12)

538 72 16
                                    

Warning 16+

Vanya membuka matanya, memegang kepalanya yang sedikit sakit. Ia kemudian merubah posisi nya untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang tersebut. Badannya lengket, bermandikan keringat. Ia melihat sekelilingnya, ini bukan kamarnya, dan bukan kamar Liam juga. Nuansa biru langit menghiasi kamar tersebut.

Vanya melihat sekujur tubuhnya, pakaiannya belum terganti. Ia masih tetap memakai seragam sekolahnya. Vanya menyibakkan selimut, dan berniat untuk pergi dari tempat tersebut.

Tiba tiba pintu terbuka, menampakkan Liam yang sedang berjalan ke arah Vanya sambil membawa nampan dan handuk basah di baskom.

"Mau kemana?" Vanya menggeleng kan kepalanya.

Liam meletakkan nampan di atas nakas, sedangkan baskom di lantai.

Liam duduk di pinggiran kasur, telapak tangannya merabah dahi Vanya, memeriksa suhu tubuh Vanya.

"Kamu demam"

Vanya mengernyitkan dahinya bingung.

"Hah? kamu?"-batin Vanya.

"Pusing gak?"

Vanya mengangguk kecil "Sedikit"

Liam menghela nafas pelan "Buka" Ucapnya singkat lalu menunduk mengambil baskom dan handuk basah di lantai.

"Eung?" Vanya bingung.

Liam memeras handuk di baskom "Bajumu" Ucapnya lagi.

Butuh beberapa detik Vanya mencerna ucapan Liam. Setelahnya ia bergerak membuka seragam sekolahnya. Terlihat badannya yang penuh dengan keringat. Untung saja gadis itu memakai singlet untuk sekedar dalamannya.

Liam mulai mengelap seluruh badan Vanya. Mulai dari wajah, leher, dan turun ke lengan Vanya.

Hening tidak ada yang membuka suara. Bahkan Vanya yang mempunyai banyak pertanyaan di benaknya pun diam seribu bahasa. Hanya ada decitan air saat Liam memeras handuk.

Saat selesai mengelap, Liam berjalan ke arah  lemari baju. Mengambil kaos yang berukuran lumayan besar berwarna biru muda. Lalu menyodorkannya pada Vanya.

"Buat gue kak?" Liam mengangguk.

"Seragam lo lepek, pake baju gue dulu"

"Gak keluar dulu kak?"

Liam mengangkat alisnya bingung "Ngapain?"

Vanya menatap datar Liam, lalu segera mengenakan kaos tersebut. Kaos itu menutupi sebagian tubuh Vanya yang kecil.

"Kebesaran kak, ada yang lebih kecil gak?" Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Liam tersenyum dan menggeleng "Pake itu aja, habis ini gue ke rumah ngambil baju lo. Sebelum itu lo harus makan dan minum obat dulu"

Liam mengambil bubur di atas nakas lalu menyendokkannya ke Vanya. Vanya? Dia mah fine fine aja menerima dengan ikhlas perlakuan Liam.

"Apa?" Tanya Vanya saat Liam menyodorkan obat dan segelas air putih.

"Otak lo lemot amat. Kebanyakan minum frenta apa?"

Vanya melotot, lalu memukul lengan Liam. Bukannya Liam yang merasakan kesakitan justru ia yang merasakan sengatan di kepalanya.

"Aduh aduh" Rintih Vanya sambil memegang kepalanya.

"Kan, masih bayi sok sok an mabok soju, minum dulu nih"

"Dih, siapa yang mabok"

Dengan sekali tegukan obat itu berhasil Vanya telan.

"Istirahat aja, gak usah ke sekolah"

KATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang