20. Side Effects

1.1K 131 16
                                    

Written by Es_Pucil

Zemira sekarang merasa pening melihat bagaimana sang tuan sibuk mengatur barang-barang di dalam ruangan. Belum lagi riuh bisik-bisik pelayan lain yang menganggap Zemira sebagai pelayan beruntung karena berhasil mendapatkan perhatian dari Nata. Bahkan, beberapa lagi menuduh Zemira melakukan 'sesuatu' untuk memikat hati tuan tertua yang dianggap paling dewasa itu.

Merasa muak, Zemira berjalan mendekat ke arah Nata. Sedikit berjinjit agar bibirnya bisa mendekat ke telinga sang tuan. Didukung oleh rasa cemas berlebih karena respons dari para pelayan lain yang bisa saja akan iri hati padanya, Zemira harus memberikan protes pada sang tuan.

"Anda tidak seharusnya melakukan ini, Tuan." Zemira menurunkan kakinya lebih dulu menunggu respons Nata. Pria itu melirik padanya, dengan sebelah alis terangkat seolah mempertanyakan ucapan Zemira, atau menuntut lanjutan penjelasan Zemira. Jadi, gadis itu sekali lagi berjinjit. "Saya merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Apalagi dengan barang-barang ini semuanya ... saya tidak memerlukannya, Tuan."

Gadis itu terlalu mudah merasa lelah, jadi ia harus meratakan pijakannya setelah berbisik pada tuannya. Pandangannya diedarkan ke sekitar, dan menyadari bahwa mereka semakin intens menatap Zemira tanpa merasa canggung lagi. Seketika, gadis itu berpikir apa tindakannya ini termasuk berlebihan? Apa ia salah memilih cara untuk mengobrol dengan tuannya? Lalu ... bagaimana Zemira bisa memprotes sang tuan, tanpa membuat orang-orang merasa bahwa ia pelayan lancang karena berani menantang majikannya?

Zemira ... tidak tahu. Ia merasa serba salah sekarang.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan, Zemira?" balas Nata, sembari sedikit merunduk untuk mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.

Sayangnya, udara hangat dengan aroma mint dari mulut Nata memberikan hawa merinding untuk Zemira. Gadis itu segera beranjak, memilih berdiri di hadapan sang tuan dalam perasaan gugup yang didominasi cemas.

"Maafkan saya, Tuan, tetapi pasti salah mengartikan apa itu 'suka'." Zemira dengan penuh hormat ingin menjelaskan pada sang tuan bahwa pria ini pasti keliru. Nata yang hampir tidak pernah dekat dengan perempuan, pasti salah mencerna ucapan teman yang dia maksud itu.

"Jadi, apa arti suka menurut kamusmu, Zemira?"

Zemira lebih dahulu melihat bahwa para suruhan Nata masih sibuk merapikan pakaian dan semua kotak di kamar kosong. Ia harus menyadarkan sang tuan, agar tidak menyesal di kemudian hari.

"Suka itu adalah ... saat Anda tidak bisa melirik perempuan lain karena orang yang Anda sukai itu sudah terlalu sempurna di mata Anda. Suka itu ... Anda selalu ingin memberikan yang terbaik untuk orang tersebut, bahkan meski Anda tidak menyukai hal itu. Suka itu ... Anda akan menghargai perasaan orang yang Anda sukai, meski Anda sendiri mungkin sakit hati karenanya."

Nata tampak polos ketika ia mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan panjang Zemira. Fokusnya beralih penuh pada sang gadis, tidak lagi menoleh ke para pekerja. Kedua tangan terlipat di depan dada, memberikan aura mengintimidasi, yang meski sudah dirasakan setiap hari oleh Zemira, gadis itu tetap saja merasa gugup tak terkira. Ia mundur teratur dua langkah bahkan tanpa dirinya sendiri menyadari.

"Dan kenyataannya adalah ... bahwa aku melakukan itu padamu."

"Kapan?" Zemira mengerutkan kening begitu jelas, mempertanyakan jawaban Nata. Jelas-jelas, pria ini tidak melakukan ketiga hal yang Zemira sebutkan tadi, apalagi di poin menghargai. Demi apa pun, Nata terlalu semena-mena untuk perempuan yang ia akui sebagai objek ketertarikannya.

"Poin pertama, itu adalah alasan mengapa Kai selalu mengataiku gay. Poin kedua, sedang aku lakukan sekarang ini, dan poin ketiga ... aku tidak pernah mengganggu hubunganmu dengan mantan kekasihmu, sampai kemarin ... setelah aku tahu bahwa kalian sudah berpisah. Kau coba tebak, berapa banyak stok kesabaran yang harus aku simpan ketika melihatmu saling menelepon mesra dengan kekasihmu." Nata menjelaskan sangat tenang, yang berbanding terbalik dengan lawan bicara yang melotot lebar. Belum cukup, Nata membuat smirk tipis, kemudian melanjutkan, "Jadi ... apa aku sudah benar-benar menyukaimu, Zemira?"

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang