Chapter 1: Sphere

204 17 6
                                    

Aku adalah perwujudan dari Planet Sphere, itu sebabnya aku memiliki nama yang sama dengan planet tersebut, yaitu Ultraman Sphere.

Saat ini, aku sedang terbang melintasi luar angkasa untuk sekedar jalan-jalan biasa. Tiap hari aku selalu mengawasi keadaan warga planetku untuk memastikan mereka semua baik-baik saja serta planet sedang dalam keadaan sehat. Karena itulah para warga memintaku agar jangan terlalu khawatir pada mereka dan menyuruhku jalan-jalan sebentar.

Awalnya aku tidak begitu tenang meninggalkan mereka karena sejak aku terlahir (yang juga merupakan kelahiran Planet Sphere), aku tidak pernah meninggalkan planet itu. Namun atas bujukan warga aku pun menyetujuinya.

1 jam telah berlalu sejak kepergianku. Tiba-tiba dadaku terasa sesak dan tubuhku mulai merasa sakit. Saat kuperiksa, aku terkejut mendapati sekujur tubuhku dipenuhi dengan luka. Aku pun mengetahui kalau Planet Sphere sedang dalam bahaya dan aku langsung bergegas kembali.

Karena aku adalah perwujudan Planet Sphere, jika planet tersebut dalam bahaya, maka tubuhku juga akan ikut terkena dampaknya. Fakta bahwa tubuhku bukan hanya menerima luka ringan tetapi cukup berat dan banyak, mengartikan bahwa Planet Sphere sudah dalam ambang kehancuran.

Sesampainya di Planet Sphere, aku terkejut tidak main melihat planet itu sudah seperti neraka. Api membara dimana-mana dan mayat tersebar di seluruh planet itu. Tidak ada satupun yang selamat. Di pusat planet, aku melihat sesosok makhluk hitam dengan mata merah yang tajam.

Melihatnya membuatku merasakan amarah yang begitu besar karena telah menghancurkan planetku. Namun dengan keadaanku sekarang aku sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya bisa menangisi nasib planet dan para warga tak bersalah.

Makhluk itu kemudian menyadari keberadaanku dan mulai mendekatiku. Aku hendak terbang tetapi kakiku tidak mengizinkan karena sudah tidak ada tenaga. Aku hanya bisa melihatnya berjalan ke arahku dengan penuh ketakutan.

?: Oh? Ternyata masih ada 1 yang hidup ya?

Sphere: A-aku mohon...ja-jangan membunuhku...

?: Hahaha! Sangatlah lemah! Membujuk untuk tidak dibunuh? Baiklah, kali ini aku tidak akan membunuhmu karena kamu bukanlah tandinganku. Tapi jika suatu hari kita bertemu lagi dan kamu sudah menjadi lebih kuat, aku akan menghadapimu.

Makhluk itu kemudian menghilang begitu saja. Aku kemudian hanya bisa terduduk dan bersandar pada sebuah batu sambil menangis, tak tahu apa yang harus dilakukan. Rumahku sudah hancur, kini aku harus tinggal dimana?

Saat itulah ada 1 sosok lagi yang mendekatiku. Sontak saja aku kaget dan takut.

Sphere: Si-siapa kamu?! Mau kamu apa?! Tolong jangan sakiti ataupun culik aku!

Ginga: Aku tidak berniat untuk menyakitimu ataupun menculikmu. Kenapa kamu berpikiran begitu?

Sphere: A-aku tidak percaya!

Ginga: Aku tidak berbohong... *mendekatiku*

Sphere: Menjauh dariku! Aku.....akh! *memegang tubuhku kemudian jatuh pingsan*

Ginga: Hei! Kamu gak papa?! Bertahanlah! Hoi!

Karena aku tak kunjung sadar, ultra itu pun memutuskan untuk membawaku ke suatu planet. Sesampainya disana, dia segera ke SCH dan meminta seorang ultra wanita untuk menyembuhkanku.

Selagi aku disembuhkan, Ginga menghubungi entah siapa itu.

Ginga: Pak Ken, ayah, sepertinya aku sudah menemukan ultra yang dimaksud. Tapi dia pingsan saat aku baru mau berbicara dengannya.

King: Sepertinya dia pingsan akibat planetnya yang dihancurkan. Bagaimanapun dia adalah perwujudan planet itu sendiri. Jika planet itu hancur, juga akan berdampak pada tubuhnya.

Ultraman Sphere: Guardian of CelestialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang