29. He Knows

972 104 15
                                    

Dari 1-100, mungkin nilai Zemira hanya 50. Ia hanya gadis biasa, tidak memiliki latar belakang yang kuat, pekerjaan biasa-biasa saja, kecantikannya juga masih kalah dengan puluhan gadis yang ada di hidup Kai. Namun, nilai gadis itu melonjak menjadi 100 ketika Kai mengenal Zemira lebih lama. Bahkan yang membuat laki-laki itu terpesona adalah saat mengetahui bahwa rumah Atlas sudah berpindah tangan menjadi milik Zemira. Entah bagaimana caranya, tetapi Kai kagum pada sikap Zemira. Mental gadis itu bisa diadu, keberaniannya menjadi pertimbangan besar Kai untuk masih menyukai Zemira dengan serius.

Memang tidak masuk akal. Semakin dipikirkan perasaan Kai pada Zemira adalah kemustahilan. Akan tetapi, Kai malah tertantang untuk mencari tahu sampai mana ia dan Zemira akan bisa berjalan bersama nantinya. Sekarang ia masih melakukan trik tarik ulur, sengaja mengabaikan Zemira seolah-olah laki-laki itu memang sudah melupakannya. Kai sudah melihat sendiri bahwa di beberapa waktu ketika pandangannya dan Zemira bertemu, gadis itu menjadi gugup. Untuk seukuran seseorang yang berkali-kali bermain dalam cinta, tentu Kai yakin Zemira memiliki ketertarikan padanya, hanya saja sang gadis masih tidak mengakui.

Lagi pula aku ini tampan. Siapa yang bisa menolakku? Kai bermonolog hingga tidak sadar tersenyum dan kehadiran Nata pun tidak terdeteksi olehnya.

"Kau sudah mulai tidak waras, Kai? Haruskah aku membuat janji dengan psikiater?"

Seringai Nata membuat Kai kesal. Tuan muda kedua itu melempar Nata dengan kue muffin yang sedang ia pegang. Dan Nata menangkapnya dengan baik, lalu memakannya secara santai.

"Kau masih menyukai Zemira, Nata?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Kenapa aku harus tidak menyukainya lagi?"

"Kau kan si gila kerja. Aku ragu perasaanmu pada Zemira tulus. Bisa saja itu hanyalah obsesi. Kau bahkan tidak memperlakukannya dengan layak."

"Apa yang ingin kau sampaikan, Kai? Jangan memancing emosiku. Dari mana kata 'tidak layak' itu muncul? Aku membuat Zemira menjadi ratu walau dia belum menerima perasaanku."

Kai tertawa, sudah pasti dengan maksud mengejek. Kakaknya ini memang tidak mengenal dunia percintaan sama sekali. Maka dari itu Kai bingung apa yang membuat Nata tertarik dengan Zemira, tetapi bahkan Nata enggan belajar cara bersikap dengan semestinya. Wanita itu tidak suka dipaksa.

"Seharusnya kau bertanya apakah dia mau dijadikan ratu."

"Gadis mana yang tidak ingin jadi ratu? Kau saja yang tidak berpikiran luas."

Kai menggeleng sambil tersenyum. Berbicara dengan si keras kepala memang tidak ada gunanya.

"Terserah kau saja, Nata."

Begitu akan pergi untuk meninggalkan Nata, laki-laki itu menahan Kai.

"Kau juga menyukainya?" Nata bertanya dengan raut wajah tidak suka.

"Apa itu masalah untukmu?"

"Tidak. Karena aku yakin Zemira akan memilihku."

"Baguslah." Kai menepuk pundak Nata sekaligus melepaskan diri dari sang kakak. "Jaga kepercayaan dirimu itu atau aku bisa saja merusaknya."

Kali ini Nata yang tertawa.

"Kau mau bersaing denganku? Kau si pemain wanita? Zemira tidak akan bersedia menjadi kekasihmu."

Tidak perlu menjadi kekasihku, sekalian saja menjadi istriku.

Kata-kata itu tentu hanya ada di pikiran Kai. Ia tersenyum miring sebelum menjauh dari sang kakak untuk bergabung dengan keluarga yang lain. Di rumah itu sedang ada pesta, aktivitas rutin setiap enam bulan sekali untuk mengakrabkan diri dengan yang lain. Karena ayah dan ibu Kai memiliki banyak saudara, otomatis anggota keluarga itu cukup besar. Sayangnya di tengah keramaian ini orang tua Kai masih tidak bisa hadir, padahal sebelumnya mereka sudah menyanggupi untuk datang. Mereka terlalu sibuk mengurusi perusahaan di luar negeri. Dan yang membuat Kai kesal, ia tidak melihat Zemira sama sekali sejak pagi. Gadis itu pasti sibuk melayani orang-orang, tetapi Kai ingin menatap Zemira sebentar saja. Ia sudah mencari ke dapur, menyelip di antara para keluarganya, tetapi tetap saja tidak menemukan gadis yang ia cari.

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang