Bab 2 ICU

2.7K 98 2
                                    

MENCINTAI SAHABAT SUAMI

-
-
-

[]

Anin duduk di kursi yang tersedia di ruang tunggu pasien ICU. Kakinya masih lemas, tidak kuasa melihat ruangan ICU yang dihuni pasien kritis, salah satunya adalah Alfi, suaminya.

Regi memberikan botol air mineral yang telah dibuka penutupnya. Anin pun segera menenggaknya. Rasa dahaga pun hilang seketika.

"Kamu baik-baik saja, Nin?" Tanya Regi.

Anin masih tidak tau apakah dirinya baik-baik saja atau sebaliknya. Lantas, ia menunduk dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia masih tidak percaya jika semua ini adalah nyata.

"Nin, sebaiknya kamu pulang diantar Regi. Biar aku yang tunggu Alfi di sini," ucap Yuni pelan sembari mengusap punggung Anin.

"Benar, aku sudah menyiapkan kamar hotel di dekat rumah sakit ini. Untuk jaga-jaga saja," balas Regi.

Anin bingung, kenapa Ibu mertuanya memintanya untuk meninggalkan anaknya yang sedang kritis? Bukankah seharusnya sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga suaminya dalam keadaan seperti ini.

"Aku nggak papa, Bu, Mas. Aku mau nunggu Mas Alfi sadar. Biar aku yang jaga di sini, sudah tugasku sebagai istrinya untuk menjaganya di saat seperti ini." Anin meremas jemarinya karena menahan sedih.

Terdengar helaan napas pelan dari Yuni yang mengangguk. "Baiklah, malam ini kita jaga bersama untuk beberapa jam ke depan. Setelah itu, kita bergantian untuk istirahat dan berjaga."

Anin mengangguk menyetujui.

Sedangkan Regi, tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena itu sudah keputusan yang diambil oleh ibu juga istri dari sahabatnya. Namun, di samping itu, Regi kembali menoleh melihat Anin yang masih menatap lantai rumah sakit. Perasaan bersalahnya menggerogoti setiap detiknya. Rasanya Regi ingin menggenggam tangan Anin, dan memberikan kekuatan penuh pada wanita yang memiliki tatapan juga senyuman lembut istri sahabatnya itu.

Yuni sebagai seorang ibu juga hatinya pasti hancur melihat putra semata wayangnya tidak sadarkan diri dan harus berbaring di ruangan Kramat seperti itu. Teringat kembali beberapa tahun silam mendiang sang suami. Namun, ia juga harus kuat. Jika bukan dirinya sebagai penguat, siapa lagi?

"Aku boleh masuk tidak ya? Mau liat Mas Alfi," ucap Anin tiba-tiba.

Regi yang sejak tadi hanya diam, menoleh mendengar suara lembut dari wanita di sampingnya.

"Kamu mau masuk? Aku tanyakan ke dokter yang berjaga ya," sahut Regi yang langsung berdiri dan berjalan menuju ruang ICU.

"Ibu mau masuk?" Tanya Anin pada ibu mertuanya.

"Kamu saja, nanti kabari saja kondisinya bagaimana. Aku nunggu di sini saja," jawab Yuni. Karena Yuni tahu, untuk masuk ke dalam ruangan ICU, itu tidak boleh sembarangan. Dan tidak boleh banyak orang yang masuk.

Anin menoleh mendengar derap langkah kaki dari Regi yang telah kembali dari ruang ICU. Pria itu tinggi, memakai jeans, kaos dan jaket, serta topi. Sejak datang, Anin sama sekali belum melihat wajah Regi. Karena sibuk menunduk dan mata yang bersimbah air mata.

Mencintai Sahabat Suami [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang