°
°
°
°Setelah mengurus semua keperluannya untuk pulang ke Indonesia, di sinilah mereka sekarang, bandara. Menunggu nama mereka dipanggil untuk masuk ke pesawat.
Reaksi Laura sangat mengetahuinya? Sudah pasti bahagia. Sudah lama gadis itu menyuarakan keinginannya untuk berziarah ke makam orangtuanya untuk pertama kali, setidaknya itu yang diketahui oleh Laura.
Perihal Restu? Tentu pemuda itu sudah mengetahuinya. Apa yang Restu katakan beberapa minggu lalu menjadi alasan terbesar Miko untuk sanggup mengambil keputusan ini.
"Sayang," panggil Miko pada gadis di sampingnya. Sebelum mereka berangkat ia harus memastikannya lagi.
Laura menoleh, lalu menyahut, "Ya?"
"Kamu ingat kan sama apa yang aku bilang kemarin? Kamu akan menepati janji kamu?"
Senyum terlukis di bibir indah Laura. Satu tangannya terangkat. "Aku janji setelah sampai di Indonesia, aku gak akan nangis kecuali tentang orangtuaku. Selebihnya aku akan bahagia."
Miko membelai rambut halus nan wangi itu. Ia sangat menyayangi Laura, gadis ini berhasil masuk ke dalam hatinya di detik pertama pertemuan mereka dan memporak-porandakan dirinya sehingga sanggup melakukan apapun demi kebahagiaan Laura. "Dan kamu juga harus ingat, apapun yang terjadi nanti, jangan pernah menyalahkan diri sendiri tapi kamu harus percaya akan adanya takdir. Semua berjalan atas apa yang dituliskan sang kuasa, terutama perihal umur."
Kepala Laura mengangguk-angguk meyakini bahwa ia akan sanggup untuk melakukan itu.
"Satu hal lagi yang aku gak akan pernah bosan buat ingetin." Kedua tangan lebarnya menangkup pipi Laura yang sudah mulai mengembang, berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu yang tampak tirus.
"Kamu boleh jadi orang baik, orang baik banget, orang baik banget banget banget, tapi kamu harus tahu orang seperti apa yang akan menerima kebaikan kamu. Jangan sampai kamu memberi berlian pada orang gila, bukannya berterima kasih yang ada berlian itu dipakai buat ngelempar kamu. Paham?"
Dengan keadaan kedua pipi yang masih ditangkup, Laura mengangguk. "Aku gak akan pernah lupa sama nasehat kamu yang satu itu."
"Duh kenapa gemes banget sih. Mana bibirnya monyong kebuka dikit , kan jadi pengen cium? " Keluh Miko dalam hati.
Percayalah, seberapa serius laki-laki itu berbicara, tingkah konyol tidak akan pernah hilang dalam dirinya.
"Emm ... cium, boleh?" tanya Miko hati-hati. Matanya menatap penuh harap agar keinginannya disetujui. Ini adalah kali pertama sejak mereka resmi menyandang status berpacaran, Miko meminta sentuhan lebih selain mengusap rambut dan pelukan.
Bola mata Laura bergerak segala arah, memikirkan permintaan Miko. "Boleh. Kening tapi."
Meskipun tidak sesuai harapan, Miko tetap memajukan bibirnya untuk mencium kening Laura dengan jeda sedikit lama. "I love you."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice [Slow Update]
RomanceSEQUEL TITIK JENUH! [ Dianjurkan untuk membaca titik jenuh terlebih dahulu ] Singkatnya hidup itu penuh dengan pilihan. Hal yang kamu dapat tergantung sematang apa pertimbanganmu saat akan memutuskan. Jadi, jangan mengambil keputusan saat marah dan...