4. Open Eye

301 89 35
                                    

Selena menarik jemari itu dari pipinya. Tubuh Altan terasa sangat panas untuknya, seperti memegang teko yang baru saja berbunyi.

"Tanganmu, panas," ucap Selena.

"Oh, iya. Aku agak demam." Altan menarik tangannya lalu tersenyum canggung.

"Engga, tanganmu panas banget."

"Aku abis ini memang mau ke dokter," ucap pria itu dan menyembunyikan tangannya di saku celana.

Ia tatap pria itu dari kepala sampai kaki. Rambut hitamnya terasa asing seketika.

"Aku pulang dulu kalo gitu. Kabarin kalau ada yang kamu butuhin."

Tanpa diantar tuan rumah, Altan berjalan sendiri ke depan pintu. Selena masih menatapnya aneh. Halusinasi sesaat itu semakin terasa nyata.

"Aku pamit, dadah."

Sebelum Altan menutup pintu, Selena mendapati rambut bagian belakang Altan terlihat pirang di bagian akar.

"Apakah aku sudah gila?"

***

Nigel
Hai, Selena. Maaf atas kejadian kemarin lusa. Mantan pacarku tiba-tiba bikin ribut dan aku malah sibuk ngeladenin dia. Kalau kamu berkenan, aku mau ketemu untuk minta maaf langsung. Aku juga mau makan bareng lagi karena pas kemarin kita ngga jadi makan bareng. Aku tunggu di tempat parkir belakang kampus nanti sore jam 4.

Pagi hari ini telah dirusak oleh Nigel yang mencoba menghubungi Selena kembali. Harusnya, pria itu melupakan eksistensi Selena saja.

"Selena! Kirain nggak bakal ke kampus lagi."

Suara tersebut datang dari sekerumunan lelaki perundung yang duduk di kursi paling belakang. Mereka terkenal dengan mulut jahatnya yang bahkan lebih kejam daripada perempuan sekalipun.

Kedua telinganya langsung dalam mode tuli. Ia fokus mengerjakan tugas yang terlewat olehnya kemarin.

"Katanya lu sampe disiram minuman ya? Emang bener?"

Ravi. Lelaki yang tak punya sopan santun itu menghampiri meja Selena dan duduk di atasnya. Selena tak mau peduli awalnya, sampai ia mengambil kertas tugas Selena.

"Gue cuma mau ngerjain tugas," ucap Selena dan mencoba mengambil kertas itu.

"Jawab dulu bisa, kan?" Ravi berdiri lalu membawa kertas itu sambil berjalan-jalan mengelilingi ruangan kelas.

Pria itu jelas lebih tinggi dan Selena tak mungkin meraih kertas itu darinya. Ravi juga akan berusaha keras untuk mendapatkan informasi mengenai gosip terhangat.

Apa lagi kalau bukan Selena, menjadi perempuan simpanan Nigel, dan merusak hubungan antara Nigel dengan Sasha, influencer terkenal di fakultas mereka.

"Nggak ada yang perlu dijawab." Selena melompat-lompat kecil untuk mengambil kertas itu.

Ravi masih mengangkat tangannya. Teman-temannya di kursi belakang mendukung tindakan menyebalkan itu dengan tawa-tawa kecil sambil mengomentari fisik Selena.

"Kok mau ya si Nigel sama Selena?"

"Selingkuhan emang biasanya lebih jelek gak sih?"

"Kalo jelek pasti barangnya bagus, makanya si Nigel mau"

Selena langsung berhenti melompat saat mendengar gosip itu. Sedikit lagi mungkin ia akan menangis. Ia bukan tipe perempuan cengeng. Tapi tak pernah ia difitnah sekeji itu.

"Pada ngapain?"

Raiden muncul di depan pintu kelas dengan tas ransel yang hanya di gendong di bahu kirinya. Matanya sangat dingin. Bahkan Selena merasa ada kejutan listrik kecil saat menatap mata lelaki itu.

Selena's WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang