Prompt:
"Cerpen berlatar di 1800an, min 500 words"
Limbo Magister | #fantasy, witch, historical fiction
[1687 words]
Semua orang ingin menonton sirkusnya Mr. X, tetapi tidak semua kalangan mengetahui siapa seseorang yang berada di balik topeng gagak hitam dan topi baret kelabu tersebut. Selama lima tahun terakhir, Mr. X jadi sorotan negeri dengan talenta sirkusnya. Di setiap perform, ada satu aksi yang menjadi ciri khas pria yang dibalut kemeja abu-abu gelap itu, orang-orang menyebutnya 'Limbo Magister'.Jadi, selain piawai dengan atraksi bola-bola kasti, tongkat bisbol, sepeda roda satu dan melewati ring api, Limbo Magister tetap menjadi salah satu aksi yang paling ditunggu. Alih-alih mengenakan kostum badut, aksi pria bersetelan elegan kelabu itu menjadi satu alasan mengapa aku ingin jadi seorang sirkus terbaik sepanjang masa.
Mulanya, ada dua pintu berseberangan di atas panggung teater yang dihadapkan ke penonton, Mr. X bakal masuk ke dalam pintu mahoni merah pertama, lalu dalam lima detik berikutnya, secara ajaib dia keluar dari pintu mahoni kedua yang jarak di antara dua pintu itu terpaut lima meter atau bisa lebih. Ada yang mengatakan, selama prosesnya, Mr. X memasuki limbo, sebuah dunia yang hanya para orang sepertinya ketahui. Aku paham betul ini terdengar berkaitan dengan sihir, tetapi itu adalah salah satu keunggulan Mr. X di antara para ahli sirkus saat ini.
Jadi, saat aku dan Alto berbicara soal keinginan menjadi seorang sirkus terbaik di masa mendatang nanti, teman-temanku yang lain tergelak seperti baru saja melihatku dan Alto sedang salto atau semacamnya.
"Maaf, Der," sela Theor dikala kekehannya. "Kau ingin menjadi seorang sirkus seperti Mr. X? Itu terdengar konyol. Tidak ada yang bisa menyaingi kehebatan Mr. X, sampai kapan pun, di era apa pun."
Theor tertawa, kepalanya geleng-geleng macam sudah puas sekali dia mencemoohku dan Alto. Teman-temannya yang lain ikut mengikuti tindakan Theor, seolah-olah mereka setuju dengan pendapat bocah yang perawakannya macam gigantis liar itu.
"Memangnya kenapa?" Alto membalas ketus. "Kami ingin menjadi Mr. X dengan Limbo Magister-nya juga bukan urusanmu."
Saat itulah aku sadar bahwa umurku sisa seperempat di ujung tongkat Malaikat Maut. Theor tipe bocah menuju dewasa yang tempramen, ketika salah bicara, maka akan dapat akibatnya. Saat kening Theor berkerut dengan sunggingan kecil di kedua sudut bibir, sejenak, suasana di depan rumah susun tingkat mendadak menegang.
"Sini kalian berdua!" Tangan kanan raksasa Theor berusaha menggapaiku dan Alto, karena memiliki tubuh mungil, kami bergerak gesit menghindar. Kadang aku bingung memikirkan apakah bertubuh kurus itu ideal atau kurang gizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambrosia
Short Story[Antologi Cerpen - Monthly Prompt BPC] 3333 tahun lalu, aku pernah bersandiwara pada Adam; tujuan hidupku hanya satu, yaitu mengelana pada waktu. Adam lantas mempercayakan kalau aku butuh Kotak Pandora untuk mengelana. Namun, Eva melarangnya. 12 per...