It Just ...

41 2 0
                                    

Dua orang berjas hitam menghampiri gadis yang baru saja siuman. "Mata itu..." (Name) berucap pelan bahkan terdengar seperti bisikan bagi mereka berdua. "Oh, halo kau sudah siuman?" Tanya pria berambut coklat. Gadis itu mengangguk dan kembali menatap cermat pada kedua pria asing didepannya.

"Yokumiru Mera, salam kenal. Kami dari HPSC, dari kepolisian." Seorang pria dengan rambut blonde pucat dan mata kantuknya menyela setelahnya. (Name) kembali mengangguk dan menatap mereka dalam diam. "Sebelum kami mengatakan penjelasan panjang, maukah kau bercerita sedikit tentang quirk yang kau punya?"

Matahari sudah terbenam di hari itu, (name) pulang dengan rasa menggantung di dalam hatinya yang membuatnya resah. Kedua pria tadi baginya sangat mencurigakan terlebih pria berambut blonde itu. Pasalnya dirinya bertanya tentang hal yang membuat (name) merasa selama ini kegiatannya diintai oleh mereka. Bahkan jam kerja serta hal terakhir yang dilakukan oleh ia kemarin membuat (name) tidak ingin terlalu jauh mengenal mereka. Tetapi hal lain terjadi.

"Maukah kau bergabung dengan HPSC? Sebagai seorang mata-mata? Sebagai penengah diantara masyarakat dan Hero?"

Sesaat setelah kembali mengingatnya (name) merasa butuh menjernihkan pikiran saat ini. Memikirkan saja dirasanya sangat berat. Menjadi spy bukan pilihan yang buruk tapi tanggung yang dipikul sangatlah berat. "Tuhan, apakah ada pilihan lain?" Tanya (name) dengan memandangi langit yang menggelap. Setelah mendapatkan sertifikat dan lisensi sebagai Hero dirinya juga harus menjadi spy namun, pria tadi berkata jika lisensi dan hal lain dapat dipercepat prosesnya dan secara tidak langsung kau menjadi senior.
"Kahjjjjjj!!!" Teriak (name) membuat orang sekitarnya menatap heran. Sekaligus kaget, bahkan kini dalam benak mereka, 'Apa gadis itu baik saja?'

Turun dari bus (name) berjalan dengan wajah datar dengan pandangan lelah. "Jawaban apa? Aku tidak tau," memikirkan lagi membuat (name) mengalami sakit kepala. Terlebih saat diberi tahu waktu mereka akan bertemu kembali.

Terlepas dari masalah lisensi dan sertifikat, dirinya bahkan belum bisa sepenuhnya mengontrol quirk yang dimiliki. "Oh tuhan, apa salahku? Eh, banyak deng, sial!" Ratapnya dalam kehidupan yang dimiliki olehnya.

Berjalan perlahan menatap sekitar, lingkungan yang tidak mendukung sama sekali. Kebanyakan orang disekitar mencerca satu sama lain. Entah dengan anugrah quirk yang dimiliki ataupun menjadi manusia normal tanpa memiliki quirk. Tak masalah jika mereka menggunakan untuk 'hal buruk' mungkin mereka memiliki alasan dan alasan yang membuat mereka menghina dan merendahkan satu dengan lain. Mulut yang menjadi musuh utama. Tidak peduli jika harga diri diremehkan sedikit saja, mulut mulai melakukan tugasnya.

Mengapa orang tua angkatku melakukan ini? Ya, secara tidak langsung memberikan warisan rumah hanya saja rumah ini menjadi perdebatan diantara keluarga. Warisan yang seharusnya tidak diberikan padaku.

Aku mulai melihat sekitar menjadi orang yang 'malihat tapi buta, mendengar namun tuli' sampai di depan gerbang aku memasuki rumah segera saja mengunci pintu dan tidak mendengarkan ocehan tetangga depan rumah yang menggebar pagar. "Hei gadis jalang! Buka pintumu! Jangan berpura-pura tuli seakan kau suci tanpa dosa, setidaknya biarkan aku memakaimu hei! Jalang bodoh keluar kau!"

Gadis itu terdiam dan menuju kamar dan tertidur setelahnya karena mendengar ocehan pria diluar sana semakin kencang. Dirinya yang sangat lelah tidak mampu memarahi ataupun berniat melawan. (Name) memutuskan menghindari mereka. Sampai suara teriakan terdengar (name) terbangun dan segera menghampiri.

Sayap merah beserta bulu merah yang berhamburan mata tajam bahkan terlihat mematikan. " Kau tak apa?" Melihat siluet itu (name) seketika terdiam, bukankah pria ini Hero satu-satunya yang memiliki sayap? Jika begitu mengapa dirinya datang dengan semua peristiwa ini?

I'm Not Your Snow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang