°
°
°
°
°
°Lagi-lagi helaan nafas keluar dari mulut seseorang yang tengah menatap nelangsa kandang hewan di depannya. Tidak pernah terpikirkan bahwa dia akan mengalami hal random tapi menakutkan yang disebabkan oleh Uminya.
Semua ini berawal ketika sang umi mendapat kabar jika singa yang sempat diajak foto oleh daddy-nya melahirkan dan tanpa pikir panjang wanita yang sudah melahirkannya itu meminta sang Daddy untuk membelinya.
Karena tak ingin terjadi sesuatu seperti dahulu, Daddy langsung menurut. Setelah proses perizinan yang cukup panjang akhirnya bayi singa itu sudah bersemayam di belakang rumahnya.
Abdul Mujid Alexander, cowok nelangsa itu mendekat dengan takut sembari membawa satu dot susu ditangannya. Ini adalah hal menakutkan yang pernah ia lalui diumurnya yang akan menginjak tujuh belas tahun. Memberi bayi singa susu.
Uminya tidak meminta ia mengurus singa itu seperti yang terjadi pada Daddy dan kakaknya dulu, saat itupun ia bernafas lega. Tapi, kelegaan itu sirna saat bayi singa sampai ke sini ....
"Dede, nanti bayi singa-nya sampe sini sekitar satu jam jam lagi, ya. Umi mau ke dokter dulu sama Daddy, udah terlanjur buat janji soalnya," ujar Fatimah. Ia sudah rapi bersama suaminya.
Abdul menghela nafas, kini ia sudah tidak pernah mempersalahkan nama panggilan yang ditujukan padanya. Abdul sudah capek mengingatkan, terserah mau manggil apa, yang penting dirinya ganteng, titik. Udah itu aja. "Iya, Mi," sahut Abdul.
"Kalau udah laper nanti makan siang duluan aja, takutnya macet."
Jhon menyodorkan kepalan tangannya yang langsung Abdul adukan dengan kepalan tangan miliknya, cara pamit khas mereka. "Mau nitip sesuatu gak?" tanyanya pada sang anak yang sebentar lagi akan kehilangan predikat anak bungsu kesayangan.
"Nitip samyang deh, Dad, di rumah udah abis soalnya," jawab Abdul yang langsung mendapat acakan di kepala sebagai pertanda iya dari sang Daddy.
"Di beliin tapi jangan sering-sering, ya," kata Fatimah sambil mencium kening anaknya sayang. "hati-hati di rumah sayang. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Abdul melambaikan tangannya pada sang Umi dan Daddy yang sudah melenggang pergi, lalu ia kembali melanjutkan tontonannya.
Satu jam kemudian, suara mobil masuk membuat Abdul mem-pause filmnya, dengan malas ia berjalan keluar karena itu pasti mobil yang membawa bayi singa pesanan uminya.
Saat sampai, Abdul melihat dua orang yang sedang menenteng kandang singa, dan seorang bapak-bapak yang memegang kertas.
Si pemegang kertas menghampiri Abdul "Dengan anak pak Jhon Alexander, dek Abdul Mujid Alexander?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Slow Update]
RomanceSEQUEL TITIK JENUH! [ Dianjurkan untuk membaca titik jenuh terlebih dahulu ] Singkatnya hidup itu penuh dengan pilihan. Hal yang kamu dapat tergantung sematang apa pertimbanganmu saat akan memutuskan. Jadi, jangan mengambil keputusan saat marah dan...