Chapter 10.2 : Putih

936 102 79
                                    

"Kau itu aneh Taufan" ucap seseorang bertopi hitam menatap jendela kelas melihat berbagai manusia yang berjalan memasuki bangunan sekolah

"Aneh apanya sih?"

"Ini sudah memasuki musim panas dan kau memakai syal? Padahal itu baru dicuci kemarin oleh Gempa, aku juga yakin itu masih belum kering"

"Halilintar bin Amato, yang hamba lakukan itu hanya menghargai benda pemberian"

"Kau mengatakan hal yang sama selama satu bulan penuh"

Satu bulan yang lalu ...

Ruang yang sangat familiar ini tidak terasa asing oleh para elemental, pasalnya tempat ini adalah tempat yang sama dimana Supra dikembalikan ke asalnya.

"Beliung... Semangat ya!" Rean

"Uhn! Kaka Rean jangan banting pintu atok lagi ya!"

"Ah..hehe..."

"Jangan hehe caja!"

"Liung... Nanti kalau merasa kesepian, coba kamu panggil Supra ya, pasti nanti dia datang" Gempa

"Apa jika Liung panggil 'kakak itu' dia juga datang"

"Pasti" Gempa

"Beliung, silahkan masuk ke dalam ruangan bersama Ochobot" perintah dari Kokochi

"Iya!"

Setelah masuk kedalam ruangan khusus, Beliung melambaikan tangan dengan senyum ceria.

"Kau tidak takut?" Tanya Ochobot

"Tidak kok!"

"Kau ceria sekali ya, sama seperti dirinya, apa kau juga... Menyembunyikan perasaan mu?"

"Eh?"

Sementara itu kondisi diluar ruangan...

"Kenapa mereka diam?" Ice

"Lagi ghibah mungkin" Blaze

"Ghibah itu makanan?" Duri

"Tunggu... Beliung..." Taufan seketika mengeluarkan ekspresi panik

"Ada apa Taufan?" Halilintar

Tanpa peringatan, Taufan lari masuk ke dalam ruangan itu. Halilintar sempat mencegah nya, namun sedikit ia berpikir bahwa hanya Taufan yang memahami Beliung.

Grep!

"Beliung ... Jangan nangis..." Ucap Taufan sembari memeluk Beliung

"Hiks.... Hiks... Huaaa... Liung.. Liung juga tidak mau picah cama Papa.. Liung juga takut... Liung hiks... Ingin sama Papa"

Seketika, semua orang yang berada di sana merasakan keheningan yang beraduk dengan kesedihan.

Mereka yang semulanya berpikir bahwa diantara Taufan dan Beliung sama-sama sudah saling mengikhlaskan, ternyata masih belum dapat melepaskan.

"Mereka berdua, memang sama sama pembohong ya" Halilintar menepuk jidatnya sambil tersenyum ringan

"Benar... Padahal mah ingin menangis, tapi malah pura-pura tertawa" Gempa mengelap air matanya

"Hiks..."

"Sudah ya.... Tidak boleh menangis lagi, nanti kamu ditertawakan oleh Supra loh" Taufan menenangkan Beliung dengan menepuk lembut kepala milik Beliung.

Baby LiungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang