Loveless 4 - Asma Garvita.

1K 119 2
                                    

Pagi ... dan segala keindahannya. Sayup-sayup suara hening mulai mereda, berganti dengan denting berisik penghuni bumi. Cakrawala pun mulai membagi sinarnya, menyusup melalui celah-celah gorden yang tinggi menjuntai dari atas hingga menyentuh lantai yang dingin.

Asma Garvita. Seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang saat ini tinggal bersama Mama Anjani ,—istri dari mendiang ayahnya yang sudah meninggal. Meskipun tidak ada ikatan darah, Mama Anjani menerima keberadaan Asma untuk tinggal bersama.

Tangan lentik Asma bergerak membuka gorden saat Mama Anjani berjalan di belakangnya ke arah dapur.

"Sudah masak, Kak?" tanya wanita cantik itu membuka percakapan pagi ini.

"Sudah, Ma," jawabnya. Asma mengikuti mamanya di belakang, berhenti di dapur lalu menyiapkan sarapan. Memasak, adalah tugasnya setiap pagi. Mama Anjani bekerja sebagai seorang manajer di sebuah bank swasta, dia terbiasa pulang hingga larut malam dan bangun mendekati jam mulai bekerja. Sebagai orang yang memiliki waktu paling banyak untuk beristirahat, Asma sadar diri untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah setiap hari.

Asma bekerja sebagai guru di sekolah swasta. Berangkat pagi dan pulang di siang hari. Selain bekerja, Asma juga sering menjadi guru relawan di sebuah panti asuhan. Setiap akhir minggu biasanya Asma menyempatkan datang ke panti dan bermain bersama adik-adik panti.

"Sudah dapat telepon dari adikmu, Kak?" tanya Mama Anjani lagi, sambil menyesap kopi panas yang baru saja Asma siapkan.

Gelengan Asma sudah cukup menjawab pertanyaan mamanya.

"Anak itu ya ... suka lupa sama keluarga. Dari kemarin Mama telepon nggak dijawab, katanya sibuk, katanya lagi meeting. Padahal kita sama-sama tinggal di Ibu Kota Jakarta, tapi ketemu adikmu itu susahnya melebihi mau ketemu presiden tahu nggak!" Omelan Mama Anjani bukan hanya pagi ini, hampir setiap hari menemani paginya. Yaa, siapa yang tidak marah jika anak perempuan satu-satunya tidak bisa menyempatkan waktu untuk bertemu? Adiknya itu memang ... sangat luar biasa, terlalu mencintai kebebasan sampai menolak tinggal bersama orangtuanya sendiri.

Sebagai Kakak, Asma selalu berusaha menjadi penengah antara mama dan adiknya. "Mungkin Fe memang sedang sibuk, Ma," belanya meski ia tahu akan salah.

Anjani berdecak sebal. "Kamu itu, memang selalu belain adikmu."

Asma membalas dengan senyuman, sambil meletakan mangkok berisi bubur kesukaan mamanya. "Lebih baik Mama sarapan, ini sudah jam tujuh lebih lima menit."

"Iyaa, iyaaa." Meskipun sambil menggerutu, Mama Anjani menyendok bubur di depannya dan memulai sarapan.

Lima belas menit kemudian, Mama Anjani berangkat kerja menggunakan mobil. Asma juga harus segera bersiap, dia terbiasa berangkat setelah mamanya pergi. Jarak tempat kerjanya tak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu lima belas menit menggunakan motor.

Ketika ia hendak bersiap, ketukan di pintu rumah menghentikan langkahnya. Asma sempat mengintip dari balik pintu sebelum akhirnya tetap membukakan pintu untuk tamu yang datang.

"Asmaaaa." Namanya Budhe Ratih, kakak dari Mama Anjani yang tinggal di Jakarta. Wanita itu baru saja pulang dari luar negeri setelah lima tahun merantau sebagai TKW di Arab Saudi. "Lama nggak jumpaa, Maa."

Meskipun enggan, Asma tetap membalas pelukan dari Budhe Ratih. Kakak dari mamanya itu, sangat mudah mengeluarkan kalimat sinis. Beberapa kali, Asma sempat harus menekan perasaannya ketika mendapat komentar dari Budhe Ratih tentang keberadaannya di rumah ini, padahal statusnya hanyalah seorang anak tiri. Anak dari suami Mama Anjani yang telah meninggal.

"Budhe dengar tentang kamu yang gagal nikah, yang sabar ya, Ma. Itu namanya belum ... jodoh."

Sekali lagi, wanita itu menegaskan posisinya. Ya, Asma dilabeli pengantin perempuan yang gagal menikah, tiga tahun lalu ia ditinggal pergi calon suaminya di H-7 sebelum pernikahan. Namanya, Prabu. Seorang laki-laki yang mendapatkan informasi lolos beasiswa ke Inggris tepat H-10 sebelum pernikahannya dengan Asma. Setelah lebih dari enam bulan tanpa kejelasan, justru informasi kelulusan didapat saat tanggal pernikahan sudah ditentukan, saat laki-laki itu sudah tak berharap di sana. Sedangkan beasiswa yang didapat Prabu mewajibkan mahasiswa yang lolos berstatus lajang atau tidak terikat dalam pernikahan.

LovelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang