________________
Malam berganti menjadi pagi. Cahaya menyoroti wajah Azka membuat nya terbangun. Gorden yang sebelumnya tertutup sudah di buka sejak pagi-pagi sangat oleh ibunya. Azka bangun dari tempat nya. Pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya. Sebelum pergi ke lantai bawah bertemu dengan ibunya. Hari ini hari libur. Azka bisa lebih bersantai hari ini.
Azka turun dari lantai atas. Wajah nya sudah terlihat lebih segar karena sudah mencuci wajah nya meskipun belum mandi dirinya akan terlihat cantik. Saat menuruni tangga Azka mendengar percakapan penting antara Abila dan ibunya Angkara. Menurut nya nama Angkasa terlalu panjang untuk di ucapkan. Kembali dengan Abila dan Laura. Dari wajah mereka memang terlihat percakapan nya memang penting. Tidak mau beranggapan lebih jauh lebih baik Azka menghampiri mereka.
"Eh kamu udah bangun Dina" ujar Abila pada anaknya itu. Laura ikut menengok ke arah mereka. Mereka? Ah ya di belakang Azka ternyata ada Kasa yang mengikuti nya dari belakang. Bukan mengikuti tapi memang tujuan mereka sama.
"Iya mah" jawab nya nada suara nya masih terdengar lemas.
"Nah, sekarang kita udah pada bangun dan pada ngumpul. Ayo makan, kita udah masak tadi" ajak Laura.
Azka, Angkara, Abila dan Laura berjalan ke meja makan untuk makan bersama. Lauk di meja makan terlihat begitu banyak. Ini pertama kalinya lagi Azka makan begitu banyak lauk pauk. Sedangkan Angkara heran kenapa begitu banyak lauk pauk. Tidak biasa nya ibunya memasak sebanyak ini. Ah iya mungkin karena ada temannya yang bisa di ajak bergosip sambil memasak.
Setelah selesai makan mereka kembali berkumpul di ruang keluarga rumah Laura. Membicarakan beberapa topik yang tidak terlalu penting. Hanya saling bercanda. Ya Azka akui sebelum nya Azka tidak pernah seperti ini. Meskipun sedikit membosankan ini juga menyenangkan.
"Aku pulang dulu ya ke rumah aku. Mau lihat keadaan di sana" ucap Abila pada Laura meminta izin.
"Tunggu, kamu disini aja dulu biar Angkara yang liat disana. Suami kamu udah ke sana belum" cegah nya.
"Yaudah, maaf ya ngerepotin kalian."
"Gapapa, sama sekali ga ngerepotin," ucapnya pada Abila "Angkara sini dulu kamu" lanjut Laura sedikit berteriak.
Selang beberapa detik Kasa turun menghampiri ibunya yang memanggil dirinya tadi, "kenapa Bun?" Tanya Angkara.
"Kamu cek ya ke rumah nya tante Abila buat mastiin."
"Iya nanti Angkara pergi. Angkara ganti baju dulu" jawab nya dan pergi ke kamar nya untuk cepat pergi ke rumah Azka.
Angkara keluar dari kamar nya sudah dengan setelan celana hitam Hoodie hitam, "Angkara pergi dulu Bun, tan" pamit nya tanpa bersalaman dan langsung pergi ke luar rumahnya.
Azka cepat pergi mengejar Angkara keluar, "angkara gua ikut" ucapnya.
"Lo ga bilang kan sama ibu lo?. Bilang dulu sana" ucap nya sembari memakai helm nya. Angkara tidak menggunakan mobil nya. Dirinya menggunakan motor Ninja 250R dengan warna hitam. Motor yang di gandrungi anak remaja sekarang.
"Yaudah tunggu," Azka kembali berlari ke dalam rumah Laura meminta izin pada Abila dan Laura "mah, tan Dina mau ikut kasa ya buat liat rumah."
Abila terkekeh, "Kirain ada apa tadi kamu lari gitu keluar, iya gapapa sana. Kalo ada apa-apa telpon mamah ya" ucap Abila mengizinkan Azka untuk pergi.
"Yaudah assalamualaikum mamah, tante" salam nya sembari salim kepada mereka berdua. Azka kembali berlari keluar rumah untuk bertemu Angkasa.
"Gua udah izin, ayo".
"Nih" Angkara menyodorkan helm pada Azka. Dengan segap Azka mengambil nya dengan cepat dan memakainya. Selanjutnya Azka menaiki motor milik Angkara tanpa suruhan dari sang pemilik. Angkasa tidak masalah dengan itu untungnya.
Sesampainya di rumah Azka terlihat jika pintu tersebut sedikit terbuka. Apakah maling yang masuk bukan ayahnya?. Azka masuk ke rumah itu keadaan rumahnya masih sama seperti saat di tinggalkan kemarin hanya saja rumahnya semakin berantakan. Mungkin karena ayahnya kemarin. Bajunya belum juga di ambil oleh ayah nya. Tanpa pikir panjang Azka langsung mengeluarkan baju ayahnya dari rumah nya itu. Agar segera di ambil oleh Mahesa.
Angkara tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya mematung di tempat memperhatikan Azka yang sedang mengeluarkan semua baju ayahnya itu.
"Din, kalo nanti baju ayah lo basah gimana?" Tanya Angkara.
"Bodo amat yang penting dia pergi dari rumah ini. Biar gua sama ibu gua ga menderita hidup di sini" Jawab nya penuh amarah.
Angkara mengangguk kepalanya. Angkasa paham apa yang di pikirkan Azka.Sedangkan di kediaman Laura. Abila sedikit cemas karena anak nya belum kunjung kembali ke rumah Laura. Takut akan sesuatu terjadi di sana. Laura mencoba menenangkan Abila agar tidak cemas karena di sana ada Angkara yang akan menjaga anak perempuan nya itu. Namun kecemasan masih ada di diri Abila. Naluri ibu terkadang benar. Namun kali ini naluri Abila salah. Buktinya Azka masih mengeluarkan baju-baju itu.
Kembali ke Azka dan Angkara. Kali ini baju-baju terakhir yang di keluarkan Azka. Angkara tidak berniat membantu nya sama sekali. Tidak peka sekali memang laki-laki satu ini.
"Udah?" Tanya Angkara.
"Ya menurut lo?. Balik aja udah biar baju nya langsung di ambil sama papah gua" jawab Azka geram.
Mereka kembali ke rumah laura dan menceritakan apa yang di lakukan Azka dan Angkara disana. Lebih tepatnya hanya Azka. Abila lega karena memang tidak terjadi yang tidak-tidak pada anak perempuan nya ini.
________________
TBC...........
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNDAY
Teen FictionSUNDAY By : _rainsmoochies 'Tekanan membantu mu untuk tumbuh'. Mungkin Kata ini sangatlah cocok untuk Azkadina Finley perempuan yang mendapatkan tekanan di usia muda yang di sebabkan oleh kedua orangtuanya sendiri. Di paksa untuk selalu mendapatkan...