SR-2

55 7 0
                                    

Sesampainya di rumah, Arsyila disambut dengan sebuah koper besar yang baru saja dikeluarkan nyonya Derin dari kamarnya. Arsyila mengenal baik koper itu. Itu adalah koper milik kakaknya. Dua hari yang lalu Arsyila sendiri yang membantu kakaknya mengemasi barang-barang ke koper itu. Sekarang apa yang dilakukan ibunya terhadap koper itu?

"Apa yang ibu lakukan?" tanya Arsyila begitu nyonya Derin menaruh koper itu di depan Arsyila.

"Ibu sudah mengemasi barang-barangmu ke dalam koper ini. Kau sudah menikah, sudah seharusnya kau mengikuti suamimu. Makanlah dulu, sejak pagi kau belum makan apapun. Baru setelah itu kau bisa bersiap dan pergi—"

"Apa maksudnya ini?"potong Arsyila cepat menatap nyonya Derin dengan tatapan tidak percaya. "Kak Kila baru saja dimakamkan, keluarga kita masih sangat berduka. Bagaimana bisa kalian menyuruhku pergi?"

"Syila, aku tau ini sulit untukmu. Ini sulit untuk kita semua. Tapi hidup terus berjalan, kau juga harus melanjutkan hidupmu." Nyonya Derin meraih tangan Arsyila, menggenggamnya erat seolah sedang memberi kekuatan. Namun Arsyila menarik tangannya, membebaskannya dari genggaman ibunya.

"Pernikahan ini, aku memenuhi permintaan kalian untuk menggantikan kakak menikah hari ini. Jadi kumohon, turutilah permintaanku kali ini," tegas Arsyila menatap lekat wajah ibunya. Nyonya Derin terdiam, terlihat pasrah dengan apapun yang akan di katakan Arsyila. " Biarkan aku tinggal disini untuk sementara. Aku ingin tidur di kamar kakak," lanjut Arsyila mulai mengambil koper milik kakaknya kemudian melangkah menuju kamar Syakila.

"Syila," panggil Nyonya Derin tampak keberatan dengan permintaan Arsyila. Arsyila yang sudah berada di depan tangga menoleh, menatap nyonya Derin dan Reyga yang juga berdiri di sana.

"Bagaimanapun statusku masih pelajar. Aku masih belum mendapatkan ijazahku. Aku akan ikut kak Reyga setelah hari kelulusanku. Kumohon, hargai permintaanku," ucap Arsyila menundukkan kepala.

"Aku mengerti. Kalau begitu, saya pamit sekarang. Saya akan menjemput Syila setelah hari kelulusan," ucap Reyga berpamitan. Arsyila mengangkat kepalanya, menatap pria itu sekilas sebelum berbalik melanjutkan langkahnya.

"Anda tidak ikut makan malam dulu?" tawar nyonya Derin tampak tak enak hati membiarkan menantunya pergi begitu saja. Reyga terlihat menolaknya, namun nyonya Derin masih terus mengajaknya bicara. Arsyila sempat menatap ibunya dan Reyga dari atas. Memperhatikan interaksi keduanya.

"Tolong maafkan kami. Kejadian ini benar-benar mendadak. Arsyila sangat dekat dengan kakaknya, dia pasti sangat terguncang," ucap nyonya Derin masih bisa didengar Arsyila.

"Saya mengerti. Saya pamit sekarang," jawab Reyga berpamitan. Arsyila masih menatapnya, mata coklatnya terus memperhatikan Reyga sampai pria itu benar-benar hilang dari pandangannya.

Arsyila kembali menyeret koper milik Syakila, membawanya sampai di depan pintu kamar sang kakak. Tangan Arsyila sempat terhenti saat hendak menyentuh gagang pintu. Ingatan buruk di dalam kamar kakaknya pagi ini terlintas di kepala Arsyila. Menakutkan. Arsyila berusaha menata hatinya, memberanikan diri membuka pintu kamar Syakila dengan tangan yang sedikit bergetar.

Hampa.

Itulah yang dirasakan Arsyila saat kakinya masuk ke dalam. Kamar itu terlihat lebih kosong sekarang. Arsyila ingat betapa kacau keadaan kamar ini pagi tadi, saat dia menemukan sang kakak berlumuran darah. Sepertinya nyonya Derin sudah merapikan semuanya. Kamar ini adalah satu-satunya yang menyaksikan detik-detik terakhir Syakila. Namun sekarang tempat ini terlihat seperti tidak terjadi-apa-apa. Semua ditata persis seperti sebelum ditinggal pemiliknya.

Arsyila menaruh kopernya, menatap ke arah buket bunga mawar yang berjejer di atas lemari Syakila. Bunga yang setiap pagi Arsyila temukan di depan pintu rumahnya kecuali di hari pernikahan sang kakak. Mereka semua mengering. Hanya satu yang masih tampak segar. Itu adalah buket bunga lily putih yang Arsyila temukan tadi pagi. Bunga itu sekarang tergeletak diatas ranjang Syakila.

Sad Reality [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang