The Happiest Girl 2 : DANGEROUSLY
~~
Pernikahan adalah sebuah pilihan yang dipilih seorang Jennie Kim untuk memulai hidup bahagia. Hidup dengan pasangan yang baik dan mau menjaganya seumur hidup. Dalam pernikahannya ia selalu berdo'a untuk senantiasa diberi kebahagiaan, kehangatan dan ketenangan.
Sudah 5 tahun pernikahan Jennie Kim dan Kim Seokjin, namun keduanya belum dikaruniahi seorang malaikat kecil. Rasanya sangat sakit ketika semua orang selalu bertanya kapan hamil? Muak rasanya ketika orang orang menghakimi tanpa peduli perasaannya, apalagi orang terdekatnya sendiri yang selalu bertanya seolah-olah itu adalah hal lumrah. Jennie paham keluarganya sangat menunggu kedatangan seorang cucu. Namun mereka juga harus paham ia juga berusaha akan hal itu.
Hal itu kadang sering membuat perdebatan antara Jennie dan Seokjin. Lebih parahnya keluarga suaminya selalu ikut campur dan terlalu merendahkan Jennie seakan akan Jennie tak mampu memiliki anak. Jennie tak masalah akan hal itu selagi suaminya masih membelanya di hadapan orang tuanya. Namun saat ini berbeda, suaminya itu tak lagi membelanya dan memilih berjalan di samping orang tuanya, hanya diam melihat Jennie di rendahkan.
"Kau itu terlalu berambisi dalam karir sehingga Tuhan tidak mempercayaimu menjadi seorang ibu." Ujar Hwasa, ibu Seokjin.
Jennie hanya diam dan tetap fokus dengan makanannya.
"Kau tak mendengarku?" Hwasa kembali bersuara.
"Maaf Ma," hanya itu yang bisa diucapakan Jennie.
"Lihatlah istrimu Seokjin! Dia terlalu membangkang."
Seokjin yang mendengar itu tak sama sekali membela istrinya. Jangankan membela meresponnya saja tidak.
"Aku selesai, aku berangkat dulu." Seokjin menyela dan segera berlalu dari meja makan.
Melihat suaminya sudah beranjak dan akan pergi, Jennie segera membereskan piring suaminya.
"Jen... mama mau bicara dengamu." Ujar Hwasa saat Jennie akan beranjak.
"Ada apa ma?" Tanya Jennie kini ia duduk kembali.
"Apa kau mandul?" Pertanyaan itu seketika membuat mata Jennie membola.
"Benar kau mandul Jennie?" Kini Soohyun ayah Seokjin ikut bertanya.
"Aku tidak mandul, hanya Tuhan saja yang memang belum memberiku kepercayaan sebesar itu." Ucap Jennie.
"Halah kau pasti berbohong, tidak mungkin 5 tahun menikah tapi kalian tidak segera diberi momongan apalagi alasan yang tepat jika kau tidak mandul?" Ejek Hwasa.
Jennie menggeleng, "ma... tak seharusnya mama bicara seperti itu. Mama seorang perempuan, seharusnya mama paham perasaanku."
"Kau itu cantik, punya karir yang cemerlang tapi semua itu tak berguna jika sebagai wanita kau tidak bisa melahirkan seorang anak." Hwasa tak bisa berhenti merendahkan menantunya.
Jennie hanya diam, sebesar apapun ia membela dirinya mertuanya itu tak akan berhenti untuk merendahkannya apalagi kini ia semakin semena mena sejak Seokjin tak lagi membelanya.
"Aku akan berangkat kerja," ujar Jennie lalu segera berlalu meninggalkan ruang makan.
Jennie mengendarai mobil sendiri, ia adalah wanita karir yang sukses bekerja sebagai seorang manager di perusahan besar Sokor. Meski memiliki suami seorang CEO, tak membuatnya berhenti bekerja karena ia merasa inilah hidupnya. Ia tak mau hanya menjadi beban bagi suaminya.