Masa lalu Rumi

21 8 0
                                    

"Lucanne ayo makan" teriak rumi di dapur

"Iya rumi"Lucanne berjalan kedapur dan duduk Berhadapan dengan Rumi

"Ini makanannya, maaf ya cuman segini"

"Gapapa, oh iya Rumi makasih ya udah mau nerima aku dan ngebebasin aku" Ujar lucanne

"Iyaa, Sama-sama"

Hening, hanya suara dentingan sendok dan piring serta suara burung hantu

"Rumi, bolehkah aku bertanya?" Suara lucanne memecah keheningan malam tersebut

"Tentu saja" Ujar Rumi sambil tersenyum manis

"Kau tinggal sendiri?" perkataan lucanne tersebut membuat senyum di wajah Rumi hilang seketika, berganti dengan raut sendu

"Ah apa pertanyaan ku mengganggu mu, kalau kau tak nyaman tak apa tidak perlu dijawab" ucap lucanne dengan panik karna raut wajah Rumi

Rumi kembali tersenyum lalu berkata
"Tidak papa akan aku jawab pertanyaanmu itu"

"Aku anak pertama dari 3 bersaudara
Aku tinggal bersama orang tuaku
Kehidupanku benar-benar sempurna
Orang tua yang lengkap, keluarga yang harmonis, kehidupan yang berkecukupan namun itu semua berubah, saat aku berusia 9 tahun mereka membantai keluargaku, membunuh di depan mataku sendiri, cipratan darah dari orang tuaku mengenai wajahku
Ingin berteriak namun ibuku memberi isyarat agar diam dan tau
Dan untuk adik-adikku mereka tertangkap dan dibunuh namun bedanya saat itu aku tidak ada dirumah, aku menyesal meninggalkan adik-adikku sendiri saat itu yang tertinggal hanya harta, rumah serta kenangan dalam rumah ini, dan untuk menghidupi diriku, aku menjadi penari sampai saat ini"

Cerita Rumi yang tragis, Rumi bercerita sambil terisak kecil
Membuat lucanne tak tega, lucanne mendekati Rumi lalu memeluknya
Dan mengulangi kata-kata ini untuk menenangkan Rumi "kau tak sendiri sekarang, ada aku disisi mu, kau bisa bercerita denganku, kau hebat dapat melalui ini semua, kau hebat Rumi."

Rumi membalas pelukan lucanne
Dan menangis lebih kencang lagi
Dan berkata "aku tak kuat lucanne, aku lelah dengan semua ini, aku butuh istirahat dan sandaran, kenapa mereka membunuh keluargaku lucanne, ini benar-benar sakit, aku sudah mencoba ikhlas tapi mengapa sakit sekali, sungguh tidak adil bagiku, Aku Lelah lucanne"

Lucanne tak tega melihat Rumi menangis seperti itu, ia menyukai Rumi yang ceria, hatinya sakit saat melihat Rumi menangis benar-benar sakit, selama ini ia selalu melihat rumi yang ceria dan tidak seperti ini
Cerita yang tragis pikirnya

"Aku sendiri lucanne sekarang hiks, sakit sekali lucanne, Ayah, ibu bahkan adik-adikku Lucanne, Mereka tidak salah apa-apa Lucanne
Mengapaa lucanne, Mengapa hiks"

"Rumi kau sekarang tak sendiri, kau sekarang tak sendiri, disini ada aku, ada aku disini, menangislah ceritakan semuanya pada ku, menangis tak akan membuatmu lemah Rumi"

"Jangan takut sendiri sekarang, banyak yang sayang padamu termasuk Aku, kau harus kuat Rumi"

Pelukan Rumi pada lucanne mengerat
Bahkan Rumi mencengkram pakaian lucanne, Rumi meletakkan kepalanya di bahu lucanne, tangisan Rumi mengisi malam tersebut

Hujan pun turun seolah-olah ikut sedih melihat Rumi menangis
Semesta mendukung untuk menutupi kesedihan Rumi

"Sudah-sudah jangan menangis lagi, lihat semesta ikut sedih ketika mendengarmu menangis, sudah-sudah jangan takut sendiri lagi sekarang"

"Hujan semakin deras saat tangis mu semakin kencang Rumi, Semesta seakan tau bahwa seorang perempuan kuat serta cantik sedang menangis yang membuat semesta menurunkan hujan untuk menutupi tangismu"

Rumi berkata dengan lirih "Lucanne jangan tinggalkan aku ya"

Lucanne tersenyum lalu berkata
"Baiklah tuan putri, sekarang berhentilah menangis dan ayo habiskan makanamu"

Rumi menghapus air matanya sambil tertawa kecil dan berkata "mulutmu manis sekali lucanne"

Lucanne hanya tersenyum saat Rumi mengatakan tersebut

"Ayo habiskan makanan, kemudian beristirahat" ujar lucanne

"Baiklah"

«★«★«★«★«★«★«★»

Setelah makan tadi Rumi dan lucanne kembali ke kamar masing-masing

Rumi duduk di pinggir kasur, lalu membaringkan tubuhnya, kemudian dia tersenyum manis

"Mulut lucanne manis sekali, aku nyaman di dekatnya, jantungku berdetak kencang saat didekat nya
Aku benar-benar tak bisa melupakan hal tersebut terlebih lagi saat ia memanggilku tuan putri"

"Akh aku tak bisa berhenti memikirkannya, oh ayo lah aku harus tidur"

Tak jauh beda dengan keadaan Rumi
Lucanne terus tersenyum di dalam kamar dan ingin berteriak manun ia tahan

"Akhh dia memelukku, astaga rasanya seperti mimpi"

"Jantungku berdetak kencang sekali saat didekatnya"

Lucanne membaringkan tubuhnya di kasur lalu berkata lagi

"Seperti Mimpin sajaa"

"Sudahlah lebih baik aku tidur daripada seperti orang gila"

Lucanne memejamkan matanya menyusul Rumi ke alam mimpi

Fall in love with Rumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang