Bahagiaku, bahagiamu.

9 0 0
                                    

" Kak, maaf yaa kakak harus bolak-balik Jakarta-Purwokerto"

Diantara adik kembarnya, Sastra yang lebih peka terhadap keadaan. Sembari menyuapi adiknya makan malam, Witya tersenyum kepada adiknya. menandakan bahwa ia tak apa dan baik-baik saja. " Jangan berfikir macam-macam ya, kalian baik-baik disini" Ucap Witya memastikan perasaan adik-adiknya. 

"Oh ya, kemungkinan nanti kakak mau ngambil rumah di perumahan dekat sini untuk tempat tinggal kalian. Nanti ada pengasuh juga buat kalian supaya kalian terpantau terurus. Kakak engga enak sama mas Ahmad. Paham ya?" Tutur Witya menjelaskan peda adik-adiknya.

" paham kak" jawab Sastra dan Aksa kompak.

Ahmad kecelakaan tabrak lari seminggu yang lalu dan menyebabkan kakinya harus mengalami patah tulang, sehingga Witya tak enak jika adik-adiknya masih menetap dan merepotkan Ahmad. Padahal Ahmad berkata bahwa tak apa jika adik-adiknya tinggal bersamanya karena Sastra dan Aksa termasuk anak-anak yang baik dan penurut. 

Sampai saat ini Witya tak berani ambil keputusan untuk membawa adik-adiknya pindah ke Jakarta. Pun juga dengan pekerjaannya, ia tak bisa pindah dari pekerjaannya sebagai editor di Jakarta.

Setelah selesai menyuapi adik-adiknya, Witya duduk di teras depan rumah. Sudah ada Ahmad yang duluan duduk di teras depan rumah. " Mas Ahmad, aku minta maaf ya selama ini aku merepotkan mas Ahmad. " Ucap Witya. " ih engga apa-apa, Wit. aku seneng kok ada mereka, setidaknya aku tidak sendirian" Jawab Ahmad.

" oh ya mas, Mas Nadir kok jarang keliatan ya? biasanya tiap aku ada disini, mas Nadir pasti nyamperin aku" tanya Witya. Menatap langit dengan penuh tanya. " kangen ya kamuuu?" Goda Ahmad kepada Witya.

" ih apaan, enggaaaaa. heran aja" .

" Nadir pindah Wit. kamu engga tahu?" Ucap Ahmad. " Hah pindah? kemana?" Witya terkejut. Ia langsung panik. " dia pindah tugas ke Cirebon, Wit. engga tahu alasannya apa. tekad dia kuat banget buat pindah kesana" Jawab Ahmad. Ahmad melihat ada kekecewaan juga rasa penasaran yang ditunjukkan Witya dari mimik wajahnya.

" kenapa Wit? kamu kecewa? lalu lebih besar mana kecewanya Nadir sama kamu karena terus kamu abaikan?" Ucap Ahmad. DEG!! Witya terhentak dengan kalimat retorik itu. " haha engga usah kaget Wit. aku bercanda kok. yaudah masuk yuk, kan besok kamu musti pindahan." Ahmad berusaha mencairkan suasana. yaa meskipun sebenarnya kekakuan sepersekian detik tadi juga karena ulah ucap Ahmad.

Mengemasi barang-barang Aksa dan Sastra, Ahmad tidak bisa membantu dikarenakan urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Rambut hitam yang kini tak terurus barang seminggu sekali, jam makan yang kini terbolak-balik dan lebih banyak berlatih tersenyum tanpa rasa apapun. Terduduk lemas dan akhirnya Witya menangis kembali. Rasanya baru kemarin ia sangat menantikan kedatangan ayahnya, lalu kini pelukannya saja tidak sudi lagi ia dapatkan.

Jarak rumah baru mereka dengan rumah Ahmad harus ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit, Witya dan adik-adiknya beserta barang-barang mereka dibantu oleh mobil sewaan yang di sewa oleh Ahmad karena Witya menolak bantuan mobil Ahmad. Ia pandangi rumah barunya dengan harapan semoga segalanya cepat membaik dan adik-adiknya bisa nyaman tinggal disini.

" kak, nanti kita sama siapa?" tanya Aksa.

"sementara nanti ada yang ngasuh kalian ya, namanya Mbak Nana, dia teman baik kakak juga. mulai minggu depan kok. Untuk minggu ini kakak cuti kok, nemenin kalian" Jawab Witya sambil mengelus rambut kepala Aksa.

"kita sekolah kan kak?" Sastra juga Bertanya.

"Iya, besok kita daftar dulu ya. Kalian beresin barang-barang kalian yang tadi di koper ya, kakak mau pesan makanan dulu" Tutur Witya, berjalan menuju ruang tamu. Baru saja ia membuka Smartphone, sudah masuk telepon dari Nadir " Assalamu'alaikum, Wit.."

Relung Paling PalungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang