Suara riuh anak kecil bersahutan, saling bekerja sama menata ruangan seluas lima kali sepuluh meter. Bocah-bocah kecil, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki semangat membara menyulap ruangan sederhana menjadi sebuah tempat yang layak pakai untuk menyambut tamu. Dari Bu Lestari—, ibu panti Guyub rukun, anak-anak mendapatkan informasi bahwasanya hari ini panti akan kedatangan tamu spesial, calon donatur besar yang akan menyumbangkan hartanya untuk pendidikan anak-anak panti.
Ada dua puluh satu anak di panti ini, dan semuanya mendapatkan pendidikan yang layak dan seharusnya untuk seusianya. Bu Lestari dibantu Asma, bekerja keras untuk memberikan pendidikan minimal sampai sekolah menengah atas, karena bagi Asma dan Bu Lestari, pendidikan itu nomor satu.
"Cakraa, tolong bantu Kak Asma angkat meja dong," pinta Asma ke seorang anak berbaju merah. Dibanding yang lain, Cakra memiliki postur lebih tinggi, itulah yang membuat Asma memilih minta bantuan ke bocah itu.
"Siap, Kak." Cakra mendekat, lalu membantu Asma memindahkan meja dari ujung ruangan ke sisi sebelahnya. "Kak Asma tahu siapa donatur yang datang?"
Asma mengedikan kedua bahunya. "Kakak nggak tahu, kata Ibu orang baru, dua hari yang lalu baru menghubungi Ibu."
"Oh, pasti kaya ya, Kak?"
"Mungkin, Ibu bilang dana yang mau dikeluarkan cukup buat sekolah satu panti sampai lima tahun," ujar Asma. "Katanya loooh."
"Sudah, sudah, gosip saja kalian itu. Ingat, yang terpenting dari donatur itu adalah keikhlasannya, bukan nominal uangnya." Bu Lestari tiba-tiba muncul dari belakang tubuh Asma, sedangkan wanita yang baru saja bergosip dengan adik pantinya itu hanya tersenyum cekikikan. "Asma, Cakra, kita lanjutkan siap-siapnya, ya. Katanya, Beliau sudah mau dekat."
"Siap Bu Bos," jawab Asma dan Cakra serentak.
Dibanding berada di rumah, Asma lebih senang berada di panti. Mama Anjani selalu pulang larut malam, sedangkan Fe jarang sekali berada di rumah. Meskipun disebut sebagai keluarga, mereka bertiga jarang bersama. Mama Anjani lebih sibuk dengan pekerjaan dan lingkungan sosialnya, Fe pun sama sibuknya dengan aktivitas modeling dan pertemanannya, sedangkan Asma sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dan panti asuhan. Bagi Asma, panti lebih seperti rumah keduanya, dia punya keluarga di tempat ini.
Awal mula perkenalan Asma dengan panti adalah saat dia mendapatkan gelar sarjana. Sebagai seorang lulusan pendidikan, dia cukup kesulitan mencari pekerjaan. Mungkin akan terasa mudah bagi Asma mencari pekerjaan diluar mengajar, tapi karena terlanjur jatuh cinta dengan profesi itu, ia tetap bersikeukeuh mencari pekerjaan di bidang itu. Cukup lama menganggur, Asma memutuskan untuk mengajar di panti secara suka rela, dan panti inilah yang menjadi takdirnya. Asma sangat senang diberi kesempatan untuk mengenal dan menjadi bagian keluarga panti.
"Mbak, tamunya sudah hampir tiba," bisik Bu Lestari.
Asma membersihkan tangannya dari minyak-minyak bekas makanan, dia baru saja menata risol dan lumpia di piring untuk menyambut tamu. Setelah merasa cukup, Asma mengikuti Bu Lestari yang berdiri di depan pintu, memposisikan dirinya tepat berada di belakang wanita itu.
Tidak menunggu lama, tamu yang ditunggu pun tiba. Dua mobil sedan mewah berhenti di depan gerbang pintu masuk panti. Dua orang keluar dari mobil belakang, lalu membukakan pintu penumpang mobil di depannya. Semua orang terdiam, tertegun menyaksikan sosok laki-laki muda yang keluar dari dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveless
RomanceSpin off cerita kamu yang kusebut rumah. Axel Adiputra. Rumah itu kosong, tak berpenghuni. Kuncinya disimpan, agar tak ada lagi yang datang. Terlalu banyak harapan, tertimbun kenangan. Ini bukan tentang rumah, melainkan hati yang sudah lama tak teri...