BAB 1 Kabar Buruk

8.2K 112 13
                                    

MENCINTAI SAHABAT SUAMI

-
-
-

~ siapa yg sudah nunggu cerita ini publish? Hehe ...
Maafkan ya, kalau sebelumnya sempat diunpub Krn ada satu dan lain hal. Kalau yg udah pernah baca dan ngerasa, "kok ceritanya berubah?" Iya, emang aku ubah kok. Yg kmrn agak bertele-tele. Jd, segini aja infonya ya...

Happy reading 💚

-
-

Hujan lebat yang sejak pagi turun, hingga sore masih menyisakan rintik dan awan kelabu. Udara di Jakarta juga menjadi lebih sejuk daripada hari-hari sebelumnya yang agak panas.

Anin duduk bersama Yuni, ibu mertuanya, di ruang tengah sembari menyesap teh hangat juga kudapan yang dibawakan ibu mertuanya.

"Gimana, Nin, menurut mu bolu itu? Apa rasanya pas di lidahmu?" Tanya Yuni yang memang selalu senang membuat masakan dan kue.

Anin mengunyah gigitan kedua bolu berwarna hijau cerah itu. Rasanya tidak terlalu manis, pas disajikan bersama teh manis hangat seperti sekarang ini.

"Enak, Bu. Tidak terlalu manis. Aku suka sekali. Rasanya pas. Cocok untuk teman minum kopi atau teh seperti sekarang," ujar Anin dengan jujur dan kembali menggigit kuenya lagi.

Yuni nampak senang. Wanita yang sudah memasuki usia 50 tahun lebih itu, merupakan seorang janda kaya raya. Ibu dari Alfian suaminya Anindya.

Seminggu dua atau tiga kali, Yuni selalu datang ke rumah Anin untuk membawakan makanan atau kue buatannya. Karena Anin adalah menantu satu-satunya. Yang menikah dengan putra semata wayangnya, Alfian Prasetyo.

Sedangkan Anindya, wanita yang tahun ini menginjak usia 31 tahun. Telah membersamai Alfian selama kurang lebih 5 tahun. Anindya dan Yuni tidak seperti mertua dan menantu pada umumnya. Namun, mereka lebih seperti teman.

"Kamu nggak kesepian ditinggal Alfi terus? Kenapa nggak coba ikut tinggal sama Alfi di Bandung."

Anin tersenyum simpul, "sudah pernah dibahas, Bu. Tapi, kata Mas Alfi jarak Bandung dan Jakarta kan dekat. Kalau kangen bisa langsung pulang," jelas Anin dengan senyum yang terus dipatri.

Sebenarnya, 3 bulan belakangan ini hubungan Anin dan Alfi tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Sejak Alfi memutuskan mengurus cabang di Bandung, sebulan pertama hubungan mereka baik-baik saja. Namun, bulan berikutnya, Alfi berubah. Jadi jarang pulang dan banyak alasan. Biasanya Alfi tidak pernah seperti itu sebelumnya.

Pernah waktu di Semarang, hubungan Alfi dan Anin baik-baik saja. Beda sekali dengan yang sekarang ini. Padahal, cabang yang di Bandung sudah ada yang mengurusnya, sahabatnya Alfi yang bernama Regi.

"Kamu sama Alfi baik-baik saja, Kan?" Yuni menatap curiga pada Anin.

Anin mengangguk mantap. "Iyalah, Bu. Semua baik-baik aja, Kok. Tapi, memang Mas Alfi aja yang lagi sibuk banyak proyek besar di sana."

Yuni nampak percaya dengan apa yang dikatakan oleh menantunya tersebut.

"Ibu harap, kalian akan terus baik-baik saja."

Tidak, Anin tidak baik-baik saja. Selama ini ia berusaha terlihat baik dan seperti tidak terjadi apa-apa. Demi nama baik keluarga suaminya. Anin tidak tega jika harus mengecewakan ibu mertuanya yang menyayanginya seperti ibu kandungnya sendiri. Karena ia sudah tidak memiliki orang tua sejak lama.

"Iya, Bu. Doakan ya, Bu." Anin melihat cangkir teh milik Yuni. "Mau aku tambahin teh nya, Bu?" Tawarnya.

Yuni menggeleng, "nggak usah. Aku mau pulang aja. Oya, Nin. Semoga kamu bisa segera hamil. Aku tidak memaksa, karena aku tahu semua rahasia Tuhan. Aku hanya berharap saja. Siapa tau aja harapan ku di dengar Tuhan."

Mencintai Sahabat Suami [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang