Chapter 1

238 17 4
                                    

Happy Reading!!!


Chapter 1 – Awal Mula

Seorang anak kecil tengah asik bermain di taman. Di tangannya terdapat sebuah mobil-mobilan hasil mencuri dari sang abang. Setelah berhasil melarikan diri dari amukan sang abang yang mungkin sedang menangis di rumah saat ini, dirinya melarikan diri ke taman.

"Senangnya dalam hati, bila berlmobil dua.. hihi" Sebuah lantunan lagu acak keluar dari bibir mungilnya yang belum bisa mengucap huruf 'R' dengan lancar.

Di umurnya yang masih 4 menuju 5 tahun itu sudah terlihat bibit-bibit nakal yang akan membuat orang pusing. Hampir setiap hari kerjaannya menjahili kembaran tak seirasnya yang memang sedikit cengeng. Ia memiliki kembaran laki-laki yang juga menjabat sebagai abangnya walau hanya berbeda beberapa menit.

Sifat mereka berdua sepertinya berlawanan. Sang adik merupakan gadis kecil yang usil, suka sekali menjahili sang abang yang sedikit-sedikit menangis. Namun, walau demikian, tak jarang ia pasang badan untuk melindungi sang kembaran jika ada anak-anak lain yang mengganggunya. Mottonya, 'hanya dirinya yang boleh mengganggu sang abang'. Padahal masih anak-anak yang bahkan untuk bicara saja belum lancar, namun sikapnya sudah seperti orang dewasa saja yang ingin melindungi orang tersayangnya.

Tengah asik dengan kedua mobil berbeda warna itu, dirinya merasa terusik dengan suara tangisan yang samar-samar terdengar. Karena rasa penasaran yang menggunung ia memutuskan untuk mencari asal suara, tak lupa membawa mainannya.

"Hiks...Kucingnya mati..." Terdengar lirihan anak kecil yang tengah meratapi seekor kucing bersimbah darah di hadapannya.

"Hei, kamu kenapa?" Tanya seorang gadis kecil dengan tangan penuh mainan. Pandangannya yang semula menatap kucing yang sudah tak bernyawa itu teralihkan. Sedikit takjub dengan paras gadis kecil yang cantik jelita di depannya.

"Halo?!" Gadis itu melambaikan tangannya karena tak mendapat respon dari anak lelaki yang sepertinya sedang melamun.

"Hah? Ohh... Ini kucingnya kasian..." Ujarnya dengan bibir mencebik.

"Kucingnya kenapa?"

"Tadi ada yang nabrak kucingnya trus dibuang disini." Ujarnya anak kecil bermata sipit itu menjelaskan.

"Ihh, tlus orangnya mana? Sini mau aku malahin!" Celoteh gadis mungil itu yang membuat anak kecil satunya menahan tawa. Pipi gembulnya bergoyang mengikuti gerak gerik tubuhnya yang tak bisa diam. Ditambah pengucapannya yang masih cadel, anak kecil itu merasa gadis di depannya lucu dan menggemaskan.

"Kamu kenapa? Kok mukanya melah? Telus kenapa ketawa?" Tanyanya bingung. Keningnya berkerut lucu yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan di mata anak kecil itu.

"Kamu lucu."

***

Kehidupan anak muda zaman sekarang sudah serba digital dan dan dipenuhi oleh alat elektronik. Tentunya hal itu membawa manfaat yang baik jika digunakan dengan benar dan sesuai tempatnya. Namun, tak dapat dipungkiri jika hal itu juga membawa dampak buruk bagi banyak generasi muda bangsa.

Sebagai contoh, seorang gadis masih bergulat dengan kasurnya yang nyaman padahal matahari sudah muncul untuk memulai pagi. Suara alarm yang sedari tadi berisik tidak menggaunggunya sama sekali. Bagaimana tidak, ia baru tidur jam 4 subuh tadi karena maraton drama. Katanya tidak bisa tidur sebelum drama yang ditontonnya itu tamat. Alhasil, dirinya akan kesiangan lagi hari ini karena tak bisa mengontrol dirinya jika sudah bersama benda pipih yang selalu ia bawa kesana-kemari setiap hari itu.

3XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang