3. Lost and Never Found

2.5K 267 35
                                    

"Zafira, kau menamparku."

Zemira tertawa kecil sembari mendekat pada sang adik yang terus melangkah mundur. Mendapat kekerasan verbal dari orang tuanya adalah hal yang biasa bagi Zemira. Namun, ini adalah kali pertama ia sampai ditampar, bahkan oleh orang yang Zemira curahkan kasih sayang lewat perhatian maupun materi. Di detik ini Zemira menyadari betapa tragisnya hidup yang ia jalani. Gadis itu merasa lucu pada takdir yang lagi-lagi enggan berjalan sesuai harapan.

Zemira lelah.

"Ka-kau pantas mendapatkannya!"

Haruskah Zemira menerimanya?

"Aku yang sudah membesarkanmu, yang dari keringatku pakaian bagus itu bisa kau beli, yang dari lelahku perhiasan itu mempercantik penampilanmu, pantas mendapatkan tamparanmu? Kau kehilangan kewarasan, Zafira."

Sekali lagi Zemira tertawa sinis. Tak habis pikir baginya akan mendapat perlakuan seburuk ini dari Zafira. Selama ini banyak hal yang Zemira pendam walau telah merasakan tidak ada apresiasi untuk kerja kerasnya dari pihak keluarga. Zemira menanggung luka serta beban di kedua pundaknya, tetap bertahan meski tidak dicintai, dan kini Zemira merasa dirinya tidak lebih dari mesin penghasil uang.

"Zemira, tolong hentikan. Kau menakuti Zafira. Kita bisa membicarakan ini baik-baik."

Benar yang Atlas katakan bahwa Zafira ketakutan. Senyum dan tatapan mengerikan Zemira tadi tidak pernah Zafira lihat sebelumnya. Dalam sekejap ia merasa nyawanya terancam dan kehilangan nyali untuk menyerang sang kakak. Hal itu membuat Zemira kian merasa pedih. Kekasihnya mencemaskan Zafira, padahal baru saja Zemira yang ditampar.

"Kau mengkhawatirkannya, Atlas. Kau menjijikkan. Kau kekasihku dan gadis ini hanya selingkuhanmu yang tidak bermoral. Kau membelanya? Astaga. Luar biasa. Kau berselingkuh di rumahku, lalu kau diam ketika aku ditampar, dan sekarang kau lebih berpihak pada gadis murahan yang tidak punya harga diri ini?"

Selama ini Zemira masih bertahan atas semua perlakuan buruk keluarganya hanya dengan memikirkan akan memilki kehidupan indah bersama Atlas. Gadis itu percaya bahwa pangerannya akan segera membawanya pergi dari lingkaran api itu. Pernikahan yang indah dan anak-anak yang akan berlarian di rumah itu, cukup membuat Zemira bahagia dan tetap berjuang untuk meraih mimpinya. Namun, mengetahui bahwa kekasihnya pun berpaling, Zemira tidak tahu lagi harus mengumpat pada siapa dan bagaimana atas hidupnya yang penuh kepahitan.

"Tidak, Zemira, bukan—"

"Apa kau bilang?! Aku tidak bermoral?! Aku?! Beraninya anak pungut sepertimu mengataiku!"

Emosi Zafira tersulut, kakinya bergerak cepat mendekati Zemira, lalu saat tangan kanannya naik ke udara, Zafira merasakan kebas luar biasa di pipi kirinya secara tiba-tiba. Zemira menamparnya lebih dulu, meninggalkan perih yang sekali saja belum pernah gadis itu rasakan. Bekas tangan Zemira tertinggal di pipi mulus sang adik, mengundang senyum Zemira karena merasa puas bisa sedikit membalas sakit hatinya. Atlas yang segera memeriksa keadaan Zafira membuat Zemira muak. Di depan matanya, mereka lagi-lagi memerankan perselingkuhan dengan sangat baik.

Sejak kapan? Bagaimana mulanya? Apa saja yang sudah mereka berbuat? Berbagai pertanyaan semacam itu terus berlarian di benak Zemira, menggerogoti gadis itu terus-menerus hingga tiap detiknya saat ini hanya ada perih. Pengkhianatan dan sandiwara yang tak pernah ia bayangkan adalah bom yang berhasil menghancurkan Zemira. Gadis itu ingin menyangkal, tetapi setelah semua hal yang ia saksikan sejak tadi, Zemira tahu ia telah kalah.

"Kau bisa menamparku sekali, Zafira, tapi tidak untuk yang kedua kali."

"Dasar anak pungut, memang tidak punya aturan. Entah bagaimana orang tuamu sangat menyesal melahirkanmu sampai akhirnya meninggalkanmu di depan panti asuhan."

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang