SR-8

51 7 0
                                    

"Kenapa Anda menikahi saya?" Akhirnya Arsyila menyuarakan pertanyaan yang sejak awal menganggu kepalanya.

"Apa?"

"Maksud saya, saat Anda tahu itu saya. Kenapa Anda tetap melanjutkan pernikahan?" tanya Arsyila lebih tegas. Tangan kanannya mengepal di depan dada, merasakan detak jantungnya yang berdebar keras.

Sesaat Reyga hanya terdiam. Keheningan diantara mereka membuat Arsyila gusar. Meskipun begitu, Arsyila tetap berusaha tak mengalihkan tatapannya. Netra kelabu itu menatapnya tenang. Sedalam apapun Arsyila berusaha mencari, Arsyila tetap tak bisa menemukan apa-apa. Sebaliknya, ketenangan dalam netra kelabu itu justru semakin menghanyutkannya, menariknya lebih dalam hingga hampir menenggelamkannya.

Ini berbahaya!

Arsyila segera memutuskan tatapannya. "Ke-kenapa tidak menjawab?" tanya Arsyila setelah berdehem dengan gugup.

"Ah, benar. Kau pasti penasaran dengan itu." Suara bariton itu terdengar tenang. Diam-diam Arsyila meliriknya. "Ini sudah malam. Kita lanjutkan percakapan ini besok saja. Sekarang beristirahatlah. Kamarku ada di lantai bawah, dekat tangga. Panggil aku jika kau memerlukan sesuatu."

Pintu putih di depan Arsyila tertutup rapat. Sebenarnya Arsyila ingin menahan Reyga tapi dia mengurungkannya. Sepertinya tidak apa-apa untuk sedikit bersabar.

Koper dan beberapa tas besar di dekat lemari menyita perhatian Arsyila. Itu adalah barang-barang yang dia bawa dari rumah keluarganya. Arsyila membongkar salah satu tas dan mengeluarkan isinya. Itu adalah barang-barang yang sempat dia bawa dari kamar Syakila. Ada buku tabungan dan cincin emas yang diberikan Syakila, juga barang yang Arsyila temukan di laci lemari Syakila. Satu lagi, Arsyila juga membawa foto Zhou bersama kakaknya. Arsyila berharap barang-barang itu bisa membantunya untuk mengungkap alasan kematian sang kakak.

Dengan hati-hati Arsyila menyimpan semua barang Syakila dalam salah satu laci lemarinya. Menguncinya dan meletakkan kuncinya di tempat yang aman. Bagaimana dia menggunakan barang-barang itu selanjutnya? Arsyila tidak tau. Arsyila harus segera bergerak, tapi bahkan dia tidak tau harus melangkah kemana. Banyak yang merayap ke dalam kepalanya. Syakila dan alasan kematiannya. Hanya memikirkannya membuat Arsyila merasa lelah.

Arsyila menghela napas saat merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Sebenarnya Arsyila ingin lebih dulu membersihkan tubuhnya. Tapi godaan dari kasur barunya tak bisa dia tolak. Seprei yang lembut dan kasur yang empuk segera menyambutnya. Rasanya sangat berbeda dengan kasur lamanya. Ini terasa sangat nyaman. Mata Arsyila terasa berat dan tak butuh waktu lama dia benar-benar terlelap.

Arsyila baru terbangun saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Gadis itu menggeliat sambil menarik selimutnya. "Uh, Ibu ... aku sudah lulus. Biarkan aku tidur ..." gumam Arsyila belum benar-benar sadar. Gadis itu memeluk bantalnya lebih erat.

Hening. Dahi Arsyila berkerut merasakan sesuatu yang tak biasa. Ini terlalu hening. Arsyila membuka matanya perlahan. Pemandangan yang terlihat asing membuatnya berpikir sejenak. Ini bukan kamarnya. Arsyila buru-buru bangun setelah menyadari situasinya. Jam dinding menujukkan pukul sepuluh pagi. Melompat panik dari ranjangnya, Arsyila berlari kecil ke arah pintu dan segera membukanya. Dia yakin beberapa waktu yang lalu seseorang mengetuknya.

Kosong. Tak ada siapapun saat Arsyila menyembulkan kepalanya. Astaga, bagaimana bisa Arsyila kesiangan di hari pertama tinggal di rumah suaminya?! Masih dipenuhi kepanikan, Arsyila lari terbirit ke dalam kamar mandi. Membersihkan diri secepat kilat sebelum dengan gugup keluar dari kamarnya.

Perutnya yang keroncongan menuntun kaki Arsyila menuju meja makan, berharap masih ada makanan di atasnya. Namun begitu turun dari tangga, perhatian Arsyila teralihkan pada pintu dengan ukiran bunga yang sangat berbeda dengan pintu lainnya. Pintu itu sedikit terbuka. Dengan langkah ragu Arsyila mendekati pintu itu. Namun belum sampai Arsyila menyentuh pintunya, sebuah suara mengejutkannya.

Sad Reality [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang