mark curiga, "woahh."

Mark mendatarkan wajahnya, "ngga usah mikir aneh-aneh."

Karena dia tau banyak rumor aneh yang beredar di sekolah, kalo Mark adalah seorang gay. Oke oke jujur Mark tak masalah, tapi itu terlihat menjengkelkan jika pernyataan itu tidak benar lalu di percayai.

Hanya karena dirinya tidak mau menerima pernyataan cinta mereka, mereka menyebarkan rumor sembarangan.

Itu terjadi sejak pertengahan tahun dia masuk high school btw, sampai dia masuk tingkat 2 tetap ada saja.

Omong-omong, Mark kini sudah memasuki sekolah menengah atas.

Dia memilih sekolah internasional, karena alasan tertentu.

"Makanya u harus mau temenin i liat kalo emang ngga gay."

"Fuck freak." umpat Mark sebelum menyetujui karena alasan konyol.

.
.
.

---+++---

"Where is that girl." ucap Mark sambil mengikuti Brandon mengintip kelas sebelah dari jendela.

"I don't know." balas Brandon geleng - geleng sebelum mengedarkan pandangan nya, melihat sekitar kelas.

Dia yakin tadi melihat gadis itu di kelas ini, gadis baru yang membuat heboh karena dari Chicago. Dan yang 'katanya cantik itu, walaupun semua perempuan di sini cantik sih.

Brandon membalikkan badannya, lalu menghela nafas menatap lorong sekolah. Sedangkan Mark mengikuti nya, sebelum bersidekap dada.

Temannya ini, kecewa sekali seperti nya.

"Maybe, dia ke kantin?" ujar Mark menenangkan.

Sebelum grombolan para siswa-siswi pemilik kelas yang tadi mereka intip, berjalan melewati mereka berdua.

Mark menatap dengan seksama, lalu Brandon menepuk bahunya dan berkata murid baru itu ada di sana.

Dia, yang berambut merah dan berjepit bunga matahari.

"Her name is..." Brandon berucap sedangkan Mark masih menatap gadis itu.

Mata bulat itu sangat mirip dengan sahabatnya.

"Haechanisa."

'Haechanisa'

Bruk.

Buku komik Mark terjatuh tepat di bawah kaki Chanisa, membuat mereka seketika berhenti. Chanisa mengambil buku komik milik Mark, mengusap nya sedikit karena kotor sebelum memberikan pada sang pemilik.

"This is yours?"

"It's that you." bukannya mengambil buku nya, Mark malah berkata demikian.

.
.
.

---+++---

"Hai Mark." sapa Chanisa sambil tersenyum canggung.

Sedangkan Mark masih menahan gugup, menelan ludah beberapa kali sambil masih terdiam. Bahkan hingga minuman dingin di depannya, sudah mencair.

"It's that you." kata Mark kesekian kali, karena tak percaya.

"Cmon Mark, iya ini aku." kata Chanisa sambil menyanggah kepalanya menggunakan tangan, menatap Mark yang ada di depan nya.

Mereka hadap-hadapan.

"U ada hutang ngga sih sama i." ucap Mark masih menatap intes Chanisa.

"Hm!" Chanisa kaget; ia langsung menegakkan badan, "hutang apa?"

"Hutang penjelasan."

Chanisa berkedip-kedip.

"Ga ada penjelasan." balas Chanisa tegas.

"I must know that."

"But I don't want to."

"Ga adil." melas Mark, "you know i hampir dying pas u pergi."

"Me tho." kata Chanisa ngga mau kalah, "but Mark, aku ga mau kamu tau aku gimana bisa sampe kaya gini sekarang."

Banyak, banyak banget perjuangan yang Chanisa lewatin sampai bisa ada di hadapan Mark sekarang. Dan menurut Chanisa, Mark ngga perlu tau itu.

"U makin cantik." puji Mark tanpa sadar.

Chanisa tertegun, perasaan yang tak bisa di jelaskan merayap di dada nya.

Mark memuji nya.

"Yah, kalo i yang dulu pasti ngga ya kan." balas Chanisa.

"Kata siapa?" tanya Mark tak terima.

"Kata u," ucap Chanisa menatap intes Mark sambil mengaduk-aduk minum- annya, "bukannya katanya i dulu item sama gendut."

Mark terdiam seketika.

Seperti nya, dia sudah menemukan jawaban atas pertanyaan yang dulu.








-------
TBC

Pwretty Insecuriety. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang