SR-1

91 7 0
                                    

Sebagian besar wanita akan menganggap hari pernikahan mereka adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidupnya. Dimana itu mungkin hanya akan terjadi sekali dalam hidup mereka.Ya, tentu saja! Itulah kenapa semua wanita ingin menjadi wanita yang paling cantik di hari pernikahannya. Sudah seharusnya begitu. Sayangnya itu tidak akan berlaku untuk Arsyila. Karena Arsyila tidak pernah mengira bahwa hari ini dirinya akan menjadi pengantin wanita, menggantikan sang kakak.

Kakaknya, Syakila harusnya menikah hari ini. Ketika Arsyila membayangkan akan melihat kakaknya yang tersenyum manis dalam balutan gaun pengantin, yang ia temukan justru hal yang mengerikan. Kakak yang bunuh diri tepat sebelum pernikahan terjadi.

"Aku tau, ini sulit diterima. Tak hanya bagimu, ini berat untuk kita semua. Jadi, Ayah mohon, untuk sekali ini saja. Tolong, dengarkan kami! Kakakmu harusnya menikah hari ini. Tapi, dia ... dia tidak bisa. Ayah mohon, gantikan kakakmu menikah. Ayah mohon!"

Beberapa menit yang lalu Tuan Derin, sang ayah berlutut memohon di kaki Arsyila. Tak peduli berapa kali Arsyila menolak, pada akhirnya Arsyila setuju untuk menikah karena tak tega pada kedua orang tuanya yang terus memohon padanya.

"Berhentilah menangis, Syila." Bibi Megy, adik nyonya Derin khawatir riasan Arsyila luntur sepenuhnya. Sejak melihat sendiri kematian sang kakak, Arsyila tak kuasa menghentikan air matanya. Arsyila menatap wajah bibinya yang terlihat cemas, kemudian memeluknya. "Kenapa ini terjadi, bibi? Hari ini kita semua berduka. Lalu, bagaimana bisa aku menikah? Aku ... bahkan belum mendapatkan ijazah," racau Arsyila berbisik lemah pada bibinya. Netra coklat yang selalu cerah itu hari ini kehilangan sinarnya. Arsyila hanya bisa pasrah saat takdir pahit menyeretnya.

"Ini sudah waktunya."

Arsyila terkesiap saat ayahnya datang menjemputnya. Arsyila menelan ludahnya, dengan ragu mulai melingkarkan tangannya di lengan tuan Derin. Kakinya yang terasa semakin berat terus dia paksa untuk berjalan di samping sang ayah. Arsyila semakin mengeratkan pegangan tangannya di lengan sang ayah saat berjalan di atas altar. Kepalanya tertunduk. Mata coklatnya hanya terus menatap lantai yang dia pijak, tak berani sedikitpun menatap ke depan dimana pendeta dan pria yang seharusnya menikah dengan kakaknya berdiri menunggunya.

Penampilan pengantin wanita sungguh jauh dari kata sempurna. Rambut coklat Arsyila dibiarkan terurai bebas. Mereka bahkan masih terlihat kusut meski Arsyila memakai veil di kepalanya. Para perias tidak memiliki waktu yang cukup untuk menata rambut Arsyila. Riasan di wajah Arsyila juga tidak sempurna. Sebagian riasannya terhapus karena air mata Arsyila. Jika bercermin sekarang, Arsyila pasti akan mengasihani dirinya. Dirinya terlihat menyedihkan meski memakai gaun pengantin yang mewah.

Arsyila belum berani mengangkat kepalanya bahkan saat kakinya sudah berhenti tepat di depan pendeta. Tuan Derin melepaskan tangan Arsyila, membuat Arsyila sempat terhuyung, hampir jatuh di atas altar. Arsyila terkejut saat sepasang tangan memeluk pinggangnya, menarik tubuh Arsyila agar tidak jatuh. Saat itulah Arsyila mendongak. Mata coklatnya yang berkaca-kaca segera bertemu dengan netra kelabu milik pengantin pria.

Kali ini Arsyila bisa melihatnya dengan jelas, wajah pria yang seharusnya menikah dengan kakaknya. Namanya Reyga Doulger. Usianya dua puluh enam tahun. Selisih tiga tahun dengan Syakila, dan selisih delapan tahun dengan Arsyila. Sebelumnya Arsyila hampir tidak pernah benar-benar menatap wajah calon kakak iparnya. Selain karena pertemuan mereka yang bisa dihitung dengan jari, mata kelabu pria itu terlalu berbahaya bagi Arsyila. Arsyila takut tak bisa lepas dari kharisma calon kakak iparnya. Tapi sekarang berbeda. Pria itu bukan lagi calon kakak iparnya. Reyga Doulger, pria itu akan segera menjadi suaminya.

Sad Reality [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang