4)

1K 102 3
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya

Vanya meletakkan kepalanya di atas meja sambil sesekali mengacak-acak rambutnya frustasi. Perkataan Rafandra kemarin masih berputar-putar memenuhi pikirannya.

"Ingin menjodohkan kamu dengan Liam"

Kalimat itu seolah-olah tidak ingin pergi dari pikiran Vanya. Ia memutar kepalanya ke samping memperhatikan kursi kosong di sampingnya dengan lesuh. Kelasnya sedang jam kosong hari ini, sedangkan Qayla sedang menjaga UKS.

Ia menghela nafas nya kasar, teman temannya yang lain sedang tertawa dengan obrolan mereka, sedangkan dirinya, bangun dari duduknya saja ia sangat malas. Sebenarnya Vanya belum memberikan jawaban untuk perjodohan itu. Ia masih merasa bahwa ini adalah mimpi buruk, dan ia harus segera terbangun dari mimpinya itu.

Sekali lagi ia mengacak acak rambutnya geram, sesekali berteriak yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Vanya yang merasa semakin suntuk, memutuskan akan menemui Qayla, dia butuh teman curhat.

Baru saja ia melangkahkan kakinya keluar kelas, dari kejauhan sudah terlihat Liam dan Aldo yang sedang berjalan bersama beberapa anggota Osis.

"Oh shit !, pokoknya gue gak boleh ketemu Kak Liam"

Vanya berbalik arah tidak jadi menemui Qayla, dan memutuskan untuk ke Perpustakaan. Seenggaknya disana dia bisa tidur.
Di tengah perjalanan nya menuju perpustakaan, ada saja halangan yang mencegatnya.

"Vanya!!" Teriak seseorang menyerukan namanya.
Vanya berbalik badan, mendapati guru killer di sekolahnya sedang menatap nya dengan tatapan tidak suka.

"Mau kemana kamu?! Ini masih jam belajar!! Kamu mau bolos??" Vanya menggeleng sebagai jawaban.

"Lalu? Mau kemana kamu??"

Vanya menggigit bibir bawahnya, tidak mungkin ia mengaku akan ke perpustakaan, niat tidurnya itu akan terbaca dengan mudah. Mudah saja, Vanya ini siswi yang malas, jadi jika ke perpustakaan pasti hanya untuk numpabg tidur.

"Anu bu...emmm"

"Anu apa? Sekarang kamu ke lapangan, kamu ibu hukum karena berkeliaran di jam pelajaran"

Vanya memelotkan matanya" Tapi bu!..saya kan-"

Belum Vanya menyelesaikan ucapannya, ucapannya itu langsung di potong oleh Bu Ros "Gak ada tapi-tapian sekarang kamu kelapangan, lari 5 putaran!!" Perintah Ros lalu berjalan masuk ke kelas dia mengajar.

Vanya menatap punggung gurunya itu dengan tatapan tidak percaya. Kenapa kesialan harus datang di hidupnya terus menerus?. Mulai dari perjodohan, harus menghindar dari kakak tingkatnya, dan sekarang ia harus menjalani hukuman yang berat.

Vanya dengan langkah lesuh menuruni tangga, dan berjalan menuju lapangan yang sangat luas. Di sini sepi, tidak ada seorang pun, dan Vanya bersyukur karena tidak akan ada yang melihatnya di hukum.

Vanya lagi lagi menghela nafas nya kasar, ia menoleh ke atas ke arah gedung kelas 11 dan tepat dugaannya, bu Ros mengawasi nya dari jauh. Dengan tersenyum kecut ia menatap lapangan yang lumayan luas, dan mulai melangkah kan kakinya untuk memutari lapangan yang sangat luas itu.

Setelah beberapa lama akhirnya ia sudah keputaran terakhir, Vanya mengusap dahinya yang berpeluh dengan keringat. Matahari sedang tidak bersahabat dengannya. Ia kembali mendongak ke atas, tidak mendapati Bu Ros melainkan Liam yang sedang menatapnya datar. Vanya menelan ludahnya susah payah, ia tidak suka tatapan Liam yang seolah mengintimidasi dirinya. Vanya kemudian memutuskan kontak mata mereka dan berjalan sempoyongan kepinggir lapangan untuk berteduh.

KATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang